Pptpneumonia 121114012732 Phpapp01
Pptpneumonia 121114012732 Phpapp01
Pembagian pneumonia
menurut anatominya :
• Pneumonia lobaris
• Pneumonia lubularis
(Bronkopneumonia)
• Pneumonia interstitialis
(Bronkiolitis)
Sedangkan pembagian pneumonia
menurut etiologis atau agen
penyebab infeksinya adalah :
a. Bakteri (paling sering
menyebabkan pneumonia pada
orang dewasa) :
Staphylococcus aureus
Legionella
Hemophillus influenzae
b. Virus
Virus influenzae
Chicken pox (cacar air)
c. Mycoplasma pneumoniae (organisme yang
mirip bakteri)
d. Jamur
Aspergilus
Histoplasma
koksidioidomikosis
e. Aspirasi ( makanan, amnion dsb )
PATOFISIOLOGI
Suatu penyakit infeksi pernapasan dapat terjadi akibat
adanya serangan agen infeksius yang bertransmisi
atau di tularkan melalui udara. Pada dasarnya agen
infeksius memasuki saluran melalui
pernapasan berbagai cara seperti
inhalasi
hematogen(melaui udara),
(melaui darah), ataupun dengan aspirasi
langsung ke dalam saluran tracheobronchial. Pada
kasus pneumonia, mikroorganisme biasanya masuk
melalui inhalasi dan aspirasi.
Penyakit pneumonia
sebenarnya merupakan
manifestasi dari rendahnya
daya tahan tubuh
seseorang akibat adanya
peningkatan kuman
patogen seperti bakteri
yang menyerang saluran
pernapasan.
GEJALA / MANIFESTASI
KLINIS
• Kesulitan dan sakit pada saat bernapas :
nyeri pleuritik, nafas dangkal dan
mendengkur, tachipnoe.
• Bunyi nafas di atas area yang
mengalami konsolidasi : mengecil,
kemudian menjadi hilang, ronchi
• Gerakan dada tidak simetris
• Menggigil dan demam 38,8’C sampai
41,1’C
• Anoreksia
• Malaise
• Batuk kental, produktif : sputum
kuning kehijauan kemudian
berubah menjadi kemerahan atau
berkarat
• Gelisah
• Cyanosis
• Masalah masalah psikososial :
disorientasi dan anxietas
Kejadian pneumonia pada balita di per
lihatkan dengan adanya ciri ciri demam,
batuk, pilek, disertai sesak napas dan
tarikan dinding dada bagian bawah ke
dalam, serta cyanosis pada infeksi yang
berat. Tarikan dinding dada bagian bawah
ke dalam terjadi karena gerakan paru yang
mengurang akibat infeksi pneumonia yang
berat.. pada usia di bawah 3 bulan,
kejadian pneumonia di ikuti dengan
penyakit pendahulu seperti otitis media,
conjuctivitis, laryngitis, dan pharyngitis.
Kelompok umur Kriteria pneumonia Gejala klinis
2 bulan - <5 tahun Batuk bukan Tidak ada napas cepat
Pneuumonia dan tidak ada tarikan
dinding dada bagian
bawah
• JENIS KELAMIN
• RIWAYAT BBLR
• PEMBERIAN ASI
• STATUS GIZI
• STATUS IMUNISASI
• DEFESIENSI VIT A
PENATALAKSANAAN
Pada tahun 1997, pemerintah Indonesia mulai
memperkenalkan manajemen tatalaksana baru
yaitu MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit)
yang terintegrasi dan di terapkan sebagai
acuan program penanggulangan ISPA
pneumonia di pelayanan kesehatan dasar.
Adapun tatalaksananya adalah meliputi :
• Pemeriksaan
• Penentuan ada tidaknya bahaya
• Penentuan klasifikasi penyakit
• Pengobatan dan tindakan
TATA LAKSANA
THERAPY
1. Bagi penderita pneumonia, di berikan
antibiotika per oral selama 5 hari.
Antibiotika yang di gunakan adalah
kotrimoksasol (480 mg dan 120 mg)
akan tetapi pada bayi berumur kurang
dari 2 bulan, tidak di anjurkan untuk di
berikan pengobatan antibiotika per oral
maupun paracetamol.
2. Tindakan yang di berikan pada penderita
pneumonia berat adalah di rawat di RS. Ada
beberapa tanda bahaya yang menunjukkan
anak menderita penyakit yang sangat berat
di mana jika anak mempunyai salah satu
tanda bahaya tersebut maka perlu segera di
rujuk ke RS yaitu:
Pada anak umur 2 bulan - <5 tahun tanda
bahaya tsb antara lain kurang bisa minum,
kejang, kesadaran menurun, stridor atau
mengalami gizi buruk.
Pada anak umur <2 bulan : kurang bisa
minum, kejang, kesadaran menurun, stridor,
wheezing, demam atau dingin.
Penderita sangat muda atau tua :
mengalami keadaan klinis berat yaitu sesak
napas, kesadaran menurun, serta gambaran
kelainan toraks cukup luas, adanya riwayat
penyakit lain (bronkiektasis atau bronkitis
kronik, adanya komplikasi dan tidak adanya
respon terhadap pengobatan yang telah di
berikan.
3. Pemberian oksigen
terutama pada anak yang
cyanosis
4.Pemasangan infus untuk
rehidrasi dan koreksi
elektrolit