Anda di halaman 1dari 40

PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Pertemuan ke - 3

Program Studi Ekonomi Pembangunan


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Riau
04 Maret 2021
Definisi
 D. Conyers dan Hills (1984):
 Perencanaan adalah proses yang kontinyu, terdiri dari keputusan
atau pilihan dari berbagai cara untuk menggunakan sumber daya
yang ada, dengan sasaran untuk mencapai tujuan tertentu di
masa mendatang.

 MT Todaro (Economic Development, 7 th ed., 2000):


 Perencanaan Ekonomi adalah upaya pemerintah secara sengaja
untuk mengkoordinir pengambilan keputusan ekonom dalam
jangka panjang serta mempengaruhi, mengatur dan dalam
beberapa hal mengontrol tingkat dan laju pertumbuhan berbagai
variable ekonomi yang utama untuk mencapai tujuan
pembangunan yang tela ditentukan sebelumnya.

 Jhingan:
 Perencanaan adalah teknik/cara untuk mencapai tujuan, untuk
mewujudkan maksud dan sasaran tertentu yang telah ditentukan
sebelumnya dan telah dirumuskan dengan baik oleh Badan
Perencana Pusat. Tujuan tersebut mungkin untuk mencapai
sasaran social, politik atau lainnya.
Tujuan Perencanaan Pembangunan

 Memperbaiki penggunaan sumberdaya


publik yang tersedia.
 Memperbaiki kapasitas sektor swasta
dalam menciptakan nilai sumber2 daya
swasta secara bertanggung jawab demi
kepentingan pembangunan masyarakat
secara menyeluruh.
PERLUNYA
PERENCANAAN
 Untuk Mengimbangi Ketidaktentuan dan
Perubahan

 Untuk Memusatkan Perhatian kepada


Sasaran

 Untuk Memperoleh operasi yang Ekonomis

 Untuk Memudahkan pengawasan


MANFAAT PERENCANAAN
 Membantu manajemen untuk menyesuaikan diri dengan perubahan­perubahan
lingkungan,

 Membantu dalam kristalisasi persesuaian pada masalah- masalah utama,

 Memungkinkan pimpinan manajer memahami keseluruhan gambaran operasi lebih jelas,

 Membantu penempatan tanggung jawab lebih tepat,

 Memberikan cara pemberian perintah untuk beroperasi,

 Memudahkan dalam melakukan koordinasi di antara berbagai bagian organisasi,

 Membuat tujuan lebih khusus, terperinci dan lebih mudah dipahami,

 Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti,

 Menghemat waktu, usaha dan dana.


KELEMAHAN
PERENCANAAN
 Pekerjaan yang tercakup dalam perencanaan mungkin berlebihan
pada kontribusi nyata,

 Perencanaan cenderung menunda kegiatan,

 Perencanaan mungkin terlalu membatasi menajemen untuk


berinisiatif dan berinovasi,

 Kadang-kadang hasil yang paling baik didapatkan oleh


penyelesaian situasi individual dan penanganan setiap masalah
pada saat masalah tersebut terjadi,

 Ada rencana-rencana yang diikuti cara-cara yang tidak konsisten.


Proses perencanaan pembangunan

 Proses yang dilakukan secara rasional


yang menghasilkan suatu atau
beberapa kebijakan yang dapat
dijadikan pedoman dalam
pembangunan yang akan dilakukan.
Elemen Perencanaan
 Merencanakan berarti memilih:
 Memilih berbagai alternatif tujuan agar tercapai kondisi yang lebih baik.
 Memilih cara/kegiatan untuk mencapai tujuan/sasaran dari kegiatan
tersebut.
 Perencanaan sebagai alat untuk mengalokasikan sumber daya: SDA,
SDM, Modal.
 Sumber daya terbatas sehingga perlu dilakukan pengalokasian sumber
daya sebaik mungkin.
 Konsekuensi: pengumpulan dan analisis data dan informasi mengenai
ketersediaan sumber daya yang ada menjadi sangat penting.
 Perencanaan sebagai alat untuk mencapai tujuan/sasaran
Beberapa masalah yang dihadapi dalam pembuatan tujuan antara lain:
 Tujuan tidak terdefinisikan dengan baik.
 Tujuan tidak realistik.
 Perencanaan cenderung lebih dari satu tujuan, kadang tidak konsisten
satu sama lain.
 Tujuan dipertanyakan atau tidak sesuai dengan tujuan pengambil
keputusan lain (Mis: DPRD).
 Perencanaan berhubungan dengan masa yang akan datang, yang
berkaitan dengan:
• Proyeksi/prediksi.
• Penjadwalan kegiatan.
• Monitoring dan evaluasi.
 Ciri-ciri perencanaan:
Bersifat Publik
Berorientasi masa depan
Strategis
Deliberate/sengaja/kesepakatan
Terhubung pada tindakan

 Peranan Perencanaan
○ Untuk mengatasi kegagalan pasar.
○ Memobilisasi dan alokasi sumberdaya.
○ Mengatasi dampak psykologies dan
sikap/pendirian.
○ Mencari solusi untuk mendapatkan sumber dana.
Jenis Perencanaan (Conyers & Hills)
○ Tujuan Perencanaan (The nature of Planning Goals)
○ Lingkup Kegiatan Perencanaan (The Scope of Planning
Activities)
○ Tingkatan Spatial dari Kegiatan Perencanaan (The Spatial Level
of Planning Activity)
○ Tingkatan Operational dari Kegiatan Perencanaan (The
Oprational Level of Planning Activity)

Tujuan Perencanaan (The nature of Planning Goals)


 War-time Planning: Perencanaan pada saat darurat.
 Town and Country Planning (Land-use planning, physical planning,
urban and regional planning): berkaitan dengan alokasi tanah dari
berbagai fungsi/kegiatan di daerah.
 Anticyclical Planning: ditujukan untuk menjaga stabilitas
perekonomian national
 Development Planning
TAHAP DASAR
PERENCANAAN
 Menyadari kesempatan
 Menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan
 Menentukan Dasar Fikiran (premis)
 Menetukan Arah-arah Tindakan Alternatif
 Mengevaluasi Arah-arah Tindakan Alternatif
 Memilih suatu Arah Tindakan Alternatif
 Merumuskan Rencana-rencana Turunan
 Mengurutkan Rencana-rencana
Berdasarkan Anggaran
Lingkup Kegiatan Perencanaan (The Scope of Planning
Activities)
Klassifikasi berdasarkan disiplin/profesi
○ Sosio economic Planning
○ Natural Resourceb Planning
○ Architectural and Engineering Planning
Berdasarkan sektor (Pertanian, Industri dsb)
Pendekatan antar disiplin (Ekonomi, Sosiologi, Politik, SDA,
dsb)

Tingkatan Spatial dari Kegiatan Perencanaan


○ (The Spatial Level of Planning Activity)
○ International Planning
○ National Planning
○ Regional Planning/Local Planning
○ Town/Village Planning
○ Individual/Family/Enterprice Planning
Proses Perencanaan

Pendekatan Politik:
Pemilihan Presiden/Kepala Daerah menghasilkan rencana
pembangunan hasil proses politik (public choice theory of
planning), khususnya penjabaran Visi dan Misi dalam
RPJM/D.

Proses Teknokratik:
Menggunakan metode dan kerangka berpikir ilmiah
oleh lembaga atau satuan kerja yang secara fungsional
bertugas untuk itu.
Partisipatif:
Dilaksanakan dengan melibatkan seluruh stakeholders,
antara lain melalui Musrenbang.

Proses top-down dan bottom-up:


Dilaksanakan menurut jenjang pemerintahan.

2011@AyuRai Perekindo & Ekombangun 13


Prasyarat Dapat Diimplikasikannya Suatu Perencanaan
Pembangunan

 Faktual dan Realistis  Sesuai dengan kondisi


aktual di masyarakat, dan realistis secara
ekonomi maupun politis untuk dijalankan
 Logis dan Rasional  Perencanaan yang Bisa didapat
dibuat dapat diterima akal sehat secara melalui
argumentatif perencanaan
yang
 Komprehensif atau menyeluruh 
Teknokratik
Mempertimbangkan seluruh faktor/variabel yang
mempengaruhi
 Fleksibel  Dapat berubah sesuai Bisa didapat
perkembangan kondisi dan kebutuhan yang ada melalui
 Komitmen  Adanya perasaan memiliki dan perencanaan
komitmen untuk menjalankan rencana dari yang
seluruh stakeholders Partisipatif

2011@AyuRai Perekindo & Ekombangun 14


Perencanaan Pembangunan
sebagai Kebijakan Publik

 Perencanaan pembangunan merupakan bagian dari kebijakan publik. Menurut Goulet[1], ada
tiga rasionalitas yang saling ber-inter-relasi dalam penentuan keputusan-keputusan publik,
yaitu :

 Technological Rationality bersandar pada epistemologi ilmu modern yang


mengedepankan logika efisiensi.

 politican rationality merupakan logika kepentingan yang selalu mengedepankan


pemeliharaan institusi dan kebijakan. Lebih jauh dari itu, pada realitasnya seringkali
motif-motif pemeliharaan institusi dan kebijakan itu menjadi alasan yang menyelubungi
motif-motif mempertahankan kekuasaan dan mencari keuntungan.

 ethical rationality lebih menekankan pada pencitaan, pemeliharaan atau


mempertahankan norma-norma.

 Political dan ethical rationality lebih mengacu pada apa yang dianggap “baik” oleh
masyarakat, sementara technological rationality biasanya mengacu pada apa yang dianggap
“benar” oleh perencana. Dilema timbul saat sesuatu yang dianggap “benar” itu belum tentu
dianggap “baik” oleh masyarakat.

[1] Goulet, D (1986), “Three Rationalities in Development Decision-Making”. World Development


vol 14, no 2, page 310-317.
2011@AyuRai Perekindo & Ekombangun 15
Tingkatan Operational dari Kegiatan Perencanaan
(The Oprational Level of Planning Activity)
Perencanaan Pembangunan Nasional (Komprehensif)
Perencanaan Proyek
Perencanaan Sektoral
Integrated Area Planning

Mekanisme Perencanaan menurut Undang-Undang


SPPN
Definisi Perencanaan Menurut UU SPPN
SPPN adalah Satu kesatuan tata cara perencanaan
pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana
pembangunan dalam jangka panjang, menengah dan
tahunan yang dilaksanakan oleh unsur
penyelenggara negara dan masyarakat ditingkat
pusat dan daerah.
Terminologi Kebijakan
Pembangunan Teknokratis
 Teknokrasi secara etimologis berasal dari kata-kata techné (teknik) dan kratein
(memerintah). Teknokrasi ialah pemerintahan yang menekankan pentingnya
prinsip-prinsip teknologi, seperti efisiensi, kuantifikasi, produktivitas,
perencanaan, dan penggunaan kiat, serta SOTA (state of the art).

 Pembangunan yang teknokratik menempatkan pemerintah sebagai pihak yang


secara mutlak berwenang untuk merencanakan dan melaksanakan
pembangunan untuk kepentingan publik, berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan teknis dari pemerintah sendiri.

 Model ini biasanya berafiliasi dengan pola pembangunan top-down, dimana


pemerintah berwenang mengatur masyarakat dan tingkat pemerintahan
dibawahnya dengan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan dari pemerintah
itu sendiri.

 Dalam pembangunan teknokratis, yang diutamakan adalah pertimbangan


teknis dan keilmuan dari pemerintah dalam membangun fondasi argumentatif
strategi pembangunan.

2011@AyuRai Perekindo & Ekombangun 17


Perubahan Paradigma Pembangunan
 Sejak bergulirnya era reformasi 1998, Indonesia telah memulai
berbagai inisiatif yang dirancang untuk memperbaiki sistem tata
pemerintahan dan desentralisasi, akuntabilitas dan partisipasi yang
lebih luas. Inovasi-inovasi dalam penyelenggaraan tata pemerintahan
dan kebijakan publik dalam mendukung sebuah bentuk demokrasi
partisipatorik sangat diperlukan
 Setidaknya ada lima paradigma baru yang menyebabkan perubahan
dan perkembangan pola pikir dalam perencanaan yang juga
menyebabkan perubahan pada produk-produk rencana di Indonesia,
yaitu :
 Pertumbuhan perekonomian global
 Orientasi pembangunan
 Kemitraan pemerintah dan masyarakat (Public-Private Partnership)
 Perkembangan sistem dan teknologi informasi
 Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan
 Bandul pembangunan telah bergerak ke arah tradisi partisipasi.
Prakarsa-prakarsa baru mulai berkembang dalam masyarakat seiring
dengan mulai dibukanya ruang-ruang partisipasi bagi masyarakat dan
desentralisasi kewenangan dari pemerintah pusat ke pemerintah
daerah.
2011@AyuRai Perekindo & Ekombangun 18
Reposisi Peran Pemerintah

Peranan yang dituntut dari


Peranan pemerintah pada
pemerintah saat ini:
masa lalu :
1. “manajer” perubahan
1. Penentu utama arah
(menjalankan fungsi
pembangunan
manajerial dan koordinasi)
2. “Pakar” yang paling
2. Fasilitator dan katalisator
mengetahui dan “berhak”
terciptanya sinergi antar
menentukan arah
stakeholders pembangunan
pembangunan
3. Peran advokasi dan
pembimbingan

2011@AyuRai Perekindo & Ekombangun 19


Latar Belakang
Amandemen keempat UUD 1945
UU 23/2003 tentang Pemilihan Presiden
Revisi UU 22/1999
Reformasi Pengelolaan Keuangan Negara.

Landasan Filosofis
Cita-cita Nasional sebagai mana tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945.
Tujuan Nasional; dengan dibentuknya pemerintahan
adalah untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh
tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia.
Tugas Pokok; setelah kemerdekaan adalah menjaga
kemerdekaan serta mengisinya dengan pembangunan
yang berkeadilan dan demokratis yang dilaksanakan
secara bertahap dan berkesinambungan.
Kerangka Materi UU SPPN terdiri dari 10 Bab dan 37 pasal dengan sistematikan
Bab:

I. Ketentuan Umum
II. Azas dan tujuan
III. Ruang Lingkup Perencanaan Pembangunan Nasional
IV. Tahapan Perencanaan Pembangunan Nasional
V. Penyusunan dan Penetapan Rencana
VI. Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
VII. Data dan Informasi
VIII. Kelembagaan
IX. Ketentuan Peralihan
X. Ketentuan Penutup.
Azas dan Tujuan (1)
1. Pembangunan Nasional diselenggarakan berdasarkan
demokrasi dengan prinsip-prinsip kebersamaan, berkeadilan,
berkelanjutan, berwawasan lingkungan serta kemandirian
dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan
nasional.
2. Perencanaan pembangunan nasional disusun secara
sistematis, terarah, terpadu, menyeluruh dan tanggap
terhadap perubahan.

Azas dan Tujuan (2)


3. SPPN diselenggarakan berdasarkan azas umum
penyelenggaraan negara:
○ Azas Kepastian hukum
○ Azas Tertib Penyelenggaraan negara.
○ Azas Kepentingan Umum
○ Azas keterbukaan
○ Azas proporsionalitas
○ Azas Profesionalitas
○ Azas Akuntabilitas
Azas dan Tujuan (3)
4. SPPN bertujuan untuk:
a. Mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan
b. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, sinergi
baik antar daerah, ruang, waktu, fungsi pemerintah
maupun antara pusat dan daerah.
c. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara
perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan
pengawasan.
d. Mengoptimalkan partisipasi masyarakat.
e. Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya
secara efisien, efektif, berkeadilan dan
berkelanjutan.
Ruang Lingkup Perencanaan

Nasional Daerah

Rencana Pembangunan Jangka Rencana Pembangunan Jangka


Panjang Nasional Panjang Daerah
Rencana Pembangunan Jangka Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional Menengah Daerah
Rencana Strategis Rencana Strategis Satuan Kerja
Kementerian/Lembaga Perangkat Daerah
Rencana Kerja Pemerintah Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Rencana Kerja Rencana Kerja Satuan Kerja
Kementerian/Lembaga Perangkat Daerah
Proses Perencanaan Tahap Perencanaan
1. Proses Politik: Pemilihan langsung 1. Penyusunan Rencana:
Presiden dan Kepala Daerah • Rancangan rencana pembangunan
menghasilkan rencana pembangunan nasional/daerah.
hasil proses politik (Public Choise • Rancangan rencana kerja Dep/lembaga
Theory of Planning)  Khususnya SKPD Musyrenbang
penjabaran visi dan misi dalam RPJM.
• Rancangan akhir rencana
2. Proses Teknokratik: Perencanaan yang pembangunan.
dilakukan oleh perencana profesional
atau lembaga/unit organisasi yang
2. Penetapan Rencana:
secara fungsional melakukan • RPJP Nasional dengan UU dan RPJP
perencanaan  Khususnya dalam Daerah dengan Perda
pemantapan peran, fungsi dan • RPJM dengan peraturan Presiden/
kompetensi lembaga perencana. Kepala Daerah
3. Proses Partisipatif: perencanaan yang • RKP/RKPD dengan peraturan
melibatkan masyarakat (Stakeholders) Presiden/Kepala Daerah.
 a.l. pelaksanaan musyrenbang. 3. Pengendalian Pelaksanaan Rencana
4. Proses Bottom up dan Top Down: 4. Evaluasi Kinerja
Perencanaan yang aliran prosesnya dari
atas ke bawah atau dari bawah ke atas
dalam Hirarchi pemerintahan.
Pengendalian dan Evaluasi (1) Pengendalian dan Evaluasi (2)
•Pasal 30 UU SPPN •Pimpinan kementerian/lembaga/kepala
•Ketentuan lebih lanjut mengenai tata SKPD melakukan evaluasi kinerja
cara pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan
pelaksanaan rencana pembangunan kementerian/lembaga/SKPD periode
diatur dengan peraturan pemerintah sebelumnya.
dengan melibatkan instansi terkait. •Menteri/Kepala Bappeda menyusun
•Pengendalian pelaksanaan rencana evaluasi rencana pembangunan
pembangunan dilakukan oleh masing- berdasarkan hasil evaluasi pimpinan
masing pimpinan kementerian/lembaga/SKPD.
kementerian/lembaga/satuan kerja •Hasil evaluasi menjadi bahan bagi
perangkat daerah penyusunan rencana pembangunan
•Menteri/Kepala Bappeda menghimpun nasional/daerah untuk periode berikutnya
dan menganalisis hasil pemantauan
pelaksanaan rencana pembangunan dari
masing-masing pimpinan
kementerian/lembaga/satuan kerja
perangkat daerah sesuai dengan tugas
dan kewenangannya.
PROSES PERENCANAAN
PERENCANAAN RASIONAL

Merupakan konsep yang rasional,harus didasari


prinsip-prinsip yang rasional bukan berdasakan
emosi dan tebak–tebakan (kira-kira).
Berdasarkan Pendekatan
Rasional( Rastionality Aproach), proses
perencanaan:
Berhubungan erat dengan Economy Welfare
Go public di Pasar Modal ( Prospectus &Rencana )
Efesiensi dalam alokasi sumber daya
Memaksimumkan out put, dalam jumlah input tertentu
atau meminimisasi input untuk memperoleh out put
tertentu.
Asumsi informasi sempurna , data tersedia & akurat.
UNTUK MENJADIKAN KEPUTUSAN RENCANA BERDASARKAN
RATIONALITY, ADA SERANGKAIAN AKTIVITAS YANG HARUS
DILAKUKAN:

1. Identifikasi dan tentukan masalahnya.


2. Klasifikasi dan pengorganisasian dari beberapa tujuan, nilai
dan sasaran yang berhubungan dengan masalah.

3. Identifikasi alternatif dari serangkaian kegiatan untuk memecahkan


masalah dalam rangkaian pemecahan dalam rangka mencapai
sasaran.
4. Pekiraan akibat dari setiap alternatif dari serangkaian kegiatan yang
mungkin terjadi.
5. Bandingkan setiap perkiraan akibat alternatif dari serangkaian
kegiatan dalam hubungan dengan tujuan – tujuan dan sasaran yang
sfesifik.
6. Pilih dari serangkaian alternatif kegiatan tersebut yang akibatnya
paling dekat dengan tujuan dengan sasaran atau yang paling bisa
menyelesaikan masalah atau yang paling mengumntungkan atau
tidak merugikan.
Mengacu kepada kendala perencanaan, maka sulit dalam
menerapkan pendekatan ini di NSB/NB:

 Data untuk identifikasi masalah


 Kelemahan dalam modeling VS banyak sasaran
( tenaga ahli ).
 Menterjemahkan keinginan masayarakat VS
political will.
 Meskipun demikian NSB / NB setidaknya
mampu menangkap pesan dari Pendekatan
Rasional.
PROSES UMUM
1. Membentuk Organisasi.
2. Menentukan Tujuan Perencanaan.
3. Rumuskan Sasaran.
4. Mengumpulkan dan Menganalisa Data
5. Identifikasi Serangkaian alternatif kegiatan
6. Nilai Serangkaian alternatif kegiatan
7. Pilih alternatif yang paling memungkinkan
8. Laksanakan
9. Monitoring dan evaluasi.
Perencanaan Uniter vs Plural
 Perencanaan uniter: perencanaan
menyeluruh (komprehensif) yang disusun
oleh satu lembaga tertentu, umumnya oleh
pemerintah.
 Perencanaan plural mencoba melihat dari
berbagai pihak, misalnya perencanaan yang
didasarkan atas ”Polical bargaining process”.
Dalam hal ini pemerintah harus dapat
memfasilitasi peraturan dan kebijakan yang
dapat menangkap seluruh aspirasi
masyarakat.
Masalah

 Apakah perencanaan yang diusulkan kaum


pluralis ini dapat berjalan ? Apalagi jika
dikaitkan dengan issu dominasi orang kaya
terhadap orang miskin, kelompok elit
terhadap orang ”biasa”, militer terhadap non
militer atau peran media masa.

 Memunculkan perencanaan partisipatif,


advokasi dan komunikatif.
Perencanaan Advokasi
 Konsep advokasi/pembelaan muncul dari praktek
hukum yang berimplikasi pada sanggahan/perlawanan
yang muncul dari masing-masing pihak yang memiliki
dua pandangan yang saling bersaing.
 Umumnya perencanaan advokasi dilaksanakan bukan
oleh perencana (formal), melainkan oleh pekerja sosial
dan organisator kemasyarakatan terlatih dan
mahasiswa.
 Perencanaan advokasi muncul karena pada umumnya
ada suatu kelompok masyarakat yang membutuhkan
bantuan perencana pada saat proses pembangunan
berlangsung, yang pada umumnya berada dalam
kelompok berpenghasilan rendah.
Perencanaan Komunikatif
 Berangkat dari pengamatan pada prilaku perencana dan
karakteristik proses perencanaan rasional.

 Pada umumnya perencana mengenali dan menjelaskan


segala hal (persoalan pembangunan) dalam wilayah publik
berdasarkan kekuatan dan kekuasaan ekonomi dan
birokrasi. Padahal, manusia bukan subyek yang berdiri
sendiri secara kompetitif berusaha untuk mengejar keinginan
individual, tapi manusia adalah makluk yang mamiliki
kesadaran akan diri sendiri dan akan keinginan yang muncul
melalui hubungan antar sesama, melalui komunikasi dan
kerjasama kolektif yang diakibatkannya.

 Dalam perencanaan komunikatif, perencanaan dilakukan


secara dialogis, sehingga praktek-praktek kmunikatif, seperti
mendengar, belajar dan memahami satu sama lain menjadi
diperlukan.
Perencanaan Participatif

 Perencanaan yang menjadikan masyarakat


sebagai salah satu sumber daya terbesar yang
dianggap sangat memahami potensi dan
masalah yang ada, lebih dari pemerintah
sekalipun.
 Dalam perencanaan partisipatif masyarakat
diberi kesempatan untuk menyertakan masalah
yang dihadapi dan gagasan-gagasan sebagai
masukan untuk berlangsungnya proses
perencanaan berdasarkan kemampuan
masyarakat itu sendiri.
Konsep Perencanaan Sektoral
Latar Belakang (1) Latar Belakang (2)
1. Kondisi Saat ini: 3. Sasaran yang ingin dicapai:
• Adanya perubahan yang berlangsung • Reliability
begitu cepat. • Sense of Ownership
• Amandemen UUD 1945 • Enabling Environment
• Terbitnya UU No.22 dan 25 tahun • Transparansi
1999. • Program Evaluation
• Dana pemerintah yang Sangay 4. Terbitnya PP 20/2004 tentang RKP
terbatas. (Rencana Kerja Pemerintah) dan PP
• Terbitnya UU No.17 2003 21/2004.
• Kebijakan fiskal yang baik dan 5. Proses Perencanaan
penerapan sistem perencanaan dan • Proses Politik
penganggaran dengan perspektif.
• Proses Teknokratik
• Pelaku anggaran harus menentukan
• Proses Partisipatif
kebijakan dan prioritas anggaran,
termasuk keputusan mengenai trade- • Proses Top-down dan Bottom up.
off.
2. TanggungJawab Kementerian dan
lembaga.
Mekanisme Perencanaan Menurut SPPN

RenstraPedoman Renja Pedoman Rincian


RKW-KL

Pusat
Pemerintah
KL KL APBN

Pedoman Diacu

RPJP Pedoman RPJM Dijabarkan Pedoman


RKP RAPBN APBN
Nasional Nasional

Diacu Diperhatikan Diserasikan melalui Musrenbang

RPJP Pedoman RPJM Dijabarkan RKP Pedoman


RAPBN APBD

Daerah
Pemerintah
Daerah Daerah Daerah

Pedoman Diacu

Renstra Pedoman Renja Pedoman RKA- Rincian


SKPD SKPD SKPD APBD

UU SPPN UU KN
 Perencanaan Sektor Riil
Adalah perencanaan pada sector riil, seperti:
pertanian, industri dll, dimana supplynya adalah
produksi dan demandnya adalah pasar.
Perencanaan pada sektor pertanian ataupun
sektor industri yang perlu diperhatikan adalah
upaya dalam meningkatkan produktivitas.
 Perencanaan Sektor Penunjang
Adalah perencanaan sektor yang menunjang
sektor riil, seperti: sektor transpotasi, dimana
supplynya adalah kapasitas dan demandnya
adalah pasar.
Perkembangan Teori Perencanaan
Pembangunan (sebagai suatu praktek)

 Perencanaan Pembangunan Sentralistis (1929)

 Perencanaan Pembangunan sebagai Dokumen (1945)

 Perencanaan Pembangunan Ekonomi (1960)

 Perencanaan Pembangunan Pemerataan (1970 –


1980)

 Perencanaan Pembangunan Partisipatif (1990)


Praktek Perencanaan di Indonesia
Perioda Latar Belakang Masyarakat Paradigma dan konsep perencanaan Produk, Lingkup dan Substansi

- 1945 Kerajaan dan Kolonialisme Teosentris, autoritarian, kosmologi Perencanaan fisik, struktur, lokal
(VOC)
Kolonialisme (trias politika) Positivisme, utopian, Garden City Perencanaan fisik, struktur, lokal

1945 – 1955 Perang Kemerdekaan Positivisme, Rasionalis, Utopian, Rencana Ekonomi, Rencana Kota, SVV,
(Liberalisme) Pragmatisme SVO
1955 - 1960 Multi partai Positivisme, Rasionalis Lembaga Perencana, Penelitian
Perumahan, Pencarian Standar
1960 – 1965 Demokrasi terpimpin Utopian, Positivisme, Rasionalis Rcn Nas Semesta, UU Pk Agraria,
Masterplan
1965 1970 Orde Baru - Transisi Positivisme Rasionalis Bappenas, PJP, Unit Prcn Drh
(Sentralistik)
1970 - 1980 Orba-Stabil (Sentralistik- Positivisme Rasionalis, GBHN, Repelita, Konsep Pengb Wil,
Inkrimental) komprehensif, Dialektik, UU Pk Pmrthan, Rcn Sektoral, Bottom
inkrimental, fenomenologi Up (KIP)
1980 – 1990 Orba-Stabil (Sentralistik- Positivisme Rasionalis, Permendagri, P2BPK
Inkrimental) komprehensif, Dialektik,
inkrimental, fenomenologi
1990 – 1997 Orba-Stabil (Birokrat kuat) Positivisme Rasionalis, UU, Kepes, PP tentan penataan ruang,
komprehensif, Dialektik, PJM, P3KT, Desentralisasi
inkrimental, SWOT
1997 – 1999 Krisis Moneter Positivisme Rasionalis, UU Pemda, Perimbangan Keuangan,
Pragmatisme, Dialektik, Perumusan Format Proses Rencana
fenomenologi
1999 - Reformasi Positivisme Rasionalis, inkrimental, Desentralisasi
SWOT

Anda mungkin juga menyukai