HARAPAN UMAT BERAGAMA Oleh : Kelompok 6 HERA IRAMA (3192431007) IHDA ANNISA LUTHFIA (3192431019) JAYANTI MEYLANI (3193131033) Kerukunan Menurut Islam Kerukunan dan kebersamaan yang didambakan dalam islam bukanlah yang bersifat semu, tetapi yang dapat memberikan rasa aman pada jiwa setiap manusia. Oleh karena itu langkah pertama yang harus dilakukan adalah mewujudkannya dalam setiap diri individu, setelah itu melangkah pada keluarga, kemudian masyarakat luas pada seluruh bangsa di dunia ini dengan demikian pada akhirnya dapat tercipta kerukunan, kebersamaan dan perdamaian dunia. Itulah konsep ajaran Islam tetang Kerukunaan Antar Umat Beragama, kalaupun kenyataannya berbeda dengan realita, bukan berarti konsep ajarannya yang salah, akan tetapi pelaku atau manusianya yang perlu dipersalahkan dan selanjutnya diingatkan dengan cara-cara yang hasanah dan hikmah. Pandangan Islam Tehadap Pemeluk Agama Lain 1. Darul Harbi (daerah yang wajib diperangi) Islam merupakan agama rahmatan lil-alamin yang memberikan makna bahwa perilaku Islam terhadap nonmuslim dituntut untuk kasih sayang dengan memberikan hak dan kewajiban yang sama seperti halnya penganut islam sendiri dan tidak saling mengganggu dalam hal kepercayaan. Islam membagi daerah (wilayah) berdasarkan agamanya atas Darul Muslim dan Darul Harbi. Darul Muslim adalah suatu daerah yang didiami oleh masyarakat muslim dan diberlakukan hokum Islam. Sedangkan Darul Harbi adalah suatu wilayah yang penduduknya memusuhi Islam. Penduduk Darul Harbi selalu mengganggu penduduk Darul Muslim, menghalangi dakwah Islam, bahkan melakukan penyerangan terhadap Darul Muslim Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu karena agama dan mengusir kamu dari negarimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barang siapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. 2. Kufur Zimmy Kufur Zimmy adalah sekelompok individu bukan Islam, akan tetapi mereka tidak membenci Islam, tidak membuat kerusakan, dan tidak menghalangi dakwah Islam. Mereka harus dihormati oleh pemerintah Islam dan diperlakukan seperti umat Islam dalam pemerintahan serta berhak diangkat sebagai tentara dalam melindungi daerah Darul Muslim. Adapun agama dan keyakinan Kufur Zimmy adalah diserahkan kepada mereka sendiri dan umat Islam tidak diperbolehkan mengganggu keyakinan mereka. Adapun ayat Alquran mengenai Kufur Zimmy seperti dalam surat Al Muntahanah: 8 yang artinya: Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mebgusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” 3. Kufur Mustaman Kufur Mustaman adalah pemeluk agama lain yang meminta perlindungan keselamatan dan keamanan terhadap diri dan hartanya. Kepada mereka, pemerintah Islam tidak memberlakukan hak dan hukum negara. Diri dan harta kaum mustaman harus dilindungi dari segala kerusakan dan kebinasaan serta bahaya laiinya, selama mereka di bawah perlindungan pemerintah Islam. 4. Kufur Muahadah Kufur Muahadah adalah negara bukan Negara Islam yang membuat perjanjian damai dengan pemerintah Islam, baik disertai perjanjian tolong- menolong dan bela-membela atau tidak. Kerukunan Intern Umat Islam Kerukunan intern umat Islam di Indonesia harus berdasarkan atas semangat ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama muslim) sesuai dengan firman- Nya dalam surat Al-Hujurat: 10. Kesatuan dan persatuan intern umat Islam diikat oleh kesamaan akidah (keimanan), akhlak, dan sikap beragamanya didasarkan atas Alquran dan Al-Hadits. Adanya perbedaan di antara umat Islam adalah rahmat asalkan perbedaan pendapat itu tidak membawa perpecahan dan permusuhan. Kerukunan Antar Umat Beragama Menurut Islam Kerukunan umat Islam dengan penganut agama lainnya telah jelas disebutkan dalam Alquran dan Al-hadits. Hal yang tidak diperbolehkan adalah dalam masalah akidah dan ibadah, seperti pelaksanaan sosial, puasa dan haji, tidak dibenarkan adanya toleransi, sesuai dengan firman-Nya dalam surat Al Kafirun: 6, yang artinya: Bagimu agamamu, bagiku agamaku. Agama Dapat Menjadi Faktor Perekat Dan Konflik Dalam Masyarakat 1. Agama Sebagai Faktor Konflik Di Masyarakat Factor Konflik yang ada di Masyarakat secara tegas telah dijelaskan dalam Al-quran seperti dalam surat Yusuf ayat 5, disana dijelaskna tentang adanya kekuatan pada diri manusia yang selalu berusaha menarik dirinya untuk menyimpang dari nilai-nilai dan Norma Ilahi. Atau, secara kebih jelas, disebutkan bahwa kerusakan diakibatkan oleh tangan manusia, sebagaimana dijelaskan dalam surat Al-Rom ayat 41. Ayat-ayat ini bisa dijadikan argumentasi bahwa penyebar konflik sesungguhnya adalah manusia. Salah satu cikal bakal konflik yang tidak bisa dihindari adalah adanya perbedaan pemahaman dalam memahami ajaran agama masing-masing pemeluk. Peking tidak konflik terjadi intra Agama atau disebut juga konflik antar Madzhab, yang diakibatkan oleh perbedaan pemahaman terhadap ajaran Agama konflik antarumat beragama didorong oleh beberapa faktor, yaitu: • Faktor tradisi, yang ada sejak nenek moyang mereka dengan sifat. • Faktor kekerabatan antarsuku bangsa, yang saling menonjolkan yang menimbulkan sengketa. • Faktor misi dakwah, yang harusnya menekankan aspek kemanusiaan dan pemberdayaan umat,malah menyimpang ke hal-hal yang radikal. • Faktor kerjasama antartokoh agama, pemimpin adat dan aparat pemerintah yang jarang sekali berdialog. • Ada persepsi antarumat agama, bahwa perbedaan agama merupakan masalah yang tidak lazim dan harus diperdebatkan. • Adanya provokasi yang menimbulkan perpecahan, baik oleh masyarakat, tokoh dan pemimpin maupun pihak ketiga. 2. Konflik Antar Umat Beragama Dalam perspektif negatif, konflik antar umat beragama dan antar sesama agama di Indonesia sepertinya masih terus saja menjadi ancaman. Rasanya, kehidupan harmoni atau salam yang menjadi arah kehidupan masih sulit tercipta Dalam perspektif positif, konflik bisa melahirkan ikatan sosial menguat kembali, penegasan identitas yang positif, otokritik terhadap pemahaman keagamaan serta pola-pola beragama serta relasi sosial, inspirasi membangun cara terbaik dalam menjalin kemitraan dengan pemeluk agama, dan yang tidak kalah pentingya sebagai terapi kejut untuk membangun kebersamaan. Secara lebih spesifik, konflik sosial berbau agama di Indonesia disebabkan oleh misalnya: Pertama, adanya klaim kebenaran. Pluralitas manusia menyebabkan kebenaran diinterpretasi secara berbeda dan dipahami secara absolut. Pemahaman seperti itu akan berpotensi konflik manakala dijadikan landas gerak dalam dakwah. Absolutisme, eksklusivisme, fanatisme, ekstremisme dan agresivisme adalah penyakit-penyakit yang biasanya menghinggapi aktivis gerakan keagamaan. Absolutisme adalah kesombongan intelektual, eksklusivisme adalah kesombongan sosial, fanatisme adalah kesombongan emosional, ekstremisme adalah berlebih-lebihan dalam bersikap dan agresivisme adalah berlebih-lebihan dalam melakukan tindakan fisik. 3. Kerukunan Antar Umat Beragama di Indonesia Kerukunan merupakan kebutuhan bersama yang tidak dapat dihindarkan di tengah perbedaan. Perbedaan yang ada bukan merupakan penghalang untuk hidup rukun dan berdampingan dalam bingkai persaudaraan dan persatuan Agama tidak bisa dengan dirinya sendiri dan dianggap dapat memecahkan semua masalah. Agama hanya salah satu faktor dari kehidupan manusia. Mungkin faktor yang paling penting dan mendasar karena memberikan sebuah arti dan tujuan hidup. Tetapi sekarang kita mengetahui bahwa untuk mengerti lebih dalam tentang agama perlu segi-segi lainnya, termasuk ilmu pengetahuan dan juga filsafat. Yang paling mungkin adalah mendapatkan pengertian yang mendasar dari agama-agama. Jadi, keterbukaan satu agama terhadap agama lain sangat penting. Kalau kita masih mempunyai pandangan yang fanatik, bahwa hanya agama kita sendiri saja yang paling benar, maka itu menjadi penghalang yang paling berat dalam usaha memberikan sesuatu pandangan yang optimis. Pemicu Konflik 1. Rendahnya Sikap Toleransi Sikap ini muncul sebagai akibat dari pola perjumpaan tak langsung (indirect encounter) antar agama, khususnya menyangkut persoalan teologi yang sensitive 2. Kepentingan Politik Faktor Politik, Faktor ini terkadang menjadi faktor penting sebagai kendala dalam mncapai tujuan sebuah kerukunan anta umat beragama khususnya di Indonesia, jika bukan yang paling penting di antara faktor-faktor lainnya 3. Sikap Fanatisme pandangan semacam ini tidak mudah dikikis karena masing-masing sekte atau aliran dalam agama tertentu, Islam misalnya, juga memiliki agen-agen dan para pemimpinnya sendiri-sendiri. Islam tidak bergerak dari satu komando dan satu pemimpin. Ada banyak aliran dan ada banyak pemimpin agama dalam Islam yang antara satu sama lain memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang agamanya dan terkadang bertentangan. Tentu saja, dalam agama Kristen juga ada kelompok eksklusif seperti ini Upaya Pencegahan Konflik dan Perpecahan Antar Umat Beragama • Dialog Antar Pemeluk Agama • Bersikap Optimis ada tiga hal yang dapat membuat kita bersikap optimis. 1. Pertama, pada beberapa dekade terakhir ini studi agama-agama, termasuk juga dialog antaragama, semakin merebak dan berkembang di berbagai universitas, baik di dalam maupun di luar negeri 2. Kedua, para pemimpin masing-masing agama semakin sadar akan perlunya perspektif baru dalam melihat hubungan antar-agama 3. Ketiga, masyarakat kita sebenarnya semakin dewasa dalam menanggapi isu-isu atau provokasi- provokasi. Mereka tidak lagi mudah disulut dan diadu-domba serta dimanfaatkan, baik oleh pribadi maupun kelompok demi target dan tujuan politik tertentu