Anda di halaman 1dari 11

Pelatihan Public Speaking Bagi Mahasiswi UKMI Al-Kamil Unmus

Febriana Margareta, Sri Winarsih


13 Juli 2020

Di jaman milenial seperti ini, keterampilan seseorang


untuk tampil di depan umum sudah semakin
dibutuhkan, seperti keterampilan berbicara di depan
umum atau yang sering disebut dengan public speaking.
Kesuksesan seseorang tidak hanya bisa dijaminkan
pada kemampuan intelektualnya saja, namun
bagaimana mereka bisa memiliki performa yang baik di
depan publik. Performa yang baik ini tidak hanya
tergantung pada cara berkomunikasi di depan publik
tetapi juga bagaimana seseorang bisa membawa diri mereka agar bisa diterima oleh publik.
Praktik public speaking acapkali dipahami hanya sebagai praktik menjadi Master of
Ceremony (MC). Padahal public speaking memiliki cakupan lebih dari itu, misalnya menjadi
pemateri seminar, menawarkan produk, wawancara pekerjaan, presentasi di depan kelas,
bahkan rapat organisasi. Hal tersebut menunjukkan pentingnya keterampilan public speaking,
seperti halnya bagi mahasiswa yang nantinya akan terjun ke masyarakat. Terutama
mahasiswa yang tergabung dalam sebuah organisasi/komunitas yang sering mengadakan
kegiatan dengan banyak peserta, sehingga tampil berbicara di depan umum tentu menjadi
salah satu hal yang penting dalam kegiatannya.

Di lingkungan Universitas Musamus, salah satu organisasi mahasiswa yang aktif adalah Unit
Kegiatan Mahasiswa Islam (UKMI) Al-Kamil Unmus. UKMI Al-Kamil Unmus merupakan
salah satu UKM kerohanian yang wajib diikuti oleh seluruh mahasiswa muslim di lingkungan
Universitas Musamus. Layaknya sebuah organisasi, UKMI Al-Kamil juga memiliki dewan
pengurus dan program kerja. Beberapa program kerja yang aktif adalah kajian rutin, halaqoh,
peringatan hari besar Islam yang tentu dalam pelaksanaan kegiatannya menampilkan
performa di depan umum. Bahkan di musim pandemic Covid-19 ini, mereka masih aktif
menjadi moderator pada webinar dan pembicara pada kajian online. Oleh karena itu,
keterampilan public speaking mahasiswa di UKMI Al-Kamil sangat penting untuk
dikembangkan.
Kegiatan dilaksanakan di Sekretariat UKMI Al-Kamil Unmus dengan sasaran utama kegiatan
adalah mahasiswi (muslimah) yang tergabung dalam dewan pengurus UKMI AL-Kamil yang
berjumlah 10 orang. Para dewan pengurus yang mengikuti pelatihan nantinya diharapkan
dapat mentransfer ilmunya kepada para anggota lainnya. Kegiatan ini dilakukan dalam
bentuk pelatihan yang meliputi Brainstorming, Penyampaian Materi, Diskusi, dan Praktik
yang disampaikan oleh dosen Jurusan Sastra Inggris dan dosen Jurusan Pendidikan Bahasa
Inggris Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Musamus. Materi kegiatan
dibagi menjadi tiga yakni Dasar-Dasar Public Speaking, Strategi dalam Public Speaking,
Penerapan Teknik Perfomance ke Dalam Kegiatan Public Speaking. Seluruh kegiatan
dilaksanakan dengan memperhatikan protokol keselamatan Covid-19.

Hasil yang dari kegiatan ini diharapkan dapat meningkatakan


Pemahaman mahasiswi dewan pengurus UKMI Al-Kamil
tentang metode dan cara public speaking yang baik
dibuktikan dengan keaktifan peserta dalam sesi tanya jawab
dan menyusun naskah pidato dan MC, meningkatkan
kemampuan mahasiswi dewan pengurus UKMI Al-Kamil
dalam performa public speaking yang baik dibuktikan dengan
keaktifan peserta dalam praktik tampil di depan sebagai MC,
pemberi sambutan, penceramah dan pembicara saat pidato
formal.
Pemanfaatan Mading untuk Implementasi Gerakan Literasi Sekolah di SD Al-
Khodijah Merauke

Anak Agung Bagus Ari Sentana, Selvira Tatawalat, Sri Winarsih


20 September 2021

Terpuruknya Indonesia dalam


persaingan dunia dan kualitas sumber
daya manusia di arena internasional
seperti yang digambarkan oleh hasil
penelitian tersebut. Hal di atas
melatarbelakangi sebuah program
bernama Gerakan Literasi Nasional
(GLN) yang telah digaungkan dalam
beberapa tahun terakhir. Tujuan umum
GLN adalah untuk menumbuhkan budaya literasi dalam ekosistem pendidikan dari keluarga,
sekolah, dan masyarakat dalam konteks belajar sepanjang hayat sebagai upaya meningkatkan
kualitas hidup.

Dalam Buku Panduan GLN 2016 yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan itu dijelaskan bahwa salah satu ranah dari GLN adalah Gerakan Literasi Sekolah
(GLS). GLS merupakan upaya menyeluruh untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi
pembelajar yang warganya melek huruf sepanjang hidup melalui keterlibatan publik. Salah
satu tujuan khusus adalah untuk mengembangkan budaya literasi di sekolah Langkah-langkah
program yang diusulkan oleh Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan adalah sebagai
berikut; 1) Baca 15 menit sebelum pelajaran
dimulai; Membaca dengan suara keras,
Membaca dalam hati, 2) Menata fasilitas
dan lingkungan yang kaya melek huruf;
Perpustakaan SD, Sudut Baca Kelas, Taman Baca, Klinik Kesehatan Sekolah, Kantin, dan
Taman Sekolah, 3) Menciptakan lingkungan yang kaya teks, 4) Memilih bacaan buku di
sekolah dasar, dan 5) Public Engagement. Sedangkan kegiatannya melalui 3 tahap, yaitu
tahap pembiasaan, perkembangan dan pembelajaran. Tidak dapat dihindari, anak-anak
membutuhkan metode pembelajaran yang menyenangkan dan kreatif untuk memperoleh
pemahaman.

Terkait dengan pelaksanaan program GLN, SD Al-Khodijah Merauke tergugah untuk ikut
mendukung program pemerintah melalui GLS. Awalnya, lantaran adanya kecemasan di
antara pendidik tentang rendahnya kemampuan membaca siswa. Untuk itu pihak sekolah
bekerjasama dengan tim peneliti yang mengelola GLS menerapkan program tersebut di
sekolah. Tim peneliti telah mengusulkan beberapa program yang akan dibuat diterapkan,
seperti membaca lima menit sebelum pelajaran, pengadaan sudut baca, dan majalah dinding.
Sekolah mengelola program majalah dinding dengan menyebutnya dengan program JuMaDi
yang mana singkatan dari Jumat Majalah Dinding. Singkatan itu sengaja dibuat dan
digaungkan sekolah untuk membuat guru dan siswa bersemangat dengan program baru ini.

Bentuk program JuMaDi adalah Mading Tematik yaitu tema tulisan diubah setiap
minggunya. Siswa diberikan stimulan dan tantangan untuk menulis sebanyak-banyaknya
berbagai bentuk teks. Ini akan memberikan pengalaman tertentu bagi siswa untuk
mempelajari materi baru setiap minggu. Tema akan mengarahkan pada fokus dan batas topik
yang sesuai materi. Dalam hal ini manfaat dari bidang sastra adalah dapat memperluas
pengalaman dan pengetahuan tentang sosial, budaya, ekonomi, agama, dan nilai-nilai dalam
masyarakat. Artinya bahwa dengan menggunakan sastra sebagai stimulan dalam tulisan awal,
siswa diberi kesempatan untuk memperoleh tidak hanya kemampuan menulis tetapi juga
berpikir kritis dan kesadaran sosial dan lingkungan juga. Selain itu, masalah kesadaran
budaya juga penting untuk menyaring anak dari pemahaman yang salah. JuMaDi difokuskan
untuk siswa kelas tiga yang berarti mereka sebagai peserta wajib namun tidak menutup
kesempatan bagi siswa kelas satu dan dua untuk memajang karya mereka di majalah dinding.

Pelaksanaan JuMaDi di sekolah diikuti oleh semua unsur sekolah tetapi tiga orang guru
bertanggung jawab atas pengelolaan yang diinstruksikan oleh kepala sekolah. Itu tiga guru
berada dalam tanggung jawab yang berbeda; 1) berkomunikasi dengan siswa termasuk
menginformasikan tema, menerima karya siswa, dan memajang karya di Mading, 2) menilai
karya siswa, memilihnya, dan menentukan sepuluh karya terbaik yang layak ditampilkan, 3)
mencatat seluruh proses program dan melaporkannya setiap bulanan. Secara keseluruhan, ini
menunjukkan bahwa manajemen yang baik akan menghasilkan hasil yang baik.

Prosedur JuMaDi di SD Al-Khodijah Merauke dikelola dengan baik oleh para guru dan
ditanggapi dengan antusias oleh para siswa. Ini mempersiapkan siswa untuk menjadi disiplin
dan pertunjukan mereka bahwa segala sesuatunya berjalan dengan baik sesuai urutan
prosedural dan mengingatkan mereka akan pentingnya waktu pengelolaan. Menciptakan
suasana kolaboratif dimaksudkan untuk mendorong semangat siswa untuk meningkatkan
kemampuan literasi mereka. Menulis akan mengarah pada membaca, begitu pula sebaliknya.
siswa tertarik dengan JuMaDi dan didorong untuk membaca kemudian menulis. Partisipasi
siswa merupakan inti dari efektifitas pelaksanaan program ini. Semakin besar tingkat
persentasenya, semakin efektif program tersebut.

Selanjutnya yang perlu diperhatikan adalah pemilihan topik oleh masing-masing siswa.
Ketika mereka diminta untuk menulis Recount Text (menceritakan pengalaman), mereka
cenderung menulis tentang topik ‘Pergi ke Suatu Tempat’ daripada ‘Kegiatan Melakukan
Sesuatu’. Kemudian, menulis tentang
Narrative Text (cerita dongeng) yang
diceritakan kembali, siswa bebas memilih
cerita naratif tersedia di perpustakaan, namun
kemudian kebanyakan memilih ‘Kisah Para
Nabi’ daripada kisah dongeng nusantara.
Giliran menulis puisi, kebanyakan menulis
tentang sosok seperti Ibu, Guru, dan Sahabat,
dan hanya 1 yang menulis tentang Pantai.
Kemudian pada Jumat selanjutnya, mereka diminta untuk menulis surat kepada para guru dan
kebanyakan dari mereka menulis tentang ‘Ucapan Terimakasih kepada Guru’.

Dari hasil tersebut, patut digarisbawahi bahwa JuMaDi merupakan program yang baik untuk
diterapkan sebagai salah satu program Gerakan Literasi Sekolah yang dapat menciptakan
kolaborasi atmosfir yang dibutuhkan oleh generasi baru dalam menyongsong era persaingan
global.
PELATIHAN PENGEMBANGAN CIPTA PUISI BERBASIS KEARIFAN LOKAL
SEBAGAI WUJUD CINTA TANAH AIR

Dwianggi Puspa Kinanti, Margaretha F. Narahawarin


31 Desember 2021

Puisi merupakan karya sastra hasil dari ungkapan


dan perasaan seseorang dengan bahasa yang terikat
dengan ciri khas dan aturan di dalamnya. Salah satu
jenis puisi adalah puisi lirik. Puisi lirik terbagi
dalam beberapa macam, seperti Ode, Elegi, dan
Serenade. Puisi lirik ini nampaknya sangat digemari
anak muda jaman sekarang. Pesatnya
perkembangan media sosial, selain menunjukkan meningkatnya arus teknologi juga
menunjukkan kemampuan dalam mengekpresikan perasaan dalam kata-kata yang
ditampilkan di laman sosial medianya.

Anak usia remaja dalam usia puberitas seringkali meluapkan emosi dalam diri mereka
melalui kata-kata. Seperti halnya para remaja yang tergabung dalam anak didik sanggar seni.
Di kota Merauke, salah satu sanggar yang aktif berkarya dan berkegiatan adalah Sanggar Seni
Dahuke’he Papua. Bahkan di musim pandemic Covid-19 ini, mereka masih aktif melakukan
latihan dan pengembangan bidang sastra dan seni budaya seperti tarian daerah, drama, dan
puisi. Akan tetapi kegiatan sanggar lebih dominan pada tarian daerah dan sosio drama,
sedangkan di bidang puisi masih sangat kurang bahkan nyaris tidak berkembang. Oleh karena
itu, tim PkM ini merasa penting untuk berbagi ilmu dan membina anak didik sanggar tersebut
dalam pengembangan puisi, terutama jenis puisi Ode.

Ode adalah puisi yang berisi pujaan terhadap seseorang, sesuatu, atau keadaan. Pemanfaatan
Ode sebagai dasar pengembangan kemampuan anak didik bukan tanpa pertimbangan.
Dengan Ode yang diarahkan dengan menitikberatkan pada kearifan lokal, akan membawa
pada puisi untuk memuji dan melihat kelebihan dan kekaguman terhadap benda-benda
budaya lokal, sastra lokal, dan adat dan daerah sekitar sehingga menumbuhkan rasa cinta
tanah air terutama untuk Bumi Animha.
Kegiatan dilaksanakan di Sanggar Seni Dahuke’he beralamat di jalan Garuda Spadem selama
3 hari sejak 29-31 Desember 2021. Sasaran utama kegiatan adalah anak didik sanggar yang
tergabung yang berstatus aktif berjumlah 10 orang. Kegiatan dilakukan dalam bentuk
pelatihan yang meliputi Brainstorming, Penyampaian Materi, Diskusi, dan Praktik. Materi
kegiatan pengabdian dibagi menjadi tiga yakni Puisi dan Jenis-Jenisnya, Pengembangan Ode
untuk Bumi Animha, Penerapan Teknik Perfomance ke dalam kegiatan Membaca Puisi.
Pemateri berasal dari dosen Jurusan Sastra Inggris yang ahli di bidang Sastra dan Budaya.

Hasil yang dari pengabdian ini adalah; 1)


Pemahaman anak didik sanggar tentang metode
dan ide mengembangkan sebuah puisi
khususnya jenis Ode bertema kearifan lokal
seperti budaya lokal, sastra lokal, adat dan
daerah, sehingga terlahir puisi lirik bersajak
puji-pujian untuk Bumi Animha dan 2)
Keterampilan anak didik sanggar dalam
membaca puisi dengan baik dan tepat.
Peran Tarian Tradisional Danda Dari Suku Muyu

Sebastianus Wak, Margaretha F. Narahawarin


15 Januari 2022

Indonesia merupakan negara yang memiliki sejarah dan


keanekaragaman budaya yang bernilai tinggi, hal ini dikarenakan
setiap suku memiliki pandangan hidup, cara mengungkapkan diri
dan kebiasaan yang berbeda. Setiap suku memiliki budaya yang
khas, yang membedakan identitasnya dengan suku dan budaya
lain, begitu pula bentuk keseniannya. Seperti tarian tradisional dari
Suku Muyu yakni tarian Danda.

Keunikan tarian Danda suku


Muyu dapat dipentaskan pada acara penyambutan
kedatangan tamu negara karena pola penarinya disilangkan
berbentuk huruf U kemudian tamu yang berkunjung akan
diikuti di tengah pada akhir penari kiri dan penari kanan.
Berbeda dengan tarian tradisional lainnya di sub suku Muyu
dan fungsi tarian Danda yang dipentaskan pada penyambutan
tamu negara ini bertujuan untuk menerima tamu secara resmi
dan juga mengucapkan terima kasih atas kunjungannya.
tempat.

Menurut Thobias Kuwo, (dalam wawancara) sebagai penari Danda di Kecamatan Ninati
Kabupaten Boven Digoel menjelaskan bahwa tari Danda merupakan tarian yang
menceritakan legenda atau mitos yang pernah ada di suku Muyu yang menceritakan tentang
seorang laki-laki dari suku Muyu. Ada kalanya suku membuat bubu untuk menangkap ikan,
selang beberapa hari lelaki itu kembali melihat bubu dan ternyata ikan yang tertangkap hanya
satu, dari hasil itu bapak Muyu tidak mengambil ikan itu untuk dimakan, melainkan
membiarkan ikan tersebut tinggal di trape, karena begitu dia mencintai ikan itu, maka lelaki
itu kembali ke rumah untuk menghias dirinya dengan pakaian adat Muyu lengkap dan
kemudian kembali ke sungai dan menari di tepi trape dengan tujuan memanggil ikan lain,
ternyata ikan tersebut manusia berhasil dalam waktu singkat, perangkap itu diisi dengan
berbagai jenis ikan. Awal mula cerita tentang lelaki Muyu ini adalah Muyu bagian atas di
perbatasan Papua Nugini di Ninggurum Am yang dikenal dengan Desa Ninggurum Am,
tarian Danda ini menyebar ke Muyu bagian tengah dan Muyu bagian selatan. Tari Danda ini,
tari mengikuti penjelasan cerita di atas, dan juga tari Danda dapat berperan sebagai sarana
masyarakat Muyu yang biasanya di kemukakan berbagai acara pesta yaitu, pesta babi, pesta
pernikahan, pesta pesta pindah rumah baru, dan penjemputan tamu negara.

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan


menggunakan metode deskriptif kualitatif, untuk
mengetahui peran tarian Danda suku Muyu, penulis
menggunakan tujuh konsep peran tari yang
dikemukakan oleh Whardana (1990). Penulis mengkaji
melalui rekaman video tari Danda dan wawancara
narasumber bahwa, peran tari Danda ada enam peran
penting, yaitu; Peran tari Danda sebagai upacara ritual, hiburan, sarana sosial, sarana
pendidikan, dan juga sebagai katarsis. Peran tarian sebagai upacara ritual nampak pada tujuan
tarian menampilkan tarian Danda dalam penyambutan dan pengantaran patung ke gereja
dengan tujuan untuk menghormati dan menerima misionaris Negara serta patung secara resmi
melalui kebiasaan mereka menyambut tamu dengan tarian tradisional. Kemudian, peran
tarian sebagai hiburan sekaligus sebagai media pertunjukan terdapat pada saat penyambutan
tamu karena menghibur diri dan menghibur tamu yang berkunjung yang datang dan
menjemput mereka secara resmi dari masyarakat setempat dan dapat dikatakan sebagai
pertunjukan. Selanjutnya, peran tarian sebagai sarana pendidikan yang mereka bawakan pada
acara penyambutan agar penonton dapat menyaksikan dan menjadi bahan bagi generasi
Muyu suku Muyu selanjutnya, agar kedepannya tarian Danda ini dapat dipelajari dan dapat
dikembangkan di acara tersebut. Sedangkan peran tarian sebagai sarana sosial nampak pada
formasi tarian yang membutuhkan 20 orang penari yang cukup banyak dan selalu
kebersamaan dan kekompakan dalam menari dan seakan berinteraksi dengan tamu dan
pengunjung. Dan terakhir, peran tari sebagai media katarsis, mereka tampilkan pada upacara
penyambutan tamu negara yang berkunjung atau menyambangi menteri, lagu-lagu yang
mereka nyanyikan dalam bahasa daerah yang artinya, selamat datang misionaris dan patung
Bunda Maria yang sedang dibawakan. Lagu yang mereka nyanyikan menjadi katarsis karena
mereka mengungkapkan emosi secara positif secara tidak langsung dalam bentuk lagu.

Keenam peran tari Danda merupakan warisan turun temurun dari nenek moyang hingga
generasi penerus suku Muyu yang nilai budayanya harus tetap dipertahankan dan baik
dipentaskan pada pesta-pesta penting seperti upacara pertunjukan, upacara penyambutan
tamu, dan pembinaan kepada generasi Muyu selanjutnya, agar dapat mempelajari dan
mengembangkan tari Danda ini.

Anda mungkin juga menyukai