1
Sejarah & Pengertian
NBM : salah satu metode analisis situasi
dan perencanaan ketersediaan pangan
3
Di Indonesia :
• 1963 : NBM pertama disusun oleh BPS dg bantuan FAO
Hasil : NBM periode 1963-1965, 1964-1966, 1970
• 1971-1972 : Penyusunan NBM periodik
• 1975 : Dibentuk Tim Penyusun NBM Nasional (Deptan,
BPS, instansi terkait) sesuai Inpres No
12/INS/UM/6/1975
• 1979 : Penyusunan NBM Regional/Propinsi berdasarkan
Instruksi Menteri Pertanian
• 1985 : Dibentuk Tim Penyusun NBM Regional/Propinsi
dg koordinator Sekjen Deptan
• 2001 : Pelimpahan koordinator analisis NBM dari
Sekjen Deptan ke BBKP dan menetapkan analisis
NBM sbg program kerja
4
Ö Kegiatan operasional di tingkat pusat :
a. Penyempurnaan metode pengumpulan dan
penghitungan NBM
b. Penyusunan NBM Nasional
Ö Kegiatan operasional di tingkat Propinsi :
Koordinasi dan penyusunan NBM Propinsi
Ö Kegiatan operasional di tingkat Kabupaten/Kota :
Penyusunan NBM Kabupaten
• 18 Oktober 2002 : Kesepakatan Gubernur/Ketua
DKP dlm Konferensi Pemantapan Ketahanan
Pangan Wilayah & Nasional Peningkatan
ketersediaan pangan sumber protein, vitamin &
mineral penyusunan dan analisis NBM
5
Pengertian NBM :
6
NBM TERDIRI ATAS DUA INFORMASI UTAMA:
1. PENGADAAN PANGAN
a. Produksi
b. Impor
c. Ekspor
d. Perubahan Stok
2. PENGGUNAAN PANGAN
a. Pakan
b. Bibit/benih
c. Industri
d. Tercecer
e. (Tersedia untuk) Konsumsi
7
Tujuan & Manfaat
9
Metode Penyusunan NBM
1. JENIS DATA
• Produksi • Perubahan stok (stok awal & akhir thn)
• Pakan • Impor/ekspor
• Bibit • Penggunaan untuk industri
• Tercecer • Jumlah penduduk
2. PERSYARATAN DATA
a. Jenis bahan makanan :
Bahan makanan yang lazim dikonsumsi dan
data tersedia secara kontinyu dan resmi
b. Data penduduk :
Data penduduk tengah tahun, termasuk
penduduk asing yang mukim min 6 bln
(BPS/Kantor statistik)
Penduduk tengah tahun’02 = ( Pddk’01 + Pddk’02)
2 10
c. Besaran dan angka konversi
- Ditetapkan oleh Tim NBM nasional
- Jika di daerah tersedia, dapat digunakan
dengan menyebut sumbernya, jika tidak
tersedia digunakan konversi nasional
d. Komposisi gizi zat makanan:
DKBM Depkes dan FAO
11
e. Penulisan Angka
Kolom 2-14 dan 17: bilangan bulat
Kolom 15, 16, 18, 19: bilangan pecahan dua desimal
Bilangan di belakang koma yang nilainya kurang dari
setengahnya dibulatkan ke bawah
Bilangan di belakang koma yang nilainya lebih dari
setengahnya dibulatkan ke atas
Bilangan di belakang koma yang nilainya sama dengan
setengah dan di depannya bilangan ganjil, maka
pembulatannya ke atas
Bilangan di belakang koma yang nilainya sama dengan
setengah dan di depannya bilangan genap, maka
pembulatannya ke bawah
12
(Lanjutan)
13
(Lanjutan)
3. FAKTOR KONVERSI
Konversi produksi --> turunan
DKBM (BDD, kandungan zat gizi)
14
4. CARA PENYUSUNAN NBM
16
4. Buah/biji berminyak :
- Kacang hijau, kelapa, kacang tanah, kedelai,
kacang mete, kemiri, kacang bogor
- Kelapa diolah menjadi kopra minyak
goreng sehingga produk turunannya termasuk
kelompok minyak dan lemak
5. Buah-buahan : sumber vitamin dan mineral dari
bagian tanaman yang berupa buah
6. Sayuran : bagian tanaman berupa daun, bunga,
buah, batang atau umbi, umumnya berumur
kurang dari satu tahun.
7. Daging : bagian hewan yang disembelih atau
dibunuh dan lazim dimakan manusia, kecuali
yang telah diawetkan dengan cara selain
pendinginan
17
8. Telur adalah telur unggas: telur ayam buras,
ayam ras, itik.
9. Susu adalah cairan yg diambil dari ambing
ternak perah sehat dgn cara pemerahan yg
benar, terus menerus dan tidak ditambahkan
sesuatu dan atau ditambahkan di dalamnya
sesuatu bahan yang lain
10. Ikan: binatang air dan biota perairan lainnya,
hasil penangkapan di laut maupun di perairan
umum (waduk, sungai dan rawa) dan hasil dari
kegiatan budidaya (tambak, kolam, keramba
dan sawah) yg dapat diolah dan dikonsumsi.
18
11. Minyak dan lemak:
Nabati : minyak kelapa, minyak sawit,
minyak kacang tanah, minyak
kedelai, minyak jagung
Hewani : lemak sapi, lemak kerbau, lemak
kambing/domba, lemak babi
19
• Produksi (Kolom 2 dan 3)
Jumlah hasil dari proses produksi pertanian
baik belum/sudah mengalami proses
pengolahan, terdiri atas : input dan output
- Input (2) : unsur produksi yg akan
mengalami proses selanjutnya
- Output (3): unsur produksi hasil turunan
(perlu angka konversi)
20
• Perubahan Stok (Kolom 4)
Selisih antara persediaan akhir periode dengan
awal periode :
(+) bila stok meningkat --> ketersediaan turun
(-) bila stok turun --> ketersediaan meningkat
• Impor (Kolom 5)
Sejumlah bahan makanan yg masuk ke dalam
negeri/wilayah dari negara/ wilayah
administratif lain
23
Cara pengisian tabel :
TD = O – S + M – X – (P+B+I+C)
Keterangan :
TD = ketersediaan pangan utk dikonsumsi penduduk
0 = Produksi (masukan/keluaran)
S = Perubahan stok
M = Impor
X = Ekspor
P = Pakan
B = Bibit
I = Industri (makanan dan bukan makanan)
C = Tercecer
24
Produksi Penyediaan
Jenis Peru- Dalam Negeri
Bahan Bahan Impor :
Makanan Stock Sebelum
Masukan Keluaran Ekspor Next
Next
1 2 3 4 5 6
7 8
Penyediaan
Eksport Dalam Diolah Untuk
Negeri Bibit Pakan
Prev Makanan
Makanan Non Makanan Next
Non Makanan Next
7 8 9 10 11 12
25
Pemakaian Dalam Negeri Ketersediaan Per Kapita
13 14 15 16 17
–
18 19
26
Analisis NBM
Data tidak tersedia/
Tidak lengkap Faktor konversi
(lost, ekspor-impor, stok, Out of date
Industri, pakan, dll)
?
MASALAH DALAM
PENYUSUNAN DAN
PEMANFAATAN NBM
28
INFORMASI YANG BISA DIPEROLEH
DARI NBM ?
- TINGKAT KETERSEDIAAN
- TINGKAT SWASEMBADA
- TINGKAT KETERGANTUNGAN PADA IMPOR
- TINGKAT EFISIENSI PASCA PANEN
- KOMPETISI MANUSIA – TERNAK (PANGAN VS PAKAN)
- KUALITAS/KOMPOSISI PANGAN YANG TERSEDIA
- KECENDERUNGAN PRODUKSI, EKSPOR, IMPOR,
STOK, KETERSEDIAAN PANGAN
- DST
29
TINGKAT KETERSEDIAAN
30
- TINGKAT “KETERGANTUNGAN” PADA IMPOR
Menggambarkan besarnya porsi impor terhadap total pangan tersedia
- TINGKAT EFISIENSI PASCA PANEN
Menggambarkan besarnya kehilangan pasca panen
- “KOMPETISI” MANUSIA – TERNAK (PANGAN VS PAKAN)
Menggambarkan porsi bahan pangan yang digunakan untuk pakan/
industri peternakan
- “KUALITAS”/KOMPOSISI PANGAN YANG TERSEDIA
Menggambarkan kulaitas pangan yang tersedia ditinjau dari sisi
keragamannya (eg menggunakan PPH)
31
Pola Pangan Harapan
Pengertian:
Jenis dan jumlah kelompok pangan utama yang
dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan energi
dan gizi (FAO-RAPA, 1989) :
Tujuan PPH
Suatu rasionalisasi pola konsumsi pangan yang
dianjurkan sebagai dasar perencanan dan
evaluasi pembangunan pangan (bagi
penduduk/manusia)
32
Kegunaan:
1. Menilai jumlah dan komposisi konsumsi atau
ketersediaan pangan
33
Gambar 1. Faktor-faktor yang
dipertimbangkan dalam menyusun PPH
Angka Konsumsi
Kecukupan Gizi gizi saat ini
(AKG)
- Pendapatan
- Potensi agroekologi
Tingkat Pola konsumsi
- Potensi agroindustri
& ekspor Kecukupan Gizi pangan saat ini
- Tantangan global & (jumlah & jenis)
lingkungan
34
Zat Zat
pembangun pengatur
(100/3 %) (100/3 %)
Zat tenaga
(100/3 %)
GIZI SEIMBANG
35
Lauk Pauk Sayur & Buah
(100/3 %) (100/3 %)
Pangan
pokok
(100/3 %)
GIZI SEIMBANG
36
1. Serealia…………….. 50 %
2. Umbi-umbian ……… 6 %
Sumber Tenaga 3. Minyak & lemak…….10 %
(KH, lemak) 4. Biji dan buah 33.3
Tiga Berminyak.…………. 3 %
Guna 5. Gula ………………… 5 %
Makanan 33.3 : 74 = 0.5
37
Tabel 1. PPH untuk 2010
No. Kelompok Pangan Energi (kkal) % Energi Bobot Skor
1 Serealia 1075 50 0.5 25.0
2 Umbi-Umbian 107 5 0.5 2.5
3 Pangan hewani 329 15.3 2.0 30.6
4 Minyak dan Lemak 215 10 1.0 10.0
5 Biji Berminyak 63 3 0.5 1.5
6 Kacang-kacangan 107 5 2.0 10.0
7 Gula 144 6.7 0.5 3.4
8 Sayur dan Buah 107 5 2.0 10.0
9 Bumbu-bumbu 0 0 0.0 0.0
Total 2147 100 93
Sumber : Meneg Pangan, 1994
38
Tabel 2. Perbandingan PPH FAO-RAPA, Meneg Pangan
1994, dan DEPTAN 2001*)
FAO-RAPA Meneg Pangan (1994) Deptan (2001)
No. Kelompok Pangan gr/kap/hr
% Min-maks % Bobot Skor % Bobot Skor
1 Serealia 40.0 40.0 - 60.0 50.0 0.5 25.0 50.0 0.5 25.0 300.0
2 Umbi-Umbian 5.0 0.0 - 8.0 5.0 0.5 2.5 6.0 0.5 2.5 100.0
3 Pangan hewani 20.0 5.0 - 20.0 15.3 2.0 30.6 12.0 2.0 24.0 150.0
4 Minyak dan Lemak 10.0 5.0 - 15.0 10.0 1.0 10.0 10.0 0.5 5.0 25.0
5 Biji Berminyak 3.0 0.0 - 3.0 3.0 0.5 1.5 3.0 0.5 1.0 10.0
6 Kacang-kacangan 6.0 2.0 - 10.0 5.0 2.0 10.0 5.0 2.0 10.0 35.0
7 Gula 8.0 2.0 - 15.0 6.7 0.5 3.4 5.0 0.5 2.5 30.0
8 Sayur dan Buah 5.0 3.0 - 8.0 5.0 2.0 10.0 6.0 5.0 30.0 250.0
9 Bumbu-bumbu 3.0 0.0 - 5.0 0.0 0.0 0.0 3.0 0.0 0.0 (25).
100 100.0 93.0 100.0 100.0
*) Sumber : Renstra BBKP-Deptan, 2001
39
Format Tabel
Penilaian Keragaman dan Mutu Gizi
Ketersediaan Pangan dengan PPH
No Kelompok pangan Kalori % % Bobot Skor Skor Skor Skor
AKG aktual AKG PPH maks
1 Padi-padian
2 Umbi-umbian
3 Pangan hewani
4 Minyak dan lemak
5 Buah/Biji Berminyak
6 Kacang-kacangan
7 Gula
8 Sayur dan Buah
9 Lain-lain
Total
40
A. Tahap penilaian dengan PPH
1. Pengelompokan pangan
2. Konversi jenis dan satuan
3. Menghitung ketersediaan/konsumsi energi
menurut kelompok pangan
4. Menghitung total energi
5. Menghitung kontribusi energi dari setiap
kelompok pangan (%)
6. Menghitung skor PPH aktual
7. Menghitung skor PPH berdasarkan kecukupan
energi
8. Gunakan maksimum skor PPH
9. Menghitung total skor PPH
41
Menggunakan/menghitung skor PPH
1. Pengelompokan pangan
No Kelompok pangan Kalori % % Bobot Skor Skor Skor Skor
AKG aktual AKG PPH maks
1 Padi-padian
2 Umbi-umbian
3 Pangan hewani
4 Minyak dan lemak
5 Buah/Biji Berminyak
6 Kacang-kacangan
7 Gula
8 Sayur dan Buah
9 Lain-lain
Total
Total
43
4. Menghitung total energi
Total 1852
44
5. Menghitung kontribusi energi dari setiap
kelompok pangan (%)
45
6. Menghitung kontribusi energi per AKG dari
setiap kelompok pangan (%)
52
3. Membandingkan kontribusi ketersediaan/
konsumsi energi (% AKG) dengan
komposisi energi harapan (PPH) dan
mendiskusikan kemungkinan penyebab
dan alternatif solusinya.
4. Membandingkan skor PPH ketersedian/
konsumsi energi dengan skor yang
diharapkan
5. Menganalisis tren skor PPH dan
mendiskusikan kemungkinan penyebab
dan alternatif solusinya
53
Contoh Penyajian Tabel
Ketersediaan dan Tingkat Ketersediaan Energi dan Protein Tahun 1998-2002
54
Contoh Penyajian Gambar
KETERSEDIAAN ENERGI TAHUN 1998-2002
3200
3000
surplus
Kal/kap/hr
2800
2600
2400
2200
2000
1998 1999 2000 2001 2002
Tahun
55
Contoh Gambar
100
80
6092.5 90
80 85
92
produksi
40 import
20
0
1998 1999 2000 2001 2002
56
Contoh Penyajian Gambar
Komposisi Ketersediaan Energi di Indonesia berdasarkan
Kelompok Bahan Makanan Tahun 1996-2000
PPH
100 Sayuran dan buah
6.0
Gula 5.0
80
Minyak dan lemak 10.0
60 Pangan hewani 12.0
40
Kacang-kacangan 5.0
Buah biji berminyak 3.0
20 Umbi-umbian 6.0
Padi-padian 50.0
0
1996 1997 1998 1999 2000
57