Anda di halaman 1dari 14

BUDIDAYA LELE ORGANIK

Abu Zaenal Zakariya

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAWA TIMUR


2013
PENDAHULUAN
• Banyak peternak lele yang mengeluh
karenatingginya harga pakan
• Banyak petani lele yang gulung tikar, dan
banyak juga yang beralih budidaya ke ikan lain
yang lebih mudah
• Belum lagi timbulnya permasalah teknis
seperti ikan lele mati mendadak, kematian
tinggi, penyakit dll yang akan menurunkan
hasil produksi.
• Yang pola pikir dari petani itu sendiri harus
dirubah
• Mulai jaman order baru petani di Indonesia
dibiasakan dengan teknik budidaya yang
instan dan cepat. (Pupuk kimia, pestisida
kimia, pelet pakan ikan, pemberian antibiotik)
• Akibatnya peledakan hama, berkurangnya
kesuburan tanah, pelandaian hasil produksi,
• Pada jaman dulu orang memelihara ikan di
kolam dan diatasnya dibangun kandang
unggas atau bahkan jamban untuk buang air
besar
• Ikan hyang dihasilkan juga besar dan sehat,
meski waktu yang dibutuhkan untuk mencapai
bobot panen sedikit lebih lama
• Kita mulai saat ini harus kembali ke hal hal
yang alami yang berasal dari lingkungan
sekitar kita
• Budidaya lele organik merupakan salah satu
upaya untuk merubah pola pikir kita yagn
sudah dibiasakan dengan budidaya secara
instan
BUDIDAYA LELE
• Lele termasuk omnivora dengan
kecenderungan karnivora berupa caring,
serangga, udang-udangan, dan lain-lain. 
• Lele juga sering digolongkan ke dalam jenis
scavengers karena kesukaannya pada
makanan atau bahan organik yang membusuk
• Budidaya lele di kolam tanah maupun di
kolam terpal pada prinsipnya hampir sama
saja
• perbedan hanya terletak pada media dan
teknik pemupukan kolam lele
• Kolam lele yang baik adalah kolam yang
kapasitasnya sesuai dengan populasi bibit
yang ditebar
Kelebihan memelihara ikan lele di kolam
terpal antara lain:
• Terpal mudah didapatkan, dan harganya
cukup murah
• Kontrol air mudah diatur baik dari segi kualitas
maupun kuantitas air
• Kontaminasi dengan tanah yang tidak
diketahui kualitasnya dapat dihindari.
• Mudah dalam pengawasan dan pemanenan
Tahap pemeliharaan
• Buat lubang dalam tanah dengan ukuran yang
disesuai dengan ukuran terpal dan jumlah bibit
yang akan ditebar
• Semprot dengan desinfektan dan biarkan
tanah selama 1 minggu
• Tutup lubang tanah dengan terpal yang sudah
tersedia
• Isi kolam terpal dengan air bersih setinggi
maksimal 2/3 bagian
• Air kolam pertama sebaiknya ditambah
dengan air larutan kotoran sapi sebagai
sumber pakan (plankton) untuk bibit lele
• Pembuatan plankton dari kotoran sapi
- siapkan kotoran sapi yang masih baru
- tambahkan air hingga kotoran sapi terendam
semua
- akan lebih baik lagi jika ditambah air cucian
beras dan tetes
- ambil air yang ada di permukaan larutan
kotoran sapi dan masukkan dalam kolam
• Plankton sangat cocok untuk pakan bibit ikan
lele yang masih kecil karena kandungan
protein dalam plankton yang cukup tinggi
• Jika ikan sudah cukup besar harus ditambah
dengan bahan pakan lain
• Padatan kotoran sapi dalam pembuatan
plankton juga dapat dimasukkan ke dalam
kolam sebagai tambahan bahan pakan (10 –
15% dari total pakan yang diberikan)
• Selain pakan dari kotoran sapi dapat juga
digunakan kotoran unggas
• Dengan komposisi 1 : 1 : 1, yaitu kotoran
unggas, bulu yang dimasak ( diuapi), dan ikan
rucah yang digiling halus
• Bahan organik pakan lain yang dapat
digunakan sebagai sumber pakan yaitu Azolla
• Azolla banyak ditemukan di sawah. Kandungan
nutrisi dalam Azolla juga cukup tinggi dan
sangat baik untuk pertumbuhan ikan.
• Beberapa referensi menyebutkan bahwa
kebutuhan protein yang diperlukan berkisar
35 – 40 %, lemak 9,5 – 10 %, karbohidrat 20 –
30 %, vitamin 0,25 - 0,40 %, dan mineral 1,0
%, masing-masing untuk semua ukuran. 
• Jumlah pakan yang diberikan 5 - 10% dari
berat total ikan yang dipelihara dengan
frekuensi pemberian pakan 3 - 5 kali per hari.
• Kebutuhan pakan untuk mencapai bobot 1 kg
dibutuhkan pakan seberat 1 kg
• Dalam 1 kg terdiri dari 8 – 10 ekor lele
• Lele dapt dipanen kurang lebih dalam waktu 2
bulan pemeliharaan

Anda mungkin juga menyukai