Anda di halaman 1dari 11

KARYA ILMIAH

RANCANGAN SKB BUTA AKSARA

DI DESA EHOSAKHOZI

OLEH :

KELOMPOK 3

BOTOKHI GULO (835287263)


SURIYANI (835304417)
PONTINUS PRIMA SUKSES LAIA (835288122)
ABSTRAK
SKB Desa Ehosakhozi merupakan bentuk pengabdian kepada masyrakat yang terjun
langsung untuk mengabdi kepada masyarakat, dengan memberdayakan warga belajar dan
mengikuti kegiatan belajar mengajar di lapangan yang bertujuan untuk memberikan
motivasi kepada masyarakat dan warga belajar. Dengan adanya SKB ini, diharapkan akan
memberi manfaat bagi masyarakat atau warga belajar dan dapat mengembangkan
kreatifitas serta meningkatkan ketrampilan mahasiswa dalam belajar di tengah-tengah
masyarakat dan warga belajar.
Penyusunan karya ilmiah ini dimulai dari tahapan perencanaan, pelaksanaan
Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Desa Ehosakhozi. dilakukan dengan metode wawancara,
dan melihat langsung kondisi lapangan aktivitas kegiatan di SKB Desa Ehosakhozi
khususnya bagi masyrakat yang buta aksara.
Dari hasil melihat kondisi dilapangan, maka penulis susunlah suatu karya ilmiah yaitu SKB
Desa Ehosakhozi. Program tambahan dari SKB ini berupa, keaksaraan dasar, pembuatan
media pembelajaran, pembuatan lembar identifikasi warga belajar keaksaraan dasar,
pendampingan pembelajaran keaksaraan, pengadaan dan penggandaan kartu huruf,
pendampingan life skill.Dengan kegiatan SKB ini maka penulis membuat karya ilmiah.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan kebutuhan bagi semua orang untuk dapat menjawab kebutuhan
dan juga permasalahan yang dialami oleh masyarakat. Pendidikan pada umumnya merupakan
proses transfer ilmu dari tidak mempunyai pengetahuan tentang suatu hal sampai dengan
mengetahui dan memahami. Adanya proses transfer pengetahuan menjadikan masyarakat
berwawasan luas dan juga terampil dalam berbagai hal. Permasalahan dan kebutuhan yang
semakin berkembang membutuhkan pendidikan yang dilakukan secara terus menerus dan
berkelanjutan. Pendidikan yang dilakukan secara terus menerus disebut juga pendidikan seumur
hidup atau life long education. Pendidikan seumur hidup merupakan pendidikan yang
diperuntukkan bagi seluruh masyarakat dan juga dilakukan sepanjang kehidupan tanpa
membatasi usia.

Pendidikan yang dilakukan seumur hidup atau life long education menjadi sebuah
kebutuhan bagi masyarakat luas. Seperti telah tertuang dalam Undang-undang Dasar 1945 pasal
31 ayat (1) tentang pendidikan yang berbunyi: “Setiap warga negara berhak mendapat
pendidikan”. Pemberian hak tersebut juga didukung dengan adanya kebijakan pemerintah
dengan memberikan anggaran sekurang-kurangnya 20% dari APBN dan APBD untuk memenuhi
biaya pendidikan. Pada UU Nomor 20 tahun 2003 pasal 13 ayat (1) dijelaskan bahwa jalur
pendidikan terdiri atas pendidikan formal, non formal, dan informal yang dapat saling
melengkapi dan memperkaya. Hal tersebut menunujukkan bahwa pemerintah telah memberikan
kemudahan bagi masyarakat agar pendidikan dapat diterima oleh masyarakat secara merata dari
berbagai golongan dan usia.

Sesuai dengan isi dari UU RI tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 26 ayat (1) yaitu
“Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan
pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal
dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Pasal tersebut menunjukkan bahwa
pendidikan nonformal menjadi pengganti pendidikan formal yaitu bagi masyarakat yang tidak
berkesempatan menempuh jalur pendidikan formal contohnya yaitu program pendidikan
keaksaraan dan pendidikan kesetaraan. Pendidikan nonformal juga menjadi pelengkap
pendidikan formal dan informal seperti pendidikan keterampilan, pelatihan kerja, pendidikan
kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan serta pendidikan lain yang ditujukan untuk
mengembangkan.

Adanya ketiga jalur pendidikan tersebut diharapkan dapat mempermudah tersalurnya


pendidikan secara merata dan dapat dilakukan dengan berbagai cara tidak hanya dari jenjang
formal yang dibatasi sampai dengan usia tertentu, tetapi masyarakat dapat mengikuti pendidikan
dari jalur informal dan juga nonformal. Pendidikan jalur informal dan nonformal tidak
membatasi masyarakat untuk terus belajar. Salah satu program dari pendidikan nonformal adalah
pendidikan keaksaraan. Jenjang nonformal memberikan pelayanan bagi masyarakat yang belum
bisa membaca, menulis dan berhitung dari berbagai usia yang kebanyakan adalah orang dewasa.
Kemampuan membaca merupakan hal pokok dalam suatu pendidikan, karena berangkat dari
kemampuan membaca masyarakat dapat belajar secara mandiri maupun di lembaga dengan lebih
mudah. Kemampuan membaca sangat berguna bagi kehidupan sehari-hari untuk mendukung
aktifitas dari masyarakat. memahami berbagai pengetahuan yang ada dibuku maupun sumber-
sumber lain.

Pada tahun 2015 pemerintah mempunyai program pemberantasan buta aksara dalam
rangka mengurangi angka buta aksara di Indonesia. Pada kesempatan ini SKB Desa Ehosakhozi
mendapat amanat untuk ikut berpartisipasi untuk menyelenggarakan program keaksaraan. Peserta
didik tersebut dipilih berdasarkan data dari pemerintah mengenai masayarakat yang masih buta
aksara. Peserta didik yang terpilih berasal dari masyrakat Desa Ehosakhozi. Adanya program
pemberantasan buta aksara yang diselenggarakan diharapkan tidak ada lagi masyarakat yang
buta aksara.

B. Rumusan Masalah
1. Mengapa banyak yang buta aksara
2. Bagaimana cara mengurangi buta aksara di masyrakat
3. Bagaimana cara memberikan pelajaran yang mudah dimengerti

. C Tujuan
1. Untuk mendapatkan data calon peserta didik yang akan mengikuti program keaksaraan.
2. Untuk mengetahui keadaan sosial, ekonomi warga belajar dan lingkungan sekitarnya.
3. Mengetahui masalah dan kebutuhan belajar warga yang diminati oleh warga belajar
sasaran.
D. Manfaat Penelitian

1. Manambah wawasan masyarakat yang buta aksara

2. Meningkatkan kemampuan masyarakat Desa dalam membaca dan menulis

3. Memberi motivasi untuk belajar kepada yang buta aksara dan masrakat Desa
BAB II
METODE PENELITIAN
Metode yang kami gunakan melatih dan mengembangkan serta memberikan motivasi kepada
masyrakat untuk belajar sebagai langkah awal dalam mengurangi buta aksara di lingkungan
Desa Ehosakhozi.

1. Tahap Perencanaan
Mendatangi satu-persatu rumah calon warga belajar keaksaraan sekaligus mensosialisasikan
program keaksaraan keluarga serta memberikan ATK untuk pembelajaran dan Sebagai acuan
dan pedoman dalam melaksanakan program keaksaraan keluarga.

2. Tahap Persiapan
Memahami dan menghayati konsep dasar, arti, tujuan, pendekatan, program,
pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi kepada masyrakat yang buta aksara

3. Tahap pelaksanaan Kegiatan


a. Melaksanakan program keaksaraan dasar
b. Mengajarkan materi tentang membaca, menulis, dan berhitung.
c. Membantu mengentaskan buta aksara
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Buta huruf atau pendidikan keaksaraan adalah pendidikan yang diselenggarakan untuk
masyarakat penyandang buta aksara untuk menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan
keaksaraan (membaca, menulis, dan berhitung) serta keterampilan fungsional yang dibutuhkan
terkait dengan kemampuan keaksaraan itu, sehingga mereka dapat menguasai pengetahuan dasar
(basic education) yang dibutuhkan dalam habitat dan komunitas hidupnya (Heryanto 2011).
Keaksaraan fungsional adalah sarana terpenting untuk menciptakan manusia yang kritis,
apresiatif, dan dinamis dalam rangka mengelola kehidupan kemanusiannya, terutama bagi warga
masyarakat yang karena berbagai hal tidak terlayani oleh pendidikan sekolah (Kusnadi 2005).
Venny (2010) menyatakan bahwa buta aksara merupakan salah satu faktor yang menghambat
pembangunan sumber daya manusia. Tujuan Pembangunan Milenium atau MDGs sangat penting
dalam rangka program pembangunan yang dijalankan oleh Indonesia sebab sangat berkaitan
dengan pembangunan manusia. Keberhasilan pembangunan manusia suatu negara diukur melalui
beberapa indikator, antara lain Indeks Pembangunan Manusia (IPM), yaitu indeks yang
mengukur pencapaian keseluruhan suatu negara. IPM mengukur gabungan tiga dimensi
pembangunan manusia, yaitu: 1) Indeks kesehatan diukur dari usia harapan hidup; 2) Indeks
pendidikan diukur dari tingkat kemampuan baca tulis orang dewasa dan tingkat pendaftaran di
sekolah dasar, lanjutan, dan tinggi; dan 3) Indeks daya beli diukur dari paritas daya beli dan
penghasilan. Pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan memerhatikan prinsip-prinsip pembelajaran
pendidikan keaksaraan sebagaimana yang dinyatakan oleh Hiryanto (2009), yaitu: 1) Konteks
lokal, yaitu dengan mempertimbangkan minat dan kebutuhan masyarakat, agama, budaya,
bahasa dan potensi lingkungan; 2) Desain lokal, yaitu proses pembelajaran yang merupakan
respon (tanggapan) minat dan kebutuhan masyarakat yang dirancang sesuai dengan situasi dan
kondisi masyarakat Desa Manipi; 3) Proses partisipatif, yaitu proses pembelajaran yang
melibatkan peserta secara aktif; dan 4) Fungsional hasil belajar, yaitu hasil belajarnya dapat
meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan sikap positif dalam rangka meningkatkan mutu dan
taraf hidup masyarakat. Hasil yang dicapai dari program pemberantasan buta aksara melalui
kegiatan SKB Desa Ehosakhozi ini memberikan pengaruh yang cukup berarti dalam memotivasi
peserta, meningkatkan kesiapan belajar, meningkatkan kemampuan calistung (baca, tulis, dan
hitung) dan komunikasi, serta meningkatkan kecakapan fungsional (misalnya membaca KTP,
menulis nama, dan membuat kalimat sederhana). Konsep pembangunan manusia adalah
memperluas pilihan manusia, terutama untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti kesehatan,
pendidikan, dan kemampuan daya beli. Dengan demikian, suatu daerah dengan kualitas
pembangunan manusia yang baik idealnya memiliki persentase penduduk miskin yang rendah
(IPM 2007). Menurut Samuelson dan Nordhaus (1997), penyebab dan terjadinya penduduk
miskin di negara yang berpenghasilan rendah adalah karena dua hal pokok, yaitu rendahnya
tingkat kesehatan dan gizi dan lambatnya perbaikan mutu pendidikan. Oleh karena itu, upaya
pertama yang harus dilakukan pemerintah adalah melakukan pemberantasan penyakit, perbaikan
kesehatan dan gizi, perbaikan mutu pendidikan, pemberantasan buta huruf, dan peningkatan
keterampilan penduduknya. Kelima hal itu adalah upaya untuk memperbaiki kualitas Sumber
Daya Manusia (SDM). Apabila hal-hal tersebut dapat dilakukan dengan segera, maka penduduk
dapat menggunakan modal dengan lebih efektif, menyerap teknologi baru, dan belajar dari
kesalahannya. Apabila ini ditunjang dengan penyediaan fasilitas umum yang memadai, maka
akan segera dapat mengentaskan kemiskinan. Oleh karena itu, tingkat pendidikan (termasuk
keterampilan), tingkat kesehatan yang rendah dan terbatasnya fasilitas umum merupakan
penyebab dari adanya kemiskinan.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyusunan karya ilmiah ini merupakan tugas mata kuliah pembelajaran
berwawasan kemasyarakatan yang dilaksanakan di SKB Desa Ehosakhozi. Selama
melaksanakan SKB, penulis mempunyai banyak pengalaman yang dapat kami
simpulkan sebagai berikut :
1. Bagi masyrakat merupakan kegiatan yang memiliki fungsi serta tujuan yang
jelas sebagai sarana untuk memberikan bekal kemampuan dalam rangka untuk
mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan,
2. Komunikasi yang baik akan menunjang pelaksanaan kegiatan ini sehingga
segala permasalahan yang menyangkut SKB buta aksara akan segera dapat
terpecahkan dengan cepat dan baik.

B. Saran
Dapat mempertahankan hal-hal yang sudah baik yang ada di SKB Desa
Ehosakhozi serta memperbaiki hal-hal yang belum baik dengan harapan
mampu menjadi SKB teladan yang patut dicontoh oleh lembaga-lembaga
nonformal lainnya.
Hasil kayra ilmiah ini yang yang kami laksanakan dapat dijadikan
sebagai pertimbangan untuk meningkatkan kualitas SKB dalam memberikan
layanan pendidikan bagi masyarakat buta aksara.
DOKUMENTASI
DAFTAR PUSTAKA

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2015. Jumlah Penduduk Desa Manipi. Mamasa (ID): BPS
Kabupaten Mamasa.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2015. Luas Wilayah Desa Manipi. Mamasa (ID): BPS Kabupaten
Mamasa
Heryanto. 2011. Keaksaraan Fungsional di Indonesia. Jakarta (ID): Mustika Aksara
Hiryanto. 2009. Efektivitas Program Pemberantasan Buta Aksara Melalui Kuliah Kerja Nyata
(KKN) Tematim di Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul. Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan. 02
(1): 67–80.
[IPM] Indeks Pembangunan Manusia. 2007. Indeks Pembangunan Manusia 2006–2007. Katalog
BPS 4102002. Jakarta (ID): Badan Pusat Statistik.
[Kemendikbud] Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2015. Angka Buta Aksara Indonesia.
Jakarta (ID).
Kecamatan Pana dalam Angka 2015. Buta Huruf Kecamatan Pana. Mamasa (ID). BPS
Kabupaten Mamasa

Anda mungkin juga menyukai