Anda di halaman 1dari 29

PEMBELAJARAN BEWAWASAN

KEMASYARAKATAN/ PDGK 4306


BY. DESY NOVITA SARI,M.PD
SaLUT SILAMPARI
MODUL I
Pemikiran Tokoh Pembelajaran
Berwawasan Kemasyarakatan
KB I
Pandangan Kritik Sosial dalam
Pembelajaran (Teori Belajar Humanistik)
Capaian Pembelajaran Mata Kuliah

Mahasiswa akan mampu memberikan


kontribusi aktif pada masyarakat di lingkungan
serta dapat membawa pengalaman bersosialisasi
dengan masyarakat untuk dijadikan strategi
pembelajaran yang menididik di kelas sehingga
lebih mengenal dan menghargai masyarakat.

Capaian Pembelajaran Khusus


Memahami pemikiran tokoh pembelajaran
berwawasan kemsyarakatan
A. Teori Belajar Humanistik

1. Pandangan Kolb Terhadap Belajar

TimTeori Humanstik dipelopori oleh Jurgen Habermas. Menurut teori humanstik, proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk
kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Menurut Ausbel (Rene: 1996) belajar bermakna meaning learning, belajar merupakan
asimilasi bermakna. Sedangkan menurut Kolb (Rene: 1996) membagi tahap-tahap belajar menjadi 4 tahap, yaitu :

1. Tahap pengalaman konkret. Seseorang mampu atau dapat mengalami suatu peristiwa atau suatu kejadian
sebagaimana adanya.
2. Tahap pengamatan aktif dan reflektif, seseorang makin lama akan semakin mampu melakukan observasi secara
aktif terhadap peristiwa yang dialaminya.
3. Tahap konseptualisasi, seseorang sudah mulai berupaya untuk membuat abtraksi, mengembangkan suatu teori,
konsep atau hukum dan prosedur tentang suatu yang menjadi objek pengmatannya.
4. Tahap eksperimentasi aktif. Seseorang sudah mampu mengaplikasikan konsep-konsep, teori-teori atau aturan-
aturan ke dalam situasi nyata.
2. Pandangan Honey dan Mumford Terhadap Belajar

Kelompok Aktivis. Orang-orang yang termasuk ke dalam kelompok aktivis


adalah mereka yang senang melibatkan diri dan berpartisipasi aktif dalam
berbagai kegiatan dengan tujuan untuk memperoleh pengalaman baru
Kelompok reflektor. melakukan suatu tindakan, orang-orang tipe ini sangat
berhati-hati dan penuh pertimbangan. Pertimbangan-pertimbangan baik-
buruk dan untung-rugi, selalu diperhitungkan dengan cermat dalam
memutuskan sesuatu
Kelompok teoris. Kelompok ini memiliki kecenderungan yang sangat
kritis, suka menganalisis, selalu berpikir rasional dengan menggunakan
penalarannya.

Kelompok pragmatis. Kelompok ini memiliki sifat-sifat yang praktis, tidak


suka berbicara dan membahas sesuatu dengan teori-teori,
konsepkonsep, dalil-dalil, dan sebagainya. Bagi mereka, yang penting
adalah aspekaspek praktis, sesuatu yang nyata dan dapat dilaksanakan
3. Pandangan Habermas Terhadap Belajar

1. Belajar teknis. Adalah belajar bagaimana seseorang dapat berinteraksi


dengan lingkungan alamnya secara benar.

en e : 1996) 2. Belajar Praktis. Adalah belajar bagaimana seseorang dapat berinteraksi


er m a s (R a n is y ang
Hab k oh hum ngaruh dengan lingkungan sosialnya, yaitu dengan orang-orang di sekelilingnya
h to
adala banyak pe
ki r
memili teori belaja
dengan baik.
ap
terhad 3. Belajar emansipatoris. Belajar emansipatoris menekankan upaya agar
is
human seseorang mencapai suatu pemahaman dan kesadaran yang tinggi akan
terjadinya perubahan atau transformasi budaya dalam lingkungan
sosialnya.
4. Aplikasi Teori Belajar Humanistik dalam Kegiatan Pembelajaran
Prakteknya teori belajar humanistik cenderung mengarahkan siswa untuk berpikir induktif, mementingkan pengalaman, serta membutuhkan
keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar. Oleh sebab itu, walaupun secara eksplisit belum ada pedoman baku tentang langkah-
langkah pembelajaran dengan pendekatan humanistik, namun paling tidak langkah-langkah pembelajaran yang dikemukakan oleh Suciati
dan Prasetya Irawan (2001) dapat digunakan sebagai acuan. Langkah-langkah yang dimaksud adalah:

1. Menentukan Tujuan-tujuan Pembelajaran


2. Menentukan Materi Pelajaran
3. Mengidentifikasi Kemampuan Awal Peserta Didik
4. Mengidentifikasi Topik-topik Pelajaran Yang Memungkinkan Siswa
Secara Aktif Melibatkan Diri Dalam Belajar.

5. Merancang Fasilitas Belajar Seperti Lingkungan Dan Media


Pembelajaran
6. Membimbing Siswa Belajar Secara Aktif
7. Membimbing Siswa Untuk Memahami Hakikat Atau Makna Dari
Pengalaman Belajarnya
8. membimbing siswa membuat konseptualisasi pengalaman belajarnya
9. membimbing siswa dalam mengaplikasikan konsep-konsep baru ke dalam situasi nyata
10. mengevaluasi proses dan hasil belajar.
KB II
Pandangan Progresif dalam Pembelajaran
Pandangan Progresif

Pandangan progresivisme berasal dari pikiran John Dewey (Tilaar: 2000).


Peserta didik dipandang sebagai orang yang merupakan bagian dari masyarakat,
sehingga proses pendidikan harus memiliki orientasi terhadap masyarakat.
Dewey menyebutkan bahwa terdapat tiga tingkatan kegiatan yang biasa
dipergunakan di sekolah, yaitu :
1. Untuk anak pendidikan pra-sekolah diperlukan latihan berkenaan dengan
pengembangan kemampuan panca indera dan pengembangan koordinasi
fisik.
2. Menggunakan bahan belajar yang bersumber dari lingkungan yang dapat
merangsang minat anak belajar agar mampu membangun, mencoba dan
mengambangkan kretivitas.
3. Anak menemukan ide-ide atau gagassan, mengujinya, dan menggunakan
ide-ide atau gagasan tersebut untuk memecahkan persoalan yang sama.
Pikiran-pikiran progresivisme berbeda dalam cara pandang terhadap
pendidikan tradisional, dalam hal ;

1. Guru memiliki kendali dalam pembelajaran,


2. Hanya percaya bahwa buku sebagai satu-satunya sumber informasi,
3. Belajar yang pasif, dan cenderung tidak faktual,
4. Memisahkan sekolah dengan masyarakat, dan
5. Menggunakan hukuman fisik dalam menegakkan disiplin.

Terdapat lima prinsip pendidikan progresif, yaitu ;


1. Berikan kebebasan pada anak untuk berkembang secara alamiah,
2. Minat dan pengalaman langsung merupakan rangsangan paling baik untuk belajar,
3. Guru memiliki peran sebagai narasumber dan pembimbing kegiatan belajar,
4. Mengembangkan kerja sama antara sekolah dengan keluarga,
5. Sekolah profresif harus menjadi laboratorium reformasi dan pengujian pendidikan.
KB III
Pandangan Sosiokultural
Konstruktivis dalam Pendidikan
A. PANDANGAN SOSIOKULTURAL KONSTRUKTIVIS OLEH VYGOTSKY

Resolusi Konstruktivis memiliki akar yang kuat di dalam sejarah


pendidikan. Konstruktivisme lahir dari gagasan Piaget dan Vygotsky, yang
keduanya menekankan bahwa perubahan kognitif hanya terjadi jika konsepsi-
konsepsi yang telah dipahami sebelumnya diolah melalui suatu proses
ketidakseimbangan dalam upaya memahami informasi-informasi baru.
Ide-ide konstruktivisme modern banyak berlandaskan kepada teori
Vygotsky yang telah digunakan dalam menunjang metode pengajaran yang
menekankan pada pembelaaran kooperatif, pembelajaran berbasis proyek, dan
penemuan (Mohamad Nur: 1999).

Terdapat empat prinsip kunci yang diturunkan dari teori konstruktivisme modern,
yaitu :
1. Penekanannya pada hakikat sosial dari pembelajaran.
2. Ide bahwa belajar paling baik apabila konsep itu berada dalam zona
perkembangan mereka
3. Adanya penekanan terhadap keduanya, yaitu hakikat sosial dari belajar dan
zona perkembangan terdekat yang dinamakan dengan pemagangan
kognitif.
4. Pada proses pembelajaran menekankan kemandirian atau belajar
menggunakan media.
Menurut teori konstruktivis, pengetahuan bukanlah kumpulan
fakta dari suatu kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan
sebagai konstruksi kognitif seseorang terhadap objek,
pengalaman, maupun lingkungannya.

Von Galserfeld mengemukakan beberapa kemampuan yang


diperlukan dalam proses kognitif pengetahuan, yaitu;

1. Kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali


pengalaman,
2. Kemampuan membandingkan dan mengambil keputusan
akan kesamaan dan perbedaan,
3. Kemampuan untuk lebih menyukai suatu pengalaman
yang satu dari pada yang lainnya.
B. PENERAPAN PANDANGAN KONSTRUKTIVIS DALAM PEMBELAJARAN BERWAWASAN KEMASYARAKATAN

Kedudukan siswa dalam pembelajaran bersifat aktif dalam melakukan berbagai


kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal
yang dipelajari.
1. Kedudukan Siswa
Peranan kunci guru dalam interaksi pendidikan adalah pengendalian yang meliputi
berikut ini;
1. Menumbuhkan kemandirian dengan menyediakan kesempatan untuk
2. Peran Guru mengambil keputusan dan bertinda
2. Menumbuhkan kemampuan mengambil keputusan dan bertindak, dengan
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siswa.
3. Menyediakan sistem dukungan yang memberikan kemudahan belajar agar
siswa mempunyai peluang optimal untuk berlatih..
Segala sesuatu seperti bahan, media, peralatan, lingkungan dan fasilitas
lainnya disediakan untuk membantu pembentukan tersebut. Siswa diberi
kebebasan untuk mengungkapkan pendapat dan pemikirannya tentang
sesuatu yang dihadapinya.
3. Sarana Belajar
Tes baku dan tes buatan guru kebanyakan dirancang untuk menilai
keterampilan-keterampilan dan pemahaman-pemahaman yang telah dimiliki
4. Evaluasi Belajar oleh seorang anak. Oleh karena itu, tes-tes itu hanya mengukur bagian bawah
lapisan zona perkembangan terdekat.
KB IV
Pandangan Ki Hadjar Dewantoro
terhadap Pendidikan
Pendidikan adalah upaya untuk memerdekakan manusia dalam arti bahwa menjadi manusia yang mandiri, agar tidak
tergantung kepada orang lain baik lahir ataupun batin. Kemerdekaan yang dimaksud dari 3 macam, yaitu : berdiri sendiri, tidak
bergantung pada orang lain, dan dapat mengatur dirinya sendiri.
Lahirnya pendidikan Taman Siswa juga diilhami oleh model pendidikan barat yang tidak menyelesaikan persoalan
peningkatan kualitas sumber daya manusia waktu itu. Menurutnya Pendidikan barat memiliki ciri : perintah, hukuman dan ketertiban.
Ki Hadjar Dewantoro merupakan salah satu perkosaan terhadap kehidupan batin anak-anak. Oleh karena itu, tidak heran
apabila hasil pendidikan barat melahirkan anak dengan budi pekerti rusak sebagai akibat dari anak yang hidup di bawah paksaan
dan hukuman, yang biasanya tidak setimpal dengan kesalahannya.

Pandangan Ki Hadjar Dewantoro


terhadap Pendidikan
Beberapa falsafah Ki Hadjar Dewantoro berkenaan dengan pendidikan, yaitu :
1. Segala alat, usaha dan juga cara pendidikan harus sesuai denngan kodratnya
2. Kodratnya itu tersimpan dalam adat istiadat setiap masyarakat dengan
berbagai kekhasan, yang kesemuanya itu bertujuan untuk mencapa hidup
tertib dan damai
3. Adat istiaddat sifatnya selalu berubah (dinamis)
4. Untuk mengetahui karakteristik mesyarakat saat ini diperlukan kajian dalam
mendalam tentang kehidupan masyrakat tersebut di masa lampau, sehingga
dapat diprediksi kehidupan yang akan datang pada masyarakat tersebut.
5. Perkembangan budaya masyarakat akan dipengaruhi oleh unsur-unsur lain.
Hal ini terjadi karena terjadinya pergaulan bangsa.
MODUL II
KB I
Hakikat Kebudayaan
KEBUDAYAAN

Kata “kebudayaan” berasal dari bahasa Sansekerta buddayah yang


merupakan bentuk jamak dari “buddhi” yang berarti budi atau akal.
Kebudayaan diartikan sebagai “hal-hal yang bersangkut paut dengan budii
atau akal”.

Adapaun istilah culture yang merupakan istilah bahasa asing sama artinya
dengan kebudayaan, berasal dari kata latin “colere”, yang artinya mengolah
atau mengerjakan, yaitu mengolah tanah atau bertani. Dari asal kata tersebut
(colere) kemudian culture diartikan sebagai segala daya dan kegiatan
manusia untuk mengolah dan mengubah alam.
Tilaar (2002) merinci definisi yang dikemukakan E.B. Tylor sebagai berikut :
1. Kebudayaan merupakan suatu keseluruhan yang kompleks.
2. Kebudayaan merupakan suatu prestasi kreasi manusia yang bukan material, artinya berupa
bentuk-bentuk prestasi psikologis seperti : ilmu pengetahuan, kepercayaan, dan seni.
3. Kebudayaan dapat pula berbentuk fisik seperti hasil seni
4. Kebudayaan dapat pula berbentuk kelakuan-kelakuan yang terarah seperti hokum, adat
istiadat yang berkesinambungan.
5. Kebudayaan diperoleh dari lingkungan.
6. Kebudayaan tidak terwujud dalam kehidupan manusia soliter atau terasing tetapi yang hidup
dalam suatu masyarakat tertentu.
J.J. Honingmann membuat perbedaan atas tiga gejala kebudayaan, yakni :
(1) ideas,
(2) activities,
(3) artifacts.
Namun demikian Koentjaraningrat (1996) menyarankan agar kebudayaan dibeda-
bedakan sesuai empat wujudnya, yang terdiri dari :
(1) artifacts,
(2) sistem tingkah laku dan tindakan yang berpola,
(3) sistem gagasan,
(4) sistem idiologis.
MODUL II
KB II
Unsur-unsur Pokok Kebudayaan
Unsur-unsur Pokok Kebudayaan

Menuurt Melville J. Herskovits (Soekanto: 1990) ada 4 unsur pokok kebudayaan, yaitu :
1. Alat-alat teknologi
2. Sistem ekonomi
3. Keluarga
4. Kekuasaaan politik
Menurut Malinowski (Soekanto: 1990) menyebut unsur-unsur pokok kebudayaan adalah sebagai berikut :
5. Sistem norma yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat di dalam supaya menguasai alam
sekelilingnya.
6. Organisasi ekonomi
7. Alat-alat dan lembaga atau petugas pendidikan
8. Organisasi kekuatan
Menurut C. Kluckhohn (1953) menyebutkan unsur-unsur pada kebudayaan yang ada di dunia ini secara universal terdiri
atas :
1. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian, perumahan, alat-alat rumah tangga, senjata, alat-alat
produksi, transportasi, dsb)
2. Mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi (pertanian, peternakan, sistem produksi, sistem distribusi,
dsb)
3. Sistem kemasyarakatan (sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem hukum dan sistem pekawinan)
4. Bahasa (lisan maupun tertulis)
5. Kesenian (seni rupa, seni rupa, seni gerak, dsb)
6. Sistem Pengetahuan
7. Religi (sistem kepercayaan)

Unsur-unsur normative yang merupakan bagian dan kebudayaan adalah sebagai berikut :
8. Unsur-unsur yang menyangkut penilaian, misalnya baik dan buruk, dsb
9. Unsur-unsur yang berhubungan dengan apa yang seharausnya, seperti perilaku.
10. Unsur-unsur yang menyangkut kepercayaan, seperti mengadakan upacara adat saat kelahiran, dsb.
MODUL II
KB III
Fungsi Pendidikan dalam Kebudayaan
Di dalam transmisi kebudayaan terdapat tiga unsur utama, yaitu :
1.Unsur-unsur yang ditransmisikan
2.Proses transmisi
3.Cara transmisi

Pada masyarakat modern, sekolah merupakan salah satu lembaga


utama yang dipergunakan oleh orang dewasa dalam mewariskan kebudayaan
kepada anak-anaknya. Oleh karena itu, guru atau tenaga kependidikan harus
memiliki pemahaman yang jelas tentang budaya yang berkembang di
masyarakat, baik secara makro maupun secara mikro yang meliputu nilai,
kepercayaan, dan norma.
D’Antonio (1983) mendefinisikan keluarga sebagai suatu unit yang
terdiri dua orang atau lebih yang hidup bersama untuk suatu periode waktu,
dan diantara mereka saling berbagi dalam suatu hal atau lebih, yang
berkaitan dengan pekerjaan, seks, kesejahteraan, dan makanan anak-anak,
kgiatan intelektual, spiritual, dan rekreasi.
Zimmerman (1983) mengemukakan fungsi utama keluarga adalah sebagai berikut :
1. Pemeliharaan fisik dan kesejahteraan anggota keluarga
2. Meambah anggota keluarga baru, baik melalui kelahiran amupun adopsi
3. Sosialisasi anak-anak tehadap orang dewasa, seperti sebgai orang dewasa, pekerja, anggota masyarakat, dll
4. Pengendali sosial anggota keluarga
5. Pemelihara moral keluarga dan motivasi untuk memastikan kinerja tugas baik di dalam keluarga maupun dalam kelompok
sosial lain.
6. Produksi dan konsumsi peralatan dan pelayanan yang diperlukan untuk mendorong dan memelihara inti keluarga

Di dalam proses pembudayaan terdapat pengertian-pengetian seperti invensi dan penemuan, difusi kebudayaan, akulturasi,
asimilasi, inovasi, fokus, krisis, dan prediksi masa depan.
Menurut kajian Bremeld (Tilaar: 2000) proses kebudayaan mempunyai tiga aspek yang saling berkaitan satu dengan lainnya,
yaitu :
1. Kebudayaan mempunyai tata susunan (order) yang kompleks namun merupakan suatu anyaman yang berpola
2. Nilai-nilai kebudayaan ditransmisikan dengan proses-proses acquiring, dan
3. Proses pembudayaan mempunyai tujuan
THANK YOU
Insert the Subtitle of Your Presentation

Anda mungkin juga menyukai