Anda di halaman 1dari 10

PERKEMBANGAN EMOSI

REMAJA
KELOMPOK 12

DISUSUN OLEH :
-Marlina Olivia Lt (1901070001)
-San Febriyanti Simanjuntak (1901070017)
-Debora C.A Rajagukguk (1901070027)
-Romeli Lubis (1901070030)
-Riama G.N Manik (1901070033)
Perkembangan Emosi Remaja
Remaja adalah masa dimana anak mengalami
perkembangan yang cukup pesat, emosi yang selalu
bergejolak saat remaja merupakan potensi sekaligus
permasalahan yang harus mendapat perhatian serius baik
oleh orangtua maupun tenaga pendidik.
Emosi positif seperti rasa senang, suka, cinta dan
bahagia adalah potensi positif yang dapat membawa remaja
pada perilaku positif pula. Sebaliknya emosi negative
seperti marah, kecewa, takut, cemas, benci merupakan
emosi yang dapat memicu munculnya berbagai
permasalahan remaja.
Karena berada pada masa peralihan antara masa anak-anak dan
masa dewasa, status remaja remaja agak kabur, baik bagi dirinya
maupun bagi lingkungannya. Masa remaja biasanya memiliki
energi yang besar, emosi berkobar-kobar, sedangkan
pengendalian diri belum sempurna. Remaja juga sering
mengalami perasaan tidak aman, tidak tenang, dan khawatir
kesepian.
Lingkungan tempat remaja berada yakni lingkungan keluarga,
sekolah, dan masyarakat berperanan penting dalam membentuk
emosi remaja, untuk itu diperlukan kondisi positif dari
lingkungan dan keteladanan dari orang tua serta orang dewasa
lainnya sehingga remaja mendapatkan nilai moral dan sosial yang
diperlukan dalam perkembangan emosinya.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
1. Perubahan jasmani.
Perubahan jasmani yang ditunjukkan dengan adanya
perubahan yang sangat cepat dari anggota tubuh.
2. Perubahan pola interaksi dengan orang tua.
Pola asuh orang tua terhadap anak, termasuk remaja,
sangat bervariasi. Ada yang pola asuhnya menurut apa
yang dianggap terbaik oleh dirinya sendiri saja sehingga
ada yang bersifat otoriter, memanjakan anak, acuh tak
acuh, tetapi ada juga yang dengan penuh cinta kasih.
Perbedaan pola asuh orang tua seperti ini dapat
berpengaruh terhadap perbedaan perkembangan emosi
remaja.
3. Perubahan pola interaksi dengan teman sebaya.
Remaja seringkali membangun interaksi sesama teman
sebayanya secara khas dengan cara berkumpul untuk
melakukan aktifitas bersama dengan membentuk semacam
geng.
Pembentukan kelompok dalam bentuk geng seperti ini
sebaiknya diusahakan terjadi pada masa remaja awal saja
karena biasanya bertujuan positif, yaitu untuk memenuhi
minat mereka bersama.
4. Perubahan pandangan luar.
Ada sejumlah pandangan dunia luar yang dapat
menyebabkan konflik-konflik emosional dalam diri
remaja, yaitu:
1) Sikap dunia luar terhadap remaja sering tidak konsisten.
2) Dunia luar atau masyarakat masih menerapkan nilai-nilai
yang berbeda untuk remaja laki-laki dan perempuan.
3) Seringkali kekosongan remaja dimanfaatkan oleh pihak
luar yang tidak bertanggung jawab, yaitu dengan cara
melibatkan remaja tersebut ke dalam kegiatan-kegiatan
yang merusak dirinya dan melanggar nilai-nilai moral.
5. Perubahan interaksi dengan sekolah.
Para guru merupakan tokoh yang sangat penting dalam
kehidupan mereka karena selain tokoh intelektual, guru juga
merupakan tokoh otoritas bagi para peserta didiknya. Oleh
karena itu, tidak jarang anak-anak lebih percaya, lebih patuh,
bahkan lebih takut kepada guru daripada kepada orang tuanya.
Posisi guru semacam ini sangat strategis apabila digunakan
untuk pengembangan emosi anak melalui penyampaian materi-
materi yang positif dan konstruktif.
Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif adalah suatu perubahan dimana
perubahan itu terjadi pada kemampuan mental seperti belajar,
memori, menalar, berpikir dan bahasa. Pada masa remaja
perkembangan kognitifnya ini, remaja sudah mulai memikirkan
apa yang akan terjadi nantinya ketika kita melakukan sesuatu.
Mereka sudah memikirkan dampak apa saja yang akan terjadi.
Perkembangan kognitif sangat berpengaruh terhadap remaja.
Dari perkembangan kognitif ini kita akan tahu bagaimana remaja
tersebut. Kita juga akan tahu seberapa dewasakah remaja tersebut
ketika berada di lingkungan sekolah maupun di masyarakat
sekitar.Pengaruh perkembangan ini mempengaruhi remaja, karena
remaja sudah bisa menunjukkan tingkat kesadaran yang tinggi.
Tahap – Tahap Perkembangan
Menurut Piaget
a. Tahap sensorimotor
Dari kelahiran sampai umur 2 tahun (bayi membangun pemahaman
tentang dunia dengan mengoordinasikan pengalaman indrawi dengan
gerakan dan mendapatkan pemahaman akan objek permanen.
b. Tahap pra-operasional
Umur 2-7 tahun (anak memahami realitas di lingkungan dengan
menggunakan fungsi simbolis (simbol-simbol) atau tanda-tanda dan
pemikiran intuitif. Keterbatasannya adalah egosentrisme, animisme,
dan centration.Ciri-ciri berpikirnya tidak sistematis, tidak konsisten,
dan tidak logis.
c. Tahap operasional konkrit
Umur 7-11/12 tahun (anak sudah cukup matang untuk
menggunakan pemikiran logika atau operasi, tetapi hanya
untuk objek fisik yang ada saat ini. Dalam tahap ini, anak
telah hilang kecenderungannya terhadap animisme dan
articialisme.
d. Tahap operasional formal
Umur 12 tahun ke atas (anak sudah dapat
menggunakan operasi-operasi konkritnya untuk
membentuk operasi yang lebih kompleks, ciri pokok
perkembangannya adalah hipotesis, abstrak, deduktif dan
induktif serta logis dan probabilitas.
SEKIAN &
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai