Anda di halaman 1dari 12

ASMA BRONKIAL

Disusun oleh :
Dr. Andy Syahputra Nasution
PENGERTIAN

Definisi asma yang saat ini banyak dipakai di


indonesia yaitu Asma adalah penyakit paru dengan
karakteristik :
Obtruksi saluran nafas yang bersifat reversible baik
secara
spontan maunpun secara farmakologis.
Inflamasi saluran pernafasan bersifat kronis
peningkatan respon saluran nafas terhadap
berbagai
rangsangan.
EPIDEMIOLOGI
Insiden terjadinya asma dipengaruhi oleh berbagai faktor,
antara lain : jenis kelamin, umur pasien, status atopi,
faktor keturunan, serta faktor lingkungan. Pada negara
maju seperti Amerika dan Inggris insiden terjadinya asma
adalah 5 % dari populasi, ini merupakan jumlah yang
cukup banyak.

Perbandingan antara anak perempuan dan anak laki-laki


1,5 : 1, tetapi menjelang dewasa perbandingan ini sama
dan pada fase menopause perbandingan antara perempuan
dan laki-laki relatif tidak jauh berbeda saat anak. Prevalensi
terjadinya asma lebih banyak pada anak kecil dari pada
orang dewasa.
PATOGENESIS
Patogenesis dan etiologi dari asma masih
belum banyak diketahui dengan pasti
tetapi beberapa literatur mencoba
menawarkan hipotesis yang mungkin
dapat menjelaskan terjadinya asma.
Dasar hipotesis yang berkembang saat ini
adalah mekanisme inflamasi dan
mekanisme respon saluran pernafasan
yang berlebihan.
PATOFISIOLOGI
Obstruksi saluran nafas pada asma merupakan kombinasi
dari spasme otot bronkus, sumbat mukosa, edema dan
inflamasi dinding bronkus. Obstruksi bertambah berat
selama periode ekspirasi karena secara fisiologis saluran
nafas pada fase tersebut. Sehingga udara pada distal
terperangkap dan tak dapat di ekspirasikan, kemudian
terjadi peningkatan volume residu, kapasaitas residu
fungsional dan penderita akan bernafas dengan volume
yang tinggi mendekati kapasitas paru total. Keadaan ini
kita sebut dengan hiperinflasi yang bertujuan agar saluran
nafas tetap terbuka dan pertukaran gas dapat terjadi,
hiperinflasi memerlukan bantuan otot bantu pernafasan.
KLASIFIKASI
Asma mempunyai karakteristik yang berbeda antara satu
dan yang lain. Karakteristik ini tergantung pada etiologi
dari asma itu sendiri. Dahulu asma dibagi dalam 2 hal
besar yaitu asma alergenik atau asma intrinsik dan asma
non alergenik atau non alergi. Asma yang bersifat alergenik
pada umumnya dijumpai pada anak-anak mekanisme yang
menjelaskan adalah reaksi immunologi berupa
hipersensitivitas terhadap alergen, sedangkan non
alergenik umumnya terjadi pada orang dewasa. Saat ini
kedua klasifikasi tidak lagi dipakai karena pada beberapa
pasien dapat datang berobat dengan ke-2 jenis asma
sehingga perlu ada klasifikasi yang lebih spesific untuk
menjelaskan tentang asma.
Kesepakatan para ahli membagi kedalam 6 kategori
berdasarkan etiologi dari asma itu sendiri yaitu :
Asma ekstrinsik atopic
Asma ekstrinsik non atopik
Asma kriptogenik
Asma karena kegiatan jasmani
Asma yang berkaitan dengan penyakit bronko pulmonary
dan lain lain.

Sedangkan berdasarkan tingkat kegawatan asma terbagi


dalam :
Asma ringan
Asma sedang
Asma berat
Asma pada kehamilan
GEJALA KLINIK
Gambaran asma secara klasik adalah episodik batuk,
mengi dan sesak nafas. Pada periode awal gejala
sering tidak jelas seperti rasa berat di dada, dan pada
asma tipe alergenik sering disertai bersin-bersin dan
pilek. Walaupun awalnya batuk tanpa sekret dalam
perjalanannya terjadi sekret yang berwarna mukoid
sampai dengan purulen. Pada sebagian penderita
gejala klinis hanya batuk tanpa disertai mengi atau
dikenal dengan cough variant asthma bila hal ini
muncul maka konfirmasi dengan pemeriksaan
spirometri dan lakukan bronkodilator tes atau uji
provokasi bronkus dengan metakolin.
pada setiap waktu tergantung pada ada tidaknya faktor pencetus.
Faktor pencetus pada asma antara lain :
Infeksi virus pada saluran pernafasan atas.
Paparan alergen tertentu
Paparan terhadap bahan iritan seperti asap rokok, dan minyak
wangi.
Kegiatan jasmani seperti lari yang melelahkan
Emosional
Obat-obatan tertentu seperti aspirin, beta bloker, dan anti inlamasi
non steroid
Lingkungan kerja
Polusi udara
Pengawet makanan seperti sulfit.
Lainnya seperti kehamilan dan sinusitis.

Hal yang membedakan antara asma dan penyakit paru lainnya


adalah pada saat serangan asma dapat hilang dengan ataupun
tanpa obat-obatan.
PEMERIKSAAN FISIK
Perhatian pertama adalah pada keadaan
umum pasien, pasien dengan kondisi yang
sangat berat akan duduk tegak. Selain itu
pada pemeriksaan fisik didapatkan ;
penggunaan otot-otot bantu pernafasan
Frekuensi nafas > 30 kali per menit
Takikardia > 120 x/menit
Pulsus Parokdoksus >12 mmHg
wheezing ekspiratoar
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Spirometri
Cara yang sederhana adalah uji bronkodilator nebulizer
golongan adrenerjek beta. Uji ini dilakukan menggunakan
spirometri sebelum dan sesudah penggunaan
bronkhodilator, bila didapatkan peningkatan VEP1 atau
KVP lebih dari 20% maka didiagnosis sebagai asma, tetapi
bila tidak memenuhi kriteria ini diagnosis asma belum
tentu gugur memerlukan tes konfirmasi yang lain.
Pemeriksaan menggunakan spirometri selain menegakkan
diagnosis juga dapat menilai derajat obstruksi yang ada
dan efek pengobatan yang telah dilakukan.
Uji provokasi bronkhus
Tes ini jarang dilakukan di indonesia. Tes ini untuk
memprovokasi bronkus agar efek asma bisa dibaca, tes ini
menggunakan histamin, metakolin, kegiatan jasmani, udara
dingin, larutan garam hipertonik. Bila terjadi penurunan VEP1
sebesar 20% maka dianggap bermakna. Uji jasmani dilakukan
dengan meminta penderita berlari cepat selama 6 menit
sehingga mencapai denyut jantung 80 sd 90 % kemudian
dievaluasi. Jika terjadi penurunan arus puncak ekspirasi minimal
10% maka dapat dinyatakan positip.
Pemeriksaan sputum
Sputum eosinofil merupakan ciri dari asma, menggunakan kristal
Charcot-leyden, dan spiral Curschmann.
 

Anda mungkin juga menyukai