Pertemuan ke - 3
Jhingan:
Perencanaan adalah teknik/cara untuk mencapai tujuan, untuk
mewujudkan maksud dan sasaran tertentu yang telah ditentukan
sebelumnya dan telah dirumuskan dengan baik oleh Badan
Perencana Pusat. Tujuan tersebut mungkin untuk mencapai
sasaran social, politik atau lainnya.
Tujuan Perencanaan Pembangunan
Peranan Perencanaan
○ Untuk mengatasi kegagalan pasar.
○ Memobilisasi dan alokasi sumberdaya.
○ Mengatasi dampak psykologies dan
sikap/pendirian.
○ Mencari solusi untuk mendapatkan sumber dana.
Jenis Perencanaan (Conyers & Hills)
○ Tujuan Perencanaan (The nature of Planning Goals)
○ Lingkup Kegiatan Perencanaan (The Scope of Planning
Activities)
○ Tingkatan Spatial dari Kegiatan Perencanaan (The Spatial Level
of Planning Activity)
○ Tingkatan Operational dari Kegiatan Perencanaan (The
Oprational Level of Planning Activity)
Pendekatan Politik:
Pemilihan Presiden/Kepala Daerah menghasilkan rencana
pembangunan hasil proses politik (public choice theory of
planning), khususnya penjabaran Visi dan Misi dalam
RPJM/D.
Proses Teknokratik:
Menggunakan metode dan kerangka berpikir ilmiah
oleh lembaga atau satuan kerja yang secara fungsional
bertugas untuk itu.
Partisipatif:
Dilaksanakan dengan melibatkan seluruh stakeholders,
antara lain melalui Musrenbang.
Perencanaan pembangunan merupakan bagian dari kebijakan publik. Menurut Goulet[1], ada
tiga rasionalitas yang saling ber-inter-relasi dalam penentuan keputusan-keputusan publik,
yaitu :
Political dan ethical rationality lebih mengacu pada apa yang dianggap “baik” oleh
masyarakat, sementara technological rationality biasanya mengacu pada apa yang dianggap
“benar” oleh perencana. Dilema timbul saat sesuatu yang dianggap “benar” itu belum tentu
dianggap “baik” oleh masyarakat.
Landasan Filosofis
Cita-cita Nasional sebagai mana tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945.
Tujuan Nasional; dengan dibentuknya pemerintahan
adalah untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh
tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia.
Tugas Pokok; setelah kemerdekaan adalah menjaga
kemerdekaan serta mengisinya dengan pembangunan
yang berkeadilan dan demokratis yang dilaksanakan
secara bertahap dan berkesinambungan.
Kerangka Materi UU SPPN terdiri dari 10 Bab dan 37 pasal dengan sistematikan
Bab:
I. Ketentuan Umum
II. Azas dan tujuan
III. Ruang Lingkup Perencanaan Pembangunan Nasional
IV. Tahapan Perencanaan Pembangunan Nasional
V. Penyusunan dan Penetapan Rencana
VI. Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
VII. Data dan Informasi
VIII. Kelembagaan
IX. Ketentuan Peralihan
X. Ketentuan Penutup.
Azas dan Tujuan (1)
1. Pembangunan Nasional diselenggarakan berdasarkan
demokrasi dengan prinsip-prinsip kebersamaan, berkeadilan,
berkelanjutan, berwawasan lingkungan serta kemandirian
dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan
nasional.
2. Perencanaan pembangunan nasional disusun secara
sistematis, terarah, terpadu, menyeluruh dan tanggap
terhadap perubahan.
Nasional Daerah
Pusat
Pemerintah
KL KL APBN
Pedoman Diacu
Daerah
Pemerintah
Daerah Daerah Daerah
Pedoman Diacu
UU SPPN UU KN
Perencanaan Sektor Riil
Adalah perencanaan pada sector riil, seperti:
pertanian, industri dll, dimana supplynya adalah
produksi dan demandnya adalah pasar.
Perencanaan pada sektor pertanian ataupun
sektor industri yang perlu diperhatikan adalah
upaya dalam meningkatkan produktivitas.
Perencanaan Sektor Penunjang
Adalah perencanaan sektor yang menunjang
sektor riil, seperti: sektor transpotasi, dimana
supplynya adalah kapasitas dan demandnya
adalah pasar.
Perkembangan Teori Perencanaan
Pembangunan (sebagai suatu praktek)
- 1945 Kerajaan dan Kolonialisme Teosentris, autoritarian, kosmologi Perencanaan fisik, struktur, lokal
(VOC)
Kolonialisme (trias politika) Positivisme, utopian, Garden City Perencanaan fisik, struktur, lokal
1945 – 1955 Perang Kemerdekaan Positivisme, Rasionalis, Utopian, Rencana Ekonomi, Rencana Kota, SVV,
(Liberalisme) Pragmatisme SVO
1955 - 1960 Multi partai Positivisme, Rasionalis Lembaga Perencana, Penelitian
Perumahan, Pencarian Standar
1960 – 1965 Demokrasi terpimpin Utopian, Positivisme, Rasionalis Rcn Nas Semesta, UU Pk Agraria,
Masterplan
1965 1970 Orde Baru - Transisi Positivisme Rasionalis Bappenas, PJP, Unit Prcn Drh
(Sentralistik)
1970 - 1980 Orba-Stabil (Sentralistik- Positivisme Rasionalis, GBHN, Repelita, Konsep Pengb Wil,
Inkrimental) komprehensif, Dialektik, UU Pk Pmrthan, Rcn Sektoral, Bottom
inkrimental, fenomenologi Up (KIP)
1980 – 1990 Orba-Stabil (Sentralistik- Positivisme Rasionalis, Permendagri, P2BPK
Inkrimental) komprehensif, Dialektik,
inkrimental, fenomenologi
1990 – 1997 Orba-Stabil (Birokrat kuat) Positivisme Rasionalis, UU, Kepes, PP tentan penataan ruang,
komprehensif, Dialektik, PJM, P3KT, Desentralisasi
inkrimental, SWOT
1997 – 1999 Krisis Moneter Positivisme Rasionalis, UU Pemda, Perimbangan Keuangan,
Pragmatisme, Dialektik, Perumusan Format Proses Rencana
fenomenologi
1999 - Reformasi Positivisme Rasionalis, inkrimental, Desentralisasi
SWOT