Anda di halaman 1dari 4

SEJARAH PENDIDIKAN NON FORMAL DAN INFORMAL

A. PENDAHULUAAN

Pendidikan nonformal dan informal merupakan salah satu jalur pendidikan pada system
pendidikan nasional yang bertujuan antara lain untuk memenuhi keutuhan pendidikan masyarakat
yang tidak dapat dijangkau dan dipenuhi oleh jalur pendidikan formal. Pernyataan ini dinyatakan
dalam undang-undang system pendidikan nasional nomor 20 tahun 2003 pada bab IV pasal 10 ayat
(1). Suatu aktivitas dapat dikatakan sebagi pendidikan luar sekolah apabila di selenggarakan dan
dibutuhkan oleh masyarakat dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat (life-long
education)

Jalur pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan diluar pendidikan formal yang dapat
dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang (bimbingan belajar/kursus). Kegiatan pendidikan
informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.

B. MASA SEBELUM KEMERDEKAAN

Pendidikan keaksaraan diindonesia yang jaman dahulu disebut dengan pemberantasan buta huruf
telah melalui kurun waku dan proses yang sangat panjang karena sejak zaman sebelum merdeka
para griliyawan dan kaum pergerakan yang sudah dapat membaca, menulis dan berhitung. Aktif
mengajari kaumnya, rakyat indnonesia yang belum dapat membaca dan menulis, pemberantasan
buta huruf yang sekarang disebut sebagai pendidikan keaksaran merupakan program yang cukup
penting.

C. MASA KEMERDEKAAN (1945-1950)

Tahun 1945 merupakan puncak pergerakan revolusi kemerdekaan Indonesia yang membutuhkan
sumber daya manusia yang mampu mempertahankan dan mengisi kemerdekaan yang telah
diperoleh dengan susuah payah pada masa kemerdekaan itu cukup banyak kegiatan nonformal dan
pendidikan informal yang diselenggarakan, menurut Ra. Santoso (1956: 42) usaha-usaha pendidikan
non formal dan pendididkan informal yang saat itu disebut jawatan pendidikan masyarakat meliputi
pemberantasan buta huruf kursus kewarga negaraan, kursus broadcasting, kursus kewanitaan,
kursus kependudukan, kursus kemasyarakatan orang dewasa, kursus, olahraga, kursus taman
pustaka rakyat. :

1. Pemberantasan Buta Huruf

Pada akhir tahun 1945 masyarakat giat melakukan kegiatan pendidikan khususnya
pemberantasan buta huruf. Dengan moto yang dikumandangkan dimana-mana yaitu “perang
terhadap buta huruf,” perang terhaap keterbelakangan sosial, dan ekonomi. Moto yang
dikumandangkan telah berhasil menyadarkan masyarakat akan pentingnya menjadi Negara yang
berguna; untuk membangu martabat bangsa. Sehinga sejajar dengan bangsa lain.
2. Kursus kewarga negara

Santoso, Ra. (1956) menyebut bahwa “diberbagai wilayah atau daerah yang menjadi basis
pertempuran yang dikuasai oleh bangsa Indonesia berbagai upaya pendidikan untuk rakyat mulai
tumbuh dan brkembang dengan cukup pesat. Hal ini diantaranya berbagi jenis kursus,
pemberantasan buta huruf (PBH), pengetahuan umum, kursus, kursus politik kewarganegaraan.

3. School broadcasting

Nama pendidikan masyarakat semakin nyaring, ketika pada tahun (1951) pernah diselenggarakan
“school broadcasting” yang diketuai sadaryoen siswomartoyo, kepala jawatan pendidikan
masyarakat saat itu dengan sekertaris dari RRI dan anggitanya antara lain dari unsur TNI AD, AURI,
DAN ALRI.

4. Kursus kewanitaan

Program ini dilakukan dengan tujuan untuk melakukan pembekalan yang bersifat kterampilan,
sikap-sikap dan nilai-nilai masyarakat yang berkaitan dengan kesehatan lingkungan, peningkatan gizi,
dan pencegahan penyakit menular, seperti cacar. Bagi para dukun bayi(parazi) dan kursus keluarga
bernencana (kb).

5. Kursus kepanduan

Kepanduan merupakan salah satu saluran pendidikan pemuda dalam lingkup di luar sekolah dan
di luar rumah. Kursus kepanduan dilakukan menurut RA. Santoso. (1956: 52) dengan tujuan untuk :

a. Mempertemukan pimpinan organisasi kepanduan yang ada, baik anggota putri maupuan
anggota putera.

b. Membangkitkan jiwa pandu di kalangan masyarakat pemuda sampai ke plosok-plosok. Kalau


sudah berbentuk organisasi selanjutnya di serahkan kepada anggotanya masing-masing untuk
memilih organisasi mana yang mereka sukai.

c. Menyelenggarakan atau membantu menyelenggarakan latihan-latihan pemimpin kepanduan


bersama-sama dengan organisasi-organisasi kepanduan yang ada.

d. Memberikan bantuan keuangan seperlunya menurut ketentuan –ketentuan yang berlaku.

6. Kursus kemasyarakatan orang dewasa (KKOD)

Kursus kemasyarkatan orang dewas, ini ditujukan untuk memberikan pendidikan kecakapan
kejuaran yang berhubungan langsung dengan mata pencaharian dan penghidupan sehari-hari
masyarakat. Isi dari kursus kemasyarakatan orang dewasa menurur RA. Santoso (1956: 49) adalah:

a. Memberikan kecakapan kerja untuk memungkinkan perbaikan mutu hasil pekerjaan sehari-
hari;

b. Memberikan kecakapan berdagang dan mengatur tata usaha keuangan;


c. Membangkitkan semangat gotong royong untuk disaluran ke dalam usaha-usaha berorganisasi
secara teratur.

7. Kursus olah raga

Disamping berbagai latihan olah raga yang diselenggarakan di sekolah, maka dipandang perlu
adanya latihan olahraga melalui kursus. Semangat, hasrat yang menggebu pada setiap kaum
pergerakan dapat dimanfaatkan untuk membangun sikap serta kesadaran akan pentingnya
persatuan dan kesatuan diantara seluruh rakyat Indonesia.

8. Taman pustaka rakyat

Untuk memberikan pengetahuan untuk masyarakat pada umumnya, maka didirikan taman baca
rakayat. Taman baca rakyat menempati kedudukan khusus pada rakyat Indonesia yang semakin
menyadari pentingnya pengetahuan untuk membangun kemajuan di masa depan.

D. MASA PASCA KEMERDRKAAN

Seiring meningkatnya pemikiran mengenai pentingnya pendidikan pada tahun 1970-an, dan
keterbatasan ketersediaan layanan pendidikan formal, maka peran, fungsi, dan harapan terhadap
pendidikan nonformal meningkat pula,

Melalui direktorat pendidikan masarakat, banyak program yang diselenggarakan dalam rangka
penciptaan sumberdaya manusia Indonesia yang berkualitas. Pada saat itu usaha-usaha peningkatan
pendidikan dan keterampilan juga diarahkan pada kemampuan untuk meningkatkan perluasan
lapangan kerja dan partisipasi produktif angkatan kerja guna mengurangi badan ketergantungan
masyarakat dan pemerintah.

E. MASA REFORMASI

Dengan diterbitkannya undang-undang system pendidikan nasioanal 20 tahun 2003 semakin jelas
bahwa secara yuridis formal, pendidikan masyarakat merupakan bagian dari pendidikan nasional.
Dalam undang-undang tersebut dinyatakan pula bahwa pelanggaran pendidkan nasional
dilaksanakan melalui tiga jalur, yaitu pendidikan formal, informal, dan nonformal.

Penyelenggaran proses pembelajaran pada pendidikan nonformal dapat dilakukan oleh berbagai
bentuk lembaga, organisasi, dan komunitas belajar yang diantaranya adalah pusat kegiatan belajar
masyarakat (PKBM), sanggar kegiatan belajar (SKB), pondok pesantren, majlis ta’lim, sekolah rumah,
sekolah alam, seolah kelas campuran, susteran dan diklat UPT.

PENUTUP

Pendidikan nonformal pada awalnya merupakan pendidikan masyarakat yang sekarang biasa dikenal
dengan pendidikan luar sekolah. Zaman penjajahan Belanda dulu terdapat pendidikan nonformal
karena pada saat pemerintahan tersebut banyak membutuhkan tenaga kerja yang digunakan untuk
membangun gedung, perkantoran, rumah-rumah pejabat Belanda. Di sisi lain pendidikan nonformal
juga melahirkan pesantren, yang mana terdapat para santri yang sedang mencari ilmu di pesantren.

Setelah terjadinya revolusi kemerdekaan Indonesia yang terjadi di tahun 1945, banyak kegiatan
pendidikan nonformal diselenggarakan, seperti pemberantasan buta huruf, kursus
kewarganegaraan, school broadcasting, kursus kewanitaan, kursus kepanduan dan kursus orang
dewasa yang dilakukan di pendidikan kecakapan. Pendidikan nonformal pada saat ini sangatlah
besar dalam berkontribusi pada pengembangan masyarakat, serta dalam persoalan ini dapat dilihat
bahwa dalam masyarakat antusiasmenya dan kebersamaannya yang sangat begitu erat

Anda mungkin juga menyukai