Anda di halaman 1dari 9

TULISAN ILMIAH

(BUTA AKSARA)

D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
KELOMPOK I : NAMA : 1. ADITIA MONICA (855769693)

2. ANGGA PRATAMA ( 855769733)

3. ARDIANSYAH SANGKALANA

(855769802)

TAHUN PELAJARAN
2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Buta huruf dalam arti buta bahasa Indonesia, buta pengetahuan dasar yang dapat
menunjang kehidupan sehari-hari, buta aksara dan angka, buta akan informasi kemajuan
teknologi, merupakan beban berat untuk mengembangkan sumberdaya manusia yang
berkualitas dalam arti mampu menggali dan memanfaatkan peluang yang ada di
lingkungannya (Umberto Sihombing, 2001)
Tentang pengertian buta huruf menurut Umberto Sihombing (2001) adalah merupakan
kelompok masyarakat yang tidak mungkin mendapatkan pelayanan pendidikan sekolah
karena sebagian besar mereka telah berusia lanjut, sedangkan usia sekolah pada umumnya
sudah masuk jalur persekolahan, mereka pada umumnya berasal dari keluarga miskin yang
tidak mampu memikul biaya pendidikan yang diperlukan.
Menurut Mukhamat Muhsin (2006), pemberantasan buta aksara (PAB) merupakan salah
satu program pendidikan pada jalur nonformal yang saat ini sedang dilaksanakan menjadi
bagian integral dari upaya pemerintah untuk mengentaskan masyarakat dari kebodohan,
kemiskinan, keterbelakangan dan ketidakberdayaan. Program ini bertujuan agar
penyandang buta aksara memperoleh keterampilan dasar untuk baca, tulis, hitung serta
mampu berbahasa Indonesia, memperoleh keterampilan- keterampilan fungsional yang
bermakna bagi kehidupannya.
Metode pendekatan belajar keaksaraan menurut Mokhamat Muhsin (2006), konon
dikembangkan atas dasar pemikiran bahwa karakter atau orientasi belajar orang dewasa
lebih bersifat praktis dan fungsional serta sesuai dengan potensi dan kebutuhan belajar
mereka. Oleh karena itu, penyelenggaraan program keaksaraan fungsional tidak semata-
mata memberikan kemampuan baca, tulis, hitung serta kemampuan berbahasa Indonesia
dan berpengetahuan dasar akan tetapi lebih jauh memberikan keterampilan-keterampilan
fungsional yang bermakna bagi kehidupan warga belajar sehari-hari sehingga mereka
mampu meningkatkan kehidupannya.
Masih banyaknya buta huruf ini antara lain disebabkan adanya pertambahan penduduk
buta huruf baru yang belum dicacah sebelumnya, adanya penduduk yang putus belajar
sekolah dasar menjadi buta huruf kembali karena ketidakadaan bahan bacaan yang
memadai dalam arti yang mampu membangkitkan minat baca masyarakat, luas wilayah
pelayanan dan sulitnya transportasi mengakibatkan banyak warga masyarakat yang belum
terlayani ( Umberto Sihombing, 2001).
Selain itu, banyaknya buta huruf disebabkan antara lain karena warga belajar masih malu
dan belum tahu manfaat nyata mengikuti pembelajaran. Mereka pada umumnya sibuk
bekerja mencari nafkah sehingga tidak memiliki waktu untuk belajar, (Mokhamat Muhsin,
2006).
Keberadaan penduduk penyandang buta aksara terkadang menjadi baban bagi pejabat
di daerah seperti kepala desa dan camat, kemungkinan karena malu kalau wilayahnya di
ketahui, banyak penyandang buta aksara. Masih banyak pejabat yang enggan memberikan
ijin dan akses pendataan sehingga data penduduk buta aksara dinyatakan nihil.
Terbatasnya jumlah modul dan bahan ajar serta kesempatan mengikuti pelatihan
menyebabkan para tutor mengalami kesulitan memulai dan mengelola proses
pembelajaran. Serta masyarakat yang sudah usia lanjut kadang tidak mengerti jika tutornya
mengunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam proses pembelajaran.
Maka dari itu, dalam karya tulis ini nantinya akan dibahas mengenai pentingnya
penggunaan bahasa daerah sebagai model pembelajaran yang inovatif dan aspiratif agar
masyarakat bisa lebih mudah memahami suatu materi pembelajaran yang disampaikan oleh
tutor. Tak hanya itu, dalam karya tulis ini nantinya juga akan dibahas tentang hal-hal yang
dapat menghambat kinerja program keaksaraan fungsional dan cara mengatasinya serta
peran pentingnya mahasiswa dalam memberantas buta aksara.
Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan
dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan Bangsa dan Negara. Kemajuan
suatu kebudayaan bergantung kepada cara Bangsa dan Negara tersebut mengenali,
menghargai dan memanfaatkan sumber daya manusia (SDM) dan hal ini berkaitan erat
dengan kualitas pendidikan yang diberikan kepada anggota masyarakatnya

1. Pendidikan adalah salah satu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya
mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya. Dengan demikian
akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkan berfungsinya secara
kuat dalam kehidupan bermasyarakat

2. Pendidikan, juga bisa diartikan sebagai proses dimana seseorang mengembangkan


kemampuan sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainya didalam masyarakat di mana
ia hidup, proses sosial dimana orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang
terpilih dan terkontrol sehingga dia dapat .
Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang mutlak bagi semua manusia, secara umum
pendidikan nasional diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional 2006 Bab IV pasal 5 ayat 1 “Setiap warga Negara
mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu” dan pasal 5 ayat 5
“Setiap warga Negara berhak mendapat kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang
hayat

Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), 4. 4 Tim Redaksi FOKUSMEDIA, Undang-
Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 SISDIKNAS 2006, (Bandung: Fokusmedia, 2006), 6-7 5 Hafizh Al Mundiri,
Terjemah At targhib Wat tarhib, (Jakarta: Pustaka Amani, 1995), 1 .

Utami Munandar, kreativitas dan keberbakatan: Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif dan Anak Berbakat, (Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama, 2002), 4. 2 A.Malik Fajar, Reorientasi Pendidikan Islam, (Jakarta:Fajar Dunia, 1999),
27

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalahnya
adalah :

1. Bagaimana pelaksanaan program pemberantasan buta aksara dengan metode


pendekatan keaksaraan fungsional?
2. Bagaimana kemampuan warga belajar sesudah dan sebelum adanya program
pemberantasan buta aksara ?
3. Bagaimana kemampuan warga belajar sesudah dan sebelum adanya program
pemberantasan buta aksara ?

C. PRAKTIK PEMBELAJARAN KEAKSARAAN FUNGSIONAL


Pada pembelajaran PBA maha siswa mengambil peran sebagai tutor yang memang harus
professional dan mampu melaksanakan aktifitas pembelajaran keaksaraan fungsional. Dengan
kiat-kiat yang dimilki, seorang tutor akan dapat menciptakan hasi yang diinginkan.
Pertimbangan inilah merupakan langkah awal yang perlu dilakukan dan direncanakan agar
keberhasilan menyambut kita.

Dalam persiapan pelaksanaan pembibingan pertama kali yang perlu diperhatikan adalah
mencoba untuk mengikuti keinginan Warga Belajar (WB) agar dapat terjadi kesepakatan antara
tutor dan WB seperti misalnya dalam mencari tempat dan waktu yang nyaman. Langkah
selanjutnya perlu diusahakan gaya komunikasi yang baik sehingga akan lebih terasa seolah
terjadi komunikasi antara teman sejawat tanpa kesan menggurui. Memberikan informasi
pengalaman yang dimilki oleh tutor dapat menarik bagi WB khususnya dalam hal keterampilan
yang behubungan dengan potensi yang ada. Selain itu dalam bimbingan dianjurkan untuk
berpakaian sehari-hari, hal ini akan memberikan kesan yang lebih akrab, sehingga akan
membantu pula dalam kegiatan pembimbingan, dan tidak kalah pentingnya sebagai tutor
hendaklah mampu mencermati karakteristik dari masing-masing WB yang dibimbing.

A. Istilah-istilah Penting Dalam Praktik Pembelajaran Fungsional

Beberapa istilah teknis yang harus dipahami yang berkaitan dengan program keaksaraan
fungsional, diantaranya adalah :

1. Warga Belajar (WB) adalah orang yang akan kami bimbing hingga memilki potensi
keaksaraan dasar fungsional.

2. Kelompok Belajar (Pokjar) adalah tempat dimana kami dan para warga belajar melakukan
aktifitas pembelajaran keaksaraan fungsional.

3. Tutor adalah seseorang yang sudah mendapat kewenangan dari sub dinas PLS untuk
melakukan bimbingan para warga belajar, untuk melakukan aktivitas pembelajaran dalam hal
ini kami berperan sebagai tutor.

4. Instrukur adalah panggilan untuk tutor mata kuliah Pendidikan Masyarakat.

5. Kelompok Mahasiswa (Pokma) adalah istilah dimana untuk tempat dimana kami sebagai
mahasiswa yang diwajibkan mengikuti praktek Pembelajaran Keaksaraan Fungsional melakukan
kegiatan tutorial tatap muka mata kuliah pendidikan masyarakat.

6. Supervisor adalah petugas Sub Dinas yang sewaktu-waktu dapat datang mensupervisi
mahasiswa yang sedang melakukan bimbingan warga belajar di Pokjar.

Dalam praktik pembelajaran keaksaraan fungsional dipusatkan pada ketercapaian standar


kompetensi keaksaraan tingkat dasar sedikitnya 3 dari 5 WB yang dibimbing. Untuk itu perlu
mengadakan kegiatan praktik dengan baik melalui prosedur dan tahapan yang telah ditentukan.
Adapun tahapan tersebut diantaranya adalah :

1. Praktik mengidentifikasi kemampuan Awal WB dengan :

a. Mengadakan pengunjungan terhadap calon Warga Belajar (WB)


b. Mengadakan identifikasi kemampuan awal dan kebutuhan calon WB dengan format
observasi (Chek List) daftar isian, dan dengan wawancara guna mendapatkan data tentang
kebutuhan dan minat calon WB dengan tabel isian.

2. Tahap membuat perencanaan pembelajaran keaksaraan fungsional.

Adapun langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah :

a. Mengidentifikasi topic berdasarkan minat dan kebutuhan WB.

b. Membuat tabel waktu.

c. Pencarian sumber dan bahan.

d. Membuat kegiatan baca, tulis dan hitung.

e. Membuat jadwal setiap kegiatan pembelajaran.

f. Membuat kesimpulan dari semua tahap diatas.

3. Tahap membimbing WB melalui pendekatan pengalaman berbahasa.

Cara ini akan membantu WB untuk mengetahui sejauh mana pengalaman berbahasa, yaitu
dengan :

a. WB diminta mengucapkan satu kalimat dengan kata-kata sendiri.

b. Kalimat yang diperoleh kemudian ditulis dan dibaca bersama berkali-kali sampai lancar.

c. Tulis setiap kata yang diucapkan WB.

d. Bantu WB mengingat kata-kata dengan permainan .

e. Bimbing WB untuk praktik memotong huruf dari suku kata maupun memotong kata dari
kalimat, sampai paham dan benar.

f. WB menyalin kalimat dalam buku catatan dan memasukkan kata-kata baru dalam kamus
pribadinya.

D. Praktik Pembelajaran Keaksaraan Fungsional

Prinsip-prinsip pembelajaran WB dalam hal sebagai berikut:

1. Prinsip-prinsip Membelajarkan WB Menulis

- Mendorong WB untuk mau mencoba menulis.


- Menggunakan bahan dan peristiwa yang biasa di masyarakat.

- Berilah kesempatan WB untuk berfikir sendiri.

- Jangan terlalu kwatir kalau WB belum dapat menulis dengan sempurna.

- Mendorong WB agar senang menulis dan memiliki kepercayaan diri untuk berlatih menulis.

-Beri semangat agar WB membantu WB lainya.

- Dapat menggunakan bahasa daerah.

2. Prinsip-prinsip Membelajarkan WB Membaca

- Mencari topik atau informasi sederhana.

- Menuliskan hal di papan tulis.

- Meminta WB agar menyalin di buku.

- Meminta WB agar membaca secara bersamaan dengan melihat tulisan di buku.

- Jangan terlalu risau apabila WB belum dapat membaca.

- Bantu WB untuk merasa senang bahwa WB sudah dapat membaca walaupun belum
sempurna.

3. Prinsip-prinsip Membelajarkan WB Berhitung

-Tanpa disadari sebenarnya WB sudah memilki kemampuan menghitung yang digunakan untuk
kebutuhan sehari-hari, namun kemampuan tersebut tidak diikuti dengan kemampuan
menuliskannya.

- Mengajarkan kemampuan berhitung yang dibutuhkan WB misalnya perbandingan ukuran


modern dengan tradisonal.

- Menggunakan atau memanfaatkan alat-alat yang berasal dari kehidupan sehari-hari WB.

- Mengajarkan keterampilan berhitung bersamaan dengan kegiatan fungsional. Misal no


telepon, jarak rumah, dll.

- Alat-alat yang digunakan sedapat mungkin yang dapat ditemui WB sendiri seperti lidi, batu.
Dll.

- Meningkatkan kemampuan berhitung WB dengan cara mengetahui kebutuhan berhitung para


WB, melaksanakan survey matematika sesuai kebutuhan belajar WB, mengumpulkan dan
menggunakan alat local sebagai alat bantu hitung, dan menerapkan kegunaan berhitung dalam
kehidupan sehari-haru WB.

E. HAMBATAN

1. Membaca adalah hal yang paling penting dalam pembelajaran, dalam hal ini memang
banyak di antara mereka yang kesulitan membaca merangkai huruf menjadi kata dan
kata menjadi kalimat
2. Menulis perlu memahami huruf dan keterampilan tangan , sama kepembelajaran tutor
sangatlah aktif dalam membimbing warga belajar , karena pada awal kegiatan WB
banyak yang memahami huruf dan perlu meningkat kembali, terlebih lagi , bagi mereka
yang tidak pernah sekolah .
3. Berhitung pada perinsip yang paling mudah dalam berhitung dan membaca angka
adalah masing masing warga belajar pasti mengenal uang . namun dalam bentuk lain (
benda atau angka) mereka banyak yang kesulitan terutama dalam penjumlahan,
pengurangan, perkalian dan pembagian .

A. KESIMPULAN
Dari apa yang telah penulis susun pada pembuatan makalah ini, maka dapat penulis ambil beberapa
kesimpulan, diantaranya adalah :

1. Pengalaman yang ada di lapangan menunjukan bahwa kegiatan menulis perlu didahulukan, karena
melalui kegiatan belajar menulis WB secara langsung melakukan belajar membaca juga.

2. Keberhasilan adalah cita-cita dari suatu rencana, sedangkan rencana membutuhkan kiat-kiat yang
dapat mengarahkan kita dalam memudahkan pekerjaan.

3. Dalam pelaksanaan praktik PBA, tahap penyadaran warga belajar adalah tahap yang paling penting.
Dalam hal ini perlu diadakan adanya pendekatan secara emosional.

4. Dalam teknik pelaksanaan program rencana yan harus dilakukan meliputi tahap persiapan,
pelaksanaan kegiatan, dan evaluasi kegiatn yang ditulis dalam bentuk laporan.

B. SARAN
1. Agar pencarian WB dapat berjalan dengan baik, perlu mengadakan pendekatan secara individu
pada masyarakat target pencarian WB.

2. Untuk menguasai langkah praktik PBA perlu mempelajari tentang Praktik Pembelajaran Keaksaran
Fungsional, hal ini menunjang untuk keberhasilan dalam praktik PBA.
3. Agar berjalan dengan baik mahasiswa sebagai tutor hendaklah menggunakan kiat-kiat yang dapat
membantu keberhasilan dalam praktik PBA.

4. Tutor dalam pelaksanaan praktik PBA hendaklah menengok potensi sumber daya yang ada di
lingkungan sekitar WB, hal ini akan mendorong semangat WB dalam melaksanakan program bimbingan.

Daftar Pustaka

BPS Kab Jember. 2014. Jember dalam Angka http//edupls.blogspot.com/2010/09/konsep-konsep


pendidikan luar sekolah.html Marjuki, M Saleh. 2004. Pengembangan Kompetensi Profesioanl
Pendidikan Luar Sekolah. Jurusan PLS Universitas Negeri Malang: Malang Malcolm, Knowles. 1980.
Modern Practice of Adult Education, Association Prs Follett Publishong Co: Chicago US Napitupiulu P
W. 2009. PNFI dalam perspekpektif Pendidikan untuk semua dan tantangan globalisasi. Makalah
Semlok Pendidikan Non Formal: Malang Univeritas Jember. 2014. Indeks Pembangunan Manusia
(IPM Bidang pendidikan Kabupaten Jember. Lembaga Penelitian Universitas Jember: Jember
Universitas Jember. 2015. Kajian Penyuusunan Masterplan Pendidikan Kabupaten Jember, LPLPM
Universitas Jember: Jember

Anda mungkin juga menyukai