Anda di halaman 1dari 7

TUGAS MANDIRI PI 6

Nama : Augustinus Syrilus


CGP Angkatan ke -4 Kabupaten Sikka
Setiap Calon Guru Penggerak membuat atau meneruskan program (jika sudah membuat
program sebelumnya namun masih dalam rentang waktu pelaksanaan program Calon
Guru penggerak), setiap CGP akan menyusun:

1. Rantai hasil program


a) Input: Kepala sekolah - Wali kelas - Peserta didik - Ruang Kelas
b) Aktivitas : Membuat pojok dan rak baca pada kelas dengan langkah
kegiatan sebagai berikut :
 . Diskusi rancangan program dengan kepala Sekolah dan
wakasek kesiswaan
 Koordinasi untuk pembentukan Tim Literasi bersama guru
bahasa
 Penyampian program Pojok baca kepada Tim Penjamin Mutu
sekolah
 Sosilalisasi Program pojok baca kepada seluruh siswa
 Persiapan pojok baca setiap kelas
c) Hasil langsung (output) : Program ini pada dasarnya di rancang untuk
menjadi wadah berkreasi dan berinovasi bagi murid-murid
menumbuhkan kreatifitas dan juga mengedukasi murid akan penitingnya
budaya literasi. Murid perlu diperkenalkan betapa pentingnya kegiatan
literasi yang dilakukan sehingga sebagai generasi muda penerus bangsa
akan selalu menjunjung budaya yang mampu melestarikan budaya
membaca. Diperlukan sebuah pembiasaan yang menjadi sebuah budaya.
Dengan pelaksanaan kegiatan yang rutin dan berkelajutan dari program
ini, maka dampak pada murid dalam hal meningkatkan minat dan bakat
serta jiwa kepemimpinan dan juga kepedulian akan literasi akan
membuahkan hasil.
d) Tujuan Capaian antara ( out come)
1.Membangun kesadaran siswa akan pentingnya membaca untuk
mendukung pembelajaran yang efektif
2.Menumbuhkan kemampuan berprikir kritis siswaMenumbuhkan
jiwa kepemimpinan siswa
3.Mengembangkan kreatifitas siswa dalam mengelola pojok baca di
kelas
4.Menjadikan kegiatan literasi sebagai budaya positif di
sekolahMenumbuhkan budi pekerti dan kepribadian yang baik
kepada siswa

e) Dampak ( Impact / goal ) : Meningkatkan mutu sekolah melalui kegiatan


literasi pada pojok baca

2. Manajemen risiko program


a) Kemungkinan resiko yang terjadi :Tindakan indisipliner dari murid yang
malas membaca dan menurunnya kedisiplinan guru wali kelas dalam
mengontrol peserta didik menyiapkan pojok baca
b) Ukuran resiko : Sedang
c) Strategi pengendalian Membuat kesepakatan sekolah disertai konsekuensi,
Mengingatkan kembali akan tupoksi guru, Kedisiplinan guru dan peran guru
dalam program tersebut
3. Kerangka monev
a) Pertanyaan kunci evaluasi
 Sejauh apa program pojok baca yang dirancang ini berjalan sesuai
dengan rencana dan tujuan yang diinginkan?
 Seberapa banyak kendala yang ditemui selama program pojok baca
berlangsung? Mengapa bisa terjadi demikian?
 Seberapa efektifnya program ini dalam meningkatnya keterampilan
literasi
b) Fokus monitoring
 Fokus monitoring : Proses pelaksanaan  program  pojok baca dapat
berjalan dengan baik  (Guru) dan murid.
 Pertimbangan pilihan: Untuk memastikan kegiatan berjalan dengan
baik guru tim monitoring  yang bersangkutan melakukan pemantauan
monitoring kegiatan. Untuk memastikan murid dapat mengikuti
program dengan nyaman.
 Pertamyaan umum : Sejauh mana kegiatan program ini  berjalan
dengan baik?
4.Pembelajaran program
a) Perasaan setelah mengikuti program : Bagaimana perasaan murid setelah
mengikuti program
b) Metode yang di gunakan
 Pertanyaan monitoring : Apakah program kegiatan pojok baca berjalan
dengan baik ?
 Sumber informasi : Murid , Guru
 Metode : wawancara
 Kapan / bagaimana : minggu ke 4 setiap bulan
c) Proses pengumpulan data
 Pertanyaan Monitoring (Diisi dengan pertanyaan monitoring dan
pertanyaan tambahan tentang tim pengelola program)
 Bagaimana pembagian peran anggota tim pelaksana dalam program ini ?
Apakah sudah sesuai dan menjalankan tugasnya?
 Data yang Terkumpul (Diisi dengan data dan informasi yang menjawab
pertanyaan monitoring tersebut, dari berbagai metode)

3.3.a.10. Aksi Nyata - Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid

PERISTIWA (FACT)
a. Latar Belakang
Literasi adalah istilah umum yang merujuk kepada seperangkat kemampuan dan
keterampilan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung, dan
memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu, yang diperlukan dalam kehidupan
sehari-hari. Oleh sebab itu, literasi tidak bisa dilepaskan dari kemampuan berbahasa.
Pada kenyataanya, saat ini kemampuan literasi murid masih tergolong rendah rendah.
Berdasarkan rata-rata Indeks Aktivitas Literasi Membaca masih tergolong rendah di
mana poinnya hanya 37,32 dari 100, sementara berdasarkan kajian indeks kegemaran
membaca dengan melibatkan 10.200 responden di 34 Provinsi tahun 2020 menunjukkan
poin 55,74 dari 100.
Rendahnya budaya membaca siswa saat ini diperkuat lagi dengan kehadiran Smartphone
android. Murid lebih tertarik membaca potongan - potongan tulisan dan menonton video
yang ada di sosial media. Hal ini menunjukan minat baca ada namun daya baca rendah,
sehingga hal ini mempengaruhi kegiatan pembelajaran. Selain itu, murid cenderung
bertanya sebelum membaca, padahal apa yang ditanyakan sudah diberikan informasi
secara lengkap. Akibatnya murid menjadi kurang aktif dan kurang percaya diri dalam
memberikan pendapat karena kurangnya wawasan yang di miliki, sehingga tidak berani
tampil di depan untuk memberikan pendapat. Oleh karena itu, minat murid dalam hal
membaca perlu ditingkatkan yaitu salah satunya dengan mengembangkan gerakan
literasi di sekolah.Gerakan literasi sekolah adalah salah satu program yang sangat
penting diterapkan pada bidang pendidikan, karena program tersebut mampu
mengembangkan kemampuan murid dalam menyimak, berbicara, membaca dan menulis.
Kemampuan literasi murid berkaitan erat dengan tuntutan keterampilan membaca yang
berujung pada kemampuan memahami, meneliti, dan menerapkan. Apalagi saat ini
kemampuan literasi merupakan salah satu kompetensi yang wajib dimiliki murid pada
abad 21 dan nantinya akan diujikan dalam Asesmen Nasional (AN). Oleh karena itu,
pada aksi nyata kali ini CGP ingin meningkatkan minat, wawasan, dan mengubah pola
pikir murid melalui program literasi di sekolah. Program ini juga memanfaatkan aset
yang dimiliki masing-masing kelas berupa rak pojok baca untuk lebih mengembangkan
kreatifitas dan meningkatkan jiwa gotong royong murid, sehingga dalam program
meningkatan gerakan literasi sekolah melalui pemanfaatan pojok baca kelas ini sesuai
dengan 7 karakteristik lingkungan yang menumbuh kembangkan kepemimpinan murid
yaitu lingkungan yang menyediakan kesempatan untuk murid menggunakan pola pikir
positif dan merasakan emosi yang positif, hingga berkemampuan dan berkeinginan untuk
memberikan pengaruh positif kepada kehidupan orang lain dan sekelilingnya serta
lingkungan yang melatih keterampilan yang di butuhkan murid dalam proses pencapaian
tujuan akademik dan non akademik.
Aksi nyata pengelolaan program yang berdampak pada murid dimaksudkan untuk
mewujudkan kepemimpinan murid. Program ini dilakukan dengan harapan murid dapat
meningkatkan minat baca, mampu mengekpresikan dirinya dengan merancang pojok
baca kelas yang menarik dan bisa mengembangkan potensi atau bakat yang di milikinya.
Selain itu alasan utama dibalik program ini adalah dapat terwujudnya wellbeing murid
atau student wellbeing dan perkembangan murid secara holistik, murid yang bahagia
serta memiliki nilai - nilai pribadi yang unggul, berbudaya dan memiliki karakter profil
pelajar pancasila.

b. Tujuan pelaksnaan Program


Adapun tujuan dari program ini adalah:
2. Membangun kesadaran siswa akan pentingnya membaca untuk mendukung
pembelajaran yang efektif
3. Menumbuhkan kemampuan berprikir kritis siswaMenumbuhkan jiwa
kepemimpinan siswa
4. Mengembangkan kreatifitas siswa dalam mengelola pojok baca di
kelasMenjadikan kegiatan literasi sebagai budaya positif di
sekolahMenumbuhkan budi pekerti dan kepribadian yang baik kepada siswac.
Pelaksanaan ProgramProgram Literasi adalah bentuk program dalam mewujudkan
karakter profil pelajar Pancasila (berfikir kritis, mandiri, kreatif, dan gotong royong)
yang sejalan dengan visi sekolah yaitu “Terbentuknya sumber daya manusia bermutu
yang beriman dan bertakwa, berwawasan lingkungan dan budaya serta mampu bersaing
di era global" serta meningkatkan minat, wawasan dan mengubah pola pikir murid dan
juga menumbuhkan budaya positif di lingkungan sekolah.

c. Waktu pelaksanaan
Program ini dilaksanakan sebelum kegiatan pembelajaran dimulai antara jam 07.00 –
07.15 WITA
d. Strategi Pelaksanaan Program
Program ini dijalankan bukan hanya oleh murid tetapi semua warga sekolah dengan
peran guru sebagai posisi kontrol dalam pelaksanaan program.Faktor Pendukung dan
Penghambat Program
Faktor Pendukung pelaksanaan program adalah kolaborasi dengan semua warga sekolah
dalam mendukung keterlaksanaan program sesuai dengan tujuan. Faktor Penghambat
program berupa kesadaran diri dan tanggung jawab masih kurang. Oleh karena itu perlu
adanya kolaborasi yang baik dari seluruh pihak sekolah dengan menjalankan peran
masing-masing dalam program literasi demi tercapainya tujuan program
e. Hasil dari Program yang Dilakukan
Program ini pada dasarnya di rancang untuk menjadi wadah berkreasi dan berinovasi
bagi murid-murid menumbuhkan kreatifitas dan juga mengedukasi murid akan
penitingnya budaya literasi. Murid perlu diperkenalkan betapa pentingnya kegiatan
literasi yang dilakukan sehingga sebagai generasi muda penerus bangsa akan selalu
menjunjung budaya yang mampu melestarikan budaya membaca. Diperlukan sebuah
pembiasaan yang menjadi sebuah budaya. Dengan pelaksanan kegiatan yang rutin dan
berkelajutan dari program ini, maka dampak pada murid dalam hal meningkatkan minat
dan bakat serta jiwa kepemimpinan dan juga kepedulian akan literasi akan membuahkan
hasil.
Hasil pelaksanaan program di SMAK Frateran Maumere ini menunjukkan bahwa ada
perkembangan dari waktu ke waktu mulai dari hanya membaca 15 menit sebelum
memulai pembelajaran yang di awasi oleh guru mata pelajaran yang mengajar pada jam
pertama dan wali kelas sehingga menjadi budaya bagi murid-murid ketika jam literasi
sudah dimulai maka dengan sendirinya melakukan aktivitas tersebut. Satu hal yang
menjadi saya bangga sebagai guru mata pelajaran adalah murid mampu meningkatkan
kemampuan pengetahuan akan kosa kata, membuat otak mereka bisa bekerja secara
optimal, menambah wawasan, mempertajam diri dalam menangkap informasi dari
sumber bacaan dan salah satu aksi nyatanya yaitu memiliki jiwa kepemimpinan karena
mampu mengelola pojok baca di kelas dengan baik.

PERASAAN (FEELING)
Perasaan saya saat merencanakan program yang berdampak pada murid ini adalah merasa
tertantang karena program ini harus menekankan pada aspek dampak langsung pada diri
murid misalnya kemampuan literasi, kepedulian, gotong royong, kreatifitas, kedispilinan,
dan aspek lainnya yaitu kemampuan kepemimpinan bisa menjadi bekal murid untuk
kehidupan yang lebih baik sebagai individu maupun anggota masyarakat.
Perasaan saat program ini terlaksana perasaan bahagia dan juga optimis dengan
pencapaian program yang sudah berjalan. Terlaksananya program ini tidak terlepas dari
kolaborasi semua pemangku kepentingan terutama murid yang sangat antusias terlibat
dalam program literasi ,guru mata pelajaran dan wali kelas yang mengkoordinir kegiatan.
Dengan respon yang baik dari warga sekolah terutama murid membuat saya ingin terus
terlibat dalam pengelolaan program ini agar lebih baik lagi ke depannya dan dengan
harapan dapat terus berkelanjutan.

PEMBELAJARAN ( FINDING)
Dari pelaksanaan program ini saya mendapatkan banyak pelajaran penting, yaitu
bagiamana saya menyusun dan mengelola sebuah program yang berdampak pada murid
dengan pemetaan aset menggunakan model BAGJA. Selain itu saya menyadari
pentingnya kolaborasi antar pemangku kepentingan untuk suksesnya program ini. Saya
juga belajar bahwa peran guru tidak terbatas pada pembelajaran di dalam kelas saja,
namun harus peduli dan ikut terlibat dalam mengelola program yang berdampak pada
murid .Pembelajaran lain yang juga saya peroleh dari pelaksanaan program ini adalah
pentingnya mewujudkan kepemimpinan murid dalam literasi untuk peningkatan minat
bakat serta jiwa kepemimpinan, terwujudnya karakter murid yang memiliki pengetahuan
dari sumber-sumber informasi yang diperoleh dan menjadi murid yang berani tampil dan
mengekspresikan bakat maupun potensinya pada akhirnya besar harapan saya bahwa
program ini akan bisa mewujudkan profil pelajar pancasila.

PENERAPAN KEDEPAN (FUTURE)


Rencana perbaikan ke depan yaitu perlu peningkatan kolaborasi guru dan murid dalam
hal komitmen melaksanakan kegiatan literasi dimana murid butuh pendampingan dan
bimbingan dari guru mata pelajaran dan wali kelas agar program dapat berjalan sesuai
apa yang kita inginkan. Selain itu juga akan melakukan coaching kepada murid yang
kurang memiliki minat baca atau literasinya dikategorikan rendah, mendampingi murid
dalam menjalankan posisi kontrol guru supaya program ini dapat berjalan dengan baik
dan maksimal, serta berkolaborasi dengan orang tua murid memantau anak-anaknya
dalam membiasakan berliterasi.
Program Literasi ini diharapkan dapat memberikan dampak yang lebih besar bukan hanya
pada lingkungan sekolah tetapi juga di lingkungan keluarga maupun masyarakat sekitar
sehingga budaya literasi sekolah bisa terwujud dan mampu melahirkan generasi yang
memiliki keterampilan abad 21.
DOKUMENTASI KEGIATAN AKSI NYATA

No Jenis Kegiatan Dokumentasi Kegitan

1. Diskusi rancangan program dengan


kepala Sekolah dan wakasek
kesiswaan

2. Koordinasi untuk pembentukan Tim


Literasi bersama guru bahasa

3. Penyampian program Pojok baca


kepada Tim Penjamin Mutu sekolah
4. Sosilalisasi Program pojok baca
kepada seluruh siswa

5 Persiapan pojok baca setiap kelas


6 Hasil Program Pojok baca

Anda mungkin juga menyukai