Oleh :
Ating Sudradjat
Umum
Pengelompokkan logam yang biasa digunakan pada sistem
perpipaan dapat dikategorikan dalam :
Logam ferrous, besi dengan paduannya (besi, carbon steel, stainless steel,
dan campuran besi sebagai komponen dasarnya)
Logam non-ferrous, dikelompokkan dalam logam berat (tembaga, campuran
dari nikel, alumunium, seng dan timah).
Sistem perpipaan logam dengan material lainnya seperti
zirconium dan 416 SS dapat juga digunakan bila biaya dan
kriteria teknisnya memenuhi.
Prinsip perancangan sistem perpipaan dengan material logam
dapat pula diaplikasikan untuk penggunaan material lainnya.
Korosi
Pada umumnya kelemahan yang terjadi pada komponen logam
yang digunakan dalam system perpipaan akan terjadi korosi
terutama pada beberapa jenis material logam tertentu.
Kebijakan (USACE), mengharuskan setiap perpipaan logam
ferrous yang berada di bawah tanah harus dilindungi secara
katodis. (TM 5-811-7 dan MIL-HDBK-1004/10 berisi panduan
mengenai perlindungan katodis pada pemipaan bawah tanah)
Jenis korosi system perpipaan ; General Corrosion, Galvanic
Corrosion, Concentration Cell Corrosion, Pitting Corrosion,
Intergranular Corrosion, Erosion Corrosion, Microbially
Induced Corrosion, Stress-Corrosion Cracking.
Penyebab Korosi
Kontak antara logam yang berbeda yang dapat menjadi
immerssed pada medium konduktif
Keterbukaan pipa terhadap tanah yang korosif atau pun air
Temperatur tinggi
Kecepatan yang rendah, kondisi tipe aliran yang stagnan
Efek abrasif yang dapat menyebabkan permukaan logam
menjadi eroded (terkikis)
Penggunaan tensile stresses pada lingkungan korosif
Solusi dengan kadar asam yang tinggi, kombinasi rongga dekat
permukaan metal to-metal atau semua logam yang dekat
dengan sumber atom hidrogen.
Contoh : Environments Which Cause Intergranular
Corrosion in Sensitized Austenitic Stainless Steels
Acetic Acid Phosphoric Acid
Ammonium Nitrate Phthalic Acid
Beet Juice Salt Spray
Chromic Acid Sea Water
Copper Sulfate Sodium Bisulfate
Crude Oil Sulfite Cooking Liquor
Fatty Acids Sulfite Digestor Acid
Lactic Acid Sulfamic Acid
Maleic Acid Sulfur Dioxide (wet)
Nitric Acid Sulfuric Acid
Oxalic Acid Sulfurous Acid
Source: USACE CECER
Konsentrasi Korosi Sel dari Pipa Bawah Tanah
Design Pressure
• Kunci pertimbangan penentuan pipa logam dan komponennya :
Kemampuan memenuhi kebutuhan tingkat tekanan dan tingkat temperatur sesuai
kode dan standar yang digunakan.
Kemampuan kandung atau buang tekanan berlebih saat dioperasikan :
Pressure relieving device harus dirancang untuk mampu menahan tekanan maksimum
• Maximum Steady Pressure, (ASME B31.3) pada pipa
dimaksudkan :
Untuk komponen yang terdaftar memiliki establish rating;
dimana penggunaan komponen sampai pada service rating yang dapat diterima, sesuai
kode dan standar yang tercantum pada tabel 326.1 dari ASME B31.3.
Untuk komponen yang tidak memiliki establish rating;
penggunaan komponen dari material yang sama dengan tekanan izin sebagaimana
material ditentukan pada kode dan standar, demikian pula jika service rating
didasarkan pada pipa lurus dan komponen pipa yang akan digunakan tidak terbuat dari
pipa yang lurus dan mulus.
Komponen yang tidak terdapat pada daftar;
komponen yang tidak terdaftar pada ASME B31.3 namun sesuai dengan standar
publikasi lain, dapat digunakan jika persyaratan standar tersebut sebanding dengan
persyaratan ASME B31.3 dan jika desain tekanan memenuhi desain tekanan
komponen ASME B31.3
Temperatur desain
Temperatur desain adalah suhu material yang mewakili
kondisi yang paling kritis (gabungan suhu dan tekanan)
System perpipaan yang tidak terisolasi :
Suhu fluida < 380 C, suhu metal disamakan dengan suhu fluida
Suhu fluida > 380 C, kecuali dengan perhitungan heat transfer,
tidak boleh kurang dari :
Valve, pipa, fitting yang dilas = 95 % dari suhu fluida
Flange (90 %), flange muka datar (85 %)
Baut dan mur (80%)
Tekanan Internal :
P = ( 2St/D ) x F x E x T
dimana :
S = Kekuatan yield yang ditentukan, psi.
Untuk pipa ASTM A 53 B dan A 106 B, S = 35.000 psi
t = Tebal nominal
E = Faktor sambungan longitudinal sesuai kode, untuk pipa seam E = 1
F = Faktor desain : tipa A = 0,72, tipe B = 0,60, tipe C = 0,50, tipe D = 0,40
• Tekanan Transien
• Beberapa kode dan standar desain pipa logam
mengakomodasi allowances untuk kondisi transien.
(ASME B31.3 atau kode yang sejenis, keterbatasan
penggunaan allowances ditetapkan dalam kode).
• Dalam proses penyelesaian perancangan sistem, perlu
diantisipasi allowances kondisi transien untuk aplikasi
tekanan dan temperatur desain mencakup seluruh evaluasi
sesuai dengan kode dan standar
Piping Supports for Metallic Piping Systems
Faktor yang mempengaruhi desain :
• Faktor Lingkungan :
Pengaruh pendinginan pada tekanan
Pengaruh ekspansi fluida
Kondisi atmosfir
• Faktor Dinamik : (impact, angin, gempa bumi, getaran, reaksi
keluaran)
• Faktor Berat
• Faktor Ekspansi Termal (beban termal akibat hambatan,
temperatur gradients, beda sifat ekspansi)
• Faktor supporting (penyangga,angker dll.)
• Faktor berkurangnya daktilitas
Piping Supports for Metallic Piping
Systems
Untuk material system perpipaan logam memiliki persyaratan
khusus dalam merancang supportingnya.
System maintenance pun perlu dilakukan untuk meminimalisir
tekanan dalam pipa yang dapat menyebabkan korosi.
Konsentrasi beban yang terjadi, seperti pada valve, meter, dan
peralatan lainnya, harus di supporting secara independen. Dalam
prakteknya aturan, spans untuk jalur perpipaan diisolasi harus
dikurangi sekitar 30% dari spans untuk pipa yang tidak diisolasi.
Supporting pada pipa nikel, tembaga maupun alumunium harus
mengikuti prinsip-prinsip serupa lainnya dalam sistem perpipaan
logam.
Contoh : Support Spacing for Steel Pipe
Nominal Maximum Support Spacing, m (ft)
Pipe Size, SS, Sch 5S SS, Sch 10S CS, Sch 40 SS Sch 40S CS Sch 80
mm (in)
15 (0.5) 2.9 (9.4) 2.9 (9.6) 2.1 (7.0) 2.9 (9.6) 2.5 (8.3)
20 (0.75) 3.2 (10.3) 3.2 (10.6) 2.1 (7.0)* 2.9 (9.4) 2.9 (9.4)
25 (1) 3.4 (11.2) 3.6 (11.9) 2.1 (7.0)* 3.6 (12.0) 3.2 (10.5)
40 (1.5) 3.8 (12.6) 4.2 (13.8) 2.7 (9.0)* 4.3 (14.2) 3.9 (12.7)
50 (2) 4.1 (13.4) 4.5 (14.9) 3.0 (10.0)* 4.8 (15.6) 4.3 (14.1)
80 (3) 4.8 (15.7) 5.2 (17.1) 3.7 (12.0)* 5.8 (18.9) 5.2 (17.1)
100 (4) 5.0 (16.5) 5.6 (18.3) 4.3 (14.0)* 6.4 (21.0) 5.8 (19.2)
150 (6) 5.9 (19.4) 6.3 (20.6) 5.2 (17.0)* 7.5 (24.6) 7.0 (23.0)
200 (8) 6.2 (20.2) 6.8 (22.4) 5.8 (19.0)* 8.3 (27.4) 7.9 (25.8)
250 (10) 7.1 (23.3) 7.4 (24.1) 6.1 (22.0)* 9.1 (30.0) 8.7 (28.7)
300 (12) 7.1 (23.3) 7.8 (25.6) 7.0 (23.0)* 9.8 (32.2) 9.5 (31.1)
Notes:
CS - electric resistance welded carbon steel ASTM A 53, grade A.
SS - seamless stainless steel ASTM A 312, TP316L.
Span lengths are based on a piping system that is a simple single span pipe run, is not insulated, has a full
flow condition that is essentially water and is subject to a maximum operating condition of 93 EC (200 EF).
*Maximum horizontal spacing based on MSS SP-69 (std. wt. steel pipe, water service)
Source: Calculations by SAIC, 1998
Joining
Metode penyambungan dalam perpipaan logam pada
umumnya adalah Welding, Brazing, Patri, mekanis (toleransi
ketat), termasuk pemanasan dan ulir.
Syarat Aplikasi dan spesifikasi disesuaikan dengan
standar ASME, MSS dan API.
Dalam proses pengelasan perlu di lengkapi dengan WPS
(welding procedure specification) dan PQR (prosedure
qualification record) dan harus dibuat welder
performance test record serta sertifikat kompetensi juru
las.
Jenis Las Perpipaan
Udara panas dan brander gas untuk pengelasan pipa plastik,
PVC, dll.
Brazing dan oxy acetylene welding (OAW), untuk tubing
tembaga dan non ferrous lainnya.
SMAW, pengelasan pipa baja karbon dan baja paduan dan non
ferrous
SAW, pengelasan pipa seam longitudinal maupun spiral
ERW (las tahanan listrik) pengelasan seam longitudinal
GTAW (las listrik gas tungsten) pengelasan stainless steel atau
akar perpipaan baja karbon dan baja paduan rendah
Ekspansi Termal
Ekspansi termal dapat mempengaruhi desain
sistem perpipaan pada bidang penting berikut:
stres berlebihan terkait dengan beban termal pada cairan
yang ada dalam sistem perpipaan, pengurangan tekanan
diizinkan karena suhu tinggi dan tegangan yang
disebabkan oleh perpanjangan pipa
Beban tekan berlebihan atau momen lentur pada
peralatan yang terhubung, karena ekspansi termal dari
pipa logam;
Kebocoran pada sambungan pipa akibat ekspansi termal
dari pipa logam
Ductile
Pengaruh buruk dari berkurangnya daktilitas perlu diperhitungkan
guna merancang sistem perpipaan.
Penyebabnya :
Oleh pengelasan
Perlakuan panas
Pembengkokan (bending)
Pembentukan
Pengoperasian
Ductile pada aplikasi perpipaan terkait keperluan kekuatan,
ketahanan shock, dan machinability dan ketahanan yang baik
terhadap korosi umum, tapi mudah bereaksi dengan hidrogen
sulfida.
Spesifikasi standar AWWA (untuk water service) dan bila
penggabungan system perpipaan AWWA dan ASME
Carbon Steel
Baja karbon adalah material digunakan dalam berbagai
tujuan, seperti :
Baja kostruksi (0 – 0,3 % C) ; profile, pipa, pelat, dll.
Baja mesin (0,3 – 0,6 % C)
Baja perkakas
Logam ini mudah berkarat di atmosfer ambient, dan karena
itu aplikasi casting harus dipertimbangkan.
Terjadi embrittled (getas) bila terjadi kontak terlalu lama
dengan alkali atau cairan kaustik kuat
Bila kontak dengan asam mempercepat korosi dan bereaksi
langsung dengan gas hidrogen sulfida.
Spesifikasi Pipa Carbon Steel
Variasi kadar karbon dan perlakuan panas memungkinkan
menghasilkan berbagai macam sifat mekanik tersedia. Baja
karbon akan meningkat tiap 0,3 % maka sifat yang kadar
karbonnya naik akan mempunyai kekuatan yang lebih tinggi.
System perpipaan baja karbon yang paling umum ditetapkan
dibuat untuk memenuhi ASTM A 53.
Jenis dan kelas pipa harus ditentukan: Jenis F (furnace butt-
welded), grade A; tipe E (electric-resistance welded), grade A
atau B; atau tipe S (mulus), grade A atau B.
Tipe F tidak boleh digunakan jika diperlukan Flanging, dan
grade A lebih cenderung dipilih jika terjadi cold-bending.
Pilihan ditetapkan berdasarkan ASTM A 53 meliputi hot-dip
galvanizing, threaded ends and dimensions, schedule 40, 80,
160 dll., mungkin tersedia tergantung diameter pipa.
Stainless Steel
Stainless steel adalah produk paduan baja dengan
kromium dan, pada tingkat lebih rendah nikel,
unsur-unsur lain seperti molibdenum, mangan
tembaga, dan silikon juga bisa dimasukkan sebagai
bagian dari paduan untuk berbagai jenis baja.
Kromium adalah aditif utama yang membuat baja
Stainless steels sebenarnya ialah baja paduan
(alloy) dengan rentang yang sangat luas yang
sangat tahan korosi dan memiliki berbagai elemen.
Tipe Stainless Steel
Jenis stainless steel yang paling umum digunakan
untuk aplikasi proses cair adalah 304 dan 316.
(peringatan: stainless steel tidak benar-benar tahan
korosi)
Bahan kimia seperti Sodium Bisulfida, klorida besi,
ozon dan asam klorida dapat menyerang stainless
steel.
Seri yang paling umum digunakan untuk ketahanan
terhadap korosi dibahas di bawah ini.
Seri yang paling umum digunakan untuk ketahanan terhadap
korosi :
Austenitic stainless steel piping (memenuhi ASTM A 312, ASTM A 813
or ASTM A 814.) Ketiga standar mengisyaratkan austenitic stainless steel
pipe memberi kemampuan pada general corrosive dan/atau layanan suhu
tinggi, katakanlah :
ASTM A 312 specifies seamless and straight-seam welded pipe;
ASTM A 813 covers straight-seam single- or double-welded pipe that is of fit-up and
alignment quality;
ASTM A 814 addresses flanged and cold-bending quality (cold worked) straight-seam
single- or double-welded pipe.
Stainless steel Austenitic (memenuhi ASTM, A 312 ASTM A 813 atau
ASTM A 814.) dimaksudkan untuk general corrosive dan / atau layanan
suhu tinggi :
ASTM A 312 menentukan agar pipa dilas mulus dan straight-seam
ASTM A 813 meliputi pipa straight-seam tunggal maupun ganda yang dilas fit-up dan
alignment quality
ASTM A 814 bergelang dengan kualitas cold-bending (cold worked) tunggal atau ganda.
Seri yang paling umum digunakan untuk
ketahanan terhadap korosi :
Austenitic stainless steel fitting mungkin threaded, dilas atau
flens. Bahan harus sesuai dengan pipa yang terkait. Sebagai
contoh, alat kelengkapan WP316L atau flensa F316L harus
digunakan dengan pipa tipe 316L.