Anda di halaman 1dari 7

NAMA : AULIA RAMADONA

NIM : 1931038
MK : KEPEMIMPINAN
Kaisar Hirohito (Tokoh Pemimpin Militeristik)
Tipe Militeristis
Yaitu seorang pemimpin yang bercirikan :
• Sering mempergunakan sistem perintah dalam menggerakkan bawahannya
• Senang bergantung pada pangkat dan jabatan dalam menggerakkan bawahannya
• Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan
• Segala sesuatu bersifat formal

KASUS 1: Hartoyo Sebagai Manajer


          Drs. Hartoyo telah menjadi manajer tingkat menengah dalam departemen produksi
suatu perusahaan kurang lebih 6 bulan. Hartoyo bekerja pada perusahaan setelah dia pensiun
dari tentara. Semangat kerja departemen nya rendah sejak dia bergabung dalam perusahaan.
Beberapa dari karyawan menunjukkan sikap tidak puas dan agresif.
             Pada jam istirahat, Hartoyo bertanya pada manajer departemen keuangan apakah dia
mengetahui tentang semangat kerja yang rendah dalam departemen produksi. Beliau
menjawab bahwa dia telah mendengar secara informal melalui komunikasi "grapevine", bahwa
para karyawan Hartoyo merasa tidak senang dengan pengambilan semua keputusan yang
dibuat sendiri olehnya. Hartoyo menyatakan, "dalam tentara, saya membuat semua keputusan
untuk bagian saya, dan semua bawahan mengharapkan saya untuk berbuat seperti itu."
PERTANYAAN KASUS:
1. Gaya kepemimpinan macam apa yang digunakan oleh Hartoyo? Bagaimana keuntungan dan
kelemahannya? Bandingkan motivasi bawahan Hartoyo sekarang dan dulu sewaktu di tentara!
2. Konsekuensi nya apa, bila Hartoyo tidak dapat merubah gaya kepemimpinannya? Apa saran
saudara bagi perusahaan untuk merubah keadaan?

Gaya kepemimpinan yang dimiliki oleh Hartoyo adalah tipe kepemimpinan yang militeristik.
Tipe pemimpin yang militeristik juga sedikit bersifat otoriter. Ini berbanding lurus dengan
keputusan yang dibuat sendiri oleh Hartoyo di perusahaan. Keputusan sendiri yang dibuat
Hartoyo mungkin bersifat efisien dan efektif pada pola pemikiran nya, tapi tidak dengan para
karyawan yang merasa tidak nyaman dengan pemikiran satu arah tersebut (one way traffic of
communication).
Dalam tipe kepemimpinan yang dimiliki oleh Hartoyo sangat mengidentikkan tujuan pribadi
dengan tujuan organisasi, dalam artian setiap keputusan yang diambil belum tentu dipahami
oleh setiap karyawan dan berakibat penyelesaian pekerjaan yang tidak serasi dengan visi misi
perusahaan. Meskipun pemimpin seperti ini juga menuntut kedisiplinan yang tinggi dan
kepatuhan mutlak dari bawahan. Sistem perintah/komando yang diterapkan menunjukkan sikap
dan prinsip yang sangat konservatif, kuno, dan sangat kaku. Maka tidak jarang kritik selalu
ditujukan kepada karyawan yang tidak taat dan disiplin. Pemimpin ini juga tidak membangun
relasi yang baik terhadap karyawan dikarenakan menganggap dirinya sebagai pusat kekuasaan
dan karyawan hanyalah anak buah semata.
Namun tidak selamanya pemimpin dengan gaya militeristik dan otoriter selalu membawa
dampak buruk bagi perusahaan ataupun karyawan. Efisiensi, efektivitas, dan kedisiplinan dalam
pekerjaan yang diutamakan justru menjadi langkah sukses sebuah organisasi dalam
membangun usaha nya. Teknik dan langkah-langkah pengambilan keputusan yang didikte
secara cepat membuat karyawan otomatis juga bekerja secara cepat. Hal ini tentu menimbulkan
pengawasan yang ketat dari pemimpin itu sendiri sehingga tidak banyak karyawan yang
menunda pekerjaan, dan tugas perusahaan bisa selesai tepat waktu atau bahkan lebih cepat
dari yang diperkirakan.

Jika berbicara terkait motivasi karyawan sebelum dan sesudah Hartoyo menjabat sebagai
manajer tingkat menengah tentu sangat berbeda. Melihat dari kasus dan tanggapan dari para
karyawan bisa disimpulkan bahwa manajer sebelum Hartoyo memiliki gaya kepemimpinan yang
berbeda. Jadi wajar jika perubahan internal dalam perusahaan yang dimiliki pemimpin mereka
membuat karyawan menunjukkan sikap yang tidak puas. Dan ketidakpuasan ini bisa berdampak
pada kinerja masing-masing karyawan.

 Perubahan internal ini akan memberikan dampak yang berbeda-beda, tergantung dari
bagaimana masing-masing karyawan merespon nya. Jika menanggapi dari sudut pandang
karyawan tentu mau tidak mau kita harus tetap taat dan memenuhi apapun tugas yang
diberikan pemimpin, termasuk sifat pemimpin tersebut. Jika mau berpikir positif, pemimpin
yang otoriter akan membuat kita rendah hati dan terus banyak belajar untuk sebuah
kesempurnaan. Pemimpin yang keras dan tegas justru memberikan semangat untuk kita
berinisiatif terhadap sebuah kesalahan, meskipun tidak semua karyawan akan menyikapi nya
Konsekuensi nya adalah beberapa karyawan yang tidak puas akan mempengaruhi hasil kerja
mereka sendiri, dan bukan sesuatu yang mustahil jika beberapa karyawan memutuskan untuk
berhenti. Gaya kepemimpinan Hartoyo berasal dari lingkungan dimana dia berasal dan itu
sesuatu yang sulit untuk dihilangkan. Mungkin untuk beberapa waktu kedepan akan ada kritik
dan masukan dari karyawan. Hasil kerja yang menurun, atau justru meningkatnya prestasi
kerja beberapa karyawan.

Jalan keluar nya adalah bagaimana perusahaan, terutama bagian personalia untuk
memotivasi  karyawan sehingga mereka terpacu bahwa ada sesuatu yang patut diperjuangkan
dan dihargai selain mempermasalahkan sifat manajer baru. Semua kembali pada bagaimana
karyawan menyikapi dan mengambil tindakan dari hal-hal baru yang terjadi di lingkungan
mereka. Berpikir positif akan selalu membawa suasana bekerja yang nyaman, menghindari
konfrontasi dan selalu menghormati atasan juga beberapa hal yang harus ditanamkan dalam
pola pikir para karyawan.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai