Anda di halaman 1dari 19

Peranan Kementerian

Kesehatan dalam Kebijakan


Nasional Rehabilitasi
Penyalahguna Napza
Kerangka paparan
 Peran Kemenkes dlm UU Narkotika No. 35/2009
 Ketersediaan layanan rehabilitasi dalam
jajaran/dukungan Kemenkes
 Rencana pengembangan layanan rehabilitasi
 Peran Kemenkes dalam kendala otonomi daerah
 Peraturan/Pedoman yang telah tersedia
 Draft yang sedang disusun:
 RPP Wajib Lapor & Permenkes Rehab Medis
Peran Kemenkes dlm UU Narkotika 35/2009
Ketersediaan layanan rehabilitasi
dalam jajaran/dukungan Kemenkes
 Rehabilitasi rawat inap, rawat jalan & detoksifikasi:
 RSKO & 32 RSJ di 26 Provinsi (kecuali NTT, Papua Barat,
Maluku Utara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Banten,
Kepulauan Riau)
 Program Terapi Rumatan Metadon (54 klinik di 12
Provinsi):
 Tersedia di DKI Jakarta, Jabar, Banten, Jateng, DIY, Jatim,
Bali, Sulsel, Kalbar, Sumut, Sulsel, Kepulauan Riau
 RSKO, 4 RSJ,12 RSU, 29 Puskesmas, 8 Lapas/ Rutan
 Dalam proses penambahan klinik secara reguler
Rencana pengembangan layanan
rehabilitasi
 Optimalisasi RSJ dalam penyediaan layanan rawat
inap (jangka pendek & panjang) & rawat jalan:
 Ditetapkan sebagai layanan unggulan Napza
 Optimalisasi RSU Prov / Kab / Kota yg memiliki unit
psikiatri dalam penyediaan layanan rawat jalan &
rawat inap jangka pendek
 Peningkatan kapasitas RSU Prov / Kab / Kota tanpa
unit psikiatri dalam penyediaan layanan rawat jalan
& detoksifikasi
 Peningkatan kapasitas Puskesmas Kecamatan
dalam penyediaan layanan rawat jalan &
detoksifikasi
Peran Kemenkes dalam kendala
otonomi daerah
 Legislasi:
 UU Narkotika No. 35/2009
 PP Wajib Lapor pada fasilitas kesehatan
 Permenkes Rehabilitasi Medis
 Dukungan teknis:
 Pedoman & Standar Pelayanan Minimal Gangguan
Penggunaan Napza
 Penyusunan Modul Pelatihan
 Pengembangan fasilitas di RSJ melalui APBN
 Pelatihan & Fasilitasi in-house training
 Supervisi, Monitoring, Evaluasi
Peraturan/Pedoman yang telah tersedia

 Kep Menkes No. 996/MENKES/SK/VIII/2002


tentang Pedoman Penyelenggaraan Sarana
Pelayanan Rehabilitasi Penyalahgunaan dan
Ketergantungan NAPZA
 Kep Menkes No. 494/MENKES/SK/VII/2006 tentang
Penetapan RS dan Satelit Uji Coba serta Pedoman
Program Terapi Rumatan Metadon
 Kep Menkes No. 486/MENKES/SK/IV/2007 tentang
Kebijakan & Rencana Strategi Penanggulangan
Penyalahgunaan NAPZA
Peraturan/Pedoman yang telah tersedia
(lanjt)

 Kep Menkes No. 420/MENKES/SK/III/2010


tentang Pedoman Layanan Terapi &
Rehabilitasi Komprehensif Pada Gangguan
Penggunaan NAPZA Berbasis Rumah Sakit
 Kep Menkes No. 421/MENKES/SK/III/2010
tentang Standar Pelayanan Terapi &
Rehabilitasi Gangguan Penggunaan NAPZA
 Kep Menkes No. 422/MENKES/SK/III/2010
tentang Pedoman Penatalaksanaan Medik
Gangguan Penggunaan NAPZA
Draft yang sedang disusun
 RPP Wajib Lapor:
 Sudah memperoleh disposisi Menkes & memohon izin
pada Presiden untuk proses harmonisasi lintas sektor
 Permenkes Rehabilitasi Medis:
 Sedang dalam tahap pemantapan internal Kemenkes
 Penambahan beberapa pasal baru mengakomodasi SEMA
4/2010 dan rancangan Peraturan Bersama Kapolri –
Kepala BNN – Jaksa Agung – Menhukham – Menkes –
Mensos
 Penyusunan kedua dokumen di atas melibatkan
lintas program dan lintas sektor (BNN – KPA –
Profesi – Dinas Kesehatan – LSM – Pecandu)
Garis Besar Draft RPP Wajib
Lapor
 Pengaturan wajib lapor pecandu Narkotika ditujukan
untuk:
 Memenuhi hak pecandu dlm mendapatkan pengobatan
dan/atau perawatan melalui rehab medis dan rehab sosial
 Memberikan bahan info resmi bagi Pemerintah dalam
menetapkan kebijakan di bidang penanggulangan
penyalahgunaan Narkotika
 Wajib lapor dilakukan oleh pecandu yg sudah cukup
umur atau keluarganya; dan orangtua atau wali
pecandu yg belum cukup umur
Garis Besar Draft RPP Wajib
Lapor
 Wajib lapor dilakukan pada fasilitas
kesehatan / lembaga rehab sosial yg
ditetapkan Menkes & Mensos
 Persyaratan ketenagaan penerima wajib
lapor memenuhi kualifikasi minimum yg
ditetapkan
 Tata laksana wajib lapor: skrining, asesmen
& penyusunan rencana terapi
Garis Besar Draft RPP Wajib
Lapor
 Penggunaan data mengikuti peraturan
perundangan & memperhatikan asas
konfidensialitas
 Pelaporan data wajib lapor meliputi
rekapitulasi data demografis dan klinis
 Pembiayaan wajib lapor dibebankan pd
Pemerintah / Pemda
Draft Permenkes Rehab Medis
 Rehabilitasi medis pecandu Narkotika
diselenggarakan pada Fasilitas Kesehatan
yang ditetapkan oleh Menteri berdasarkan
masukan dari Kepala Daerah
 Rehab medis dapat dilakukan pada lembaga
rehabilitasi medis tertentu (instansi
pemerintah daerah atau klinik) yang
mendapat izin dari Menteri
Draft Permenkes Rehab Medis
 Rehabilitasi medis dilaksanakan dg cara yang
dpt dipertanggung jawabkan secara ilmiah,
dg memperhatikan aspek kesehatan & tidak
melanggar HAM
 Rehabilitasi medis dapat dilaksanakan
melalui rawat jalan dan/atau rawat inap
sesuai dengan rencana terapi yg telah
disusun
Draft Permenkes Rehab Medis
 Pemulihan Pecandu Narkotika yang
diselenggarakan melalui pendekatan
keagamaan dan tradisional harus
bekerjasama dengan lembaga rehabilitasi
medis
 Fasilitas rehabilitasi medis yang tidak mampu
memberikan pelayanan yang dibutuhkan oleh
pecandu Narkotika harus melakukan rujukan
Draft Permenkes Rehab Medis
 Pemerintah bertanggung jawab atas biaya
pelaksanaan rehabilitasi medis pecandu
Narkotika yang tidak mampu sesuai
peraturan perundang-undangan:
 Upaya untuk memasukkan populasi pecandu
secara keseluruhan pada sistem Jamkesmas
 Potensi pemanfaatan Satuan Biaya Khusus
(SBK) untuk pembiayaan
Draft Permenkes Rehab Medis
 Terpidana pecandu Narkotika yg diputuskan untuk
menjalani rehab medis mengikuti ketentuan
prosedur tetap pelaksanaan rehab medis yg berlaku:
 Perlu dilakukan asesmen oleh Psikiater / Ahli Adiksi yg
ditunjuk utk memberi masukan pada Hakim atas lamanya
program rehab yg harus dijalani
 Rehab dimulai dg program rawat inap selama 3 (tiga)
bulan untuk kepentingan asesmen lanjutan, serta
penatalaksanaan medis untuk gangguan fisik dan
mentalnya.
Draft Permenkes Rehab Medis
Lanjutan terhadap Terpidana:
 Pelaksanaan rehabilitasi dilanjutkan dengan program rawat
inap jangka panjang atau dialihkan pada program rawat jalan
 Pelaksanaan rehabilitasi lanjutan dengan program rawat jalan
hanya dapat dilaksanakan untuk terpidana dengan pola
penggunaan rekreasional atas jenis narkotika amfetamin,
ganja dan benzodiazepin, dan/atau berusia di bawah 18
tahun
 Pelaksanaan rehabilitasi lanjutan yang dilakukan dengan
rawat jalan mewajibkan terpidana untuk datang pada lembaga
rehabilitasi sesuai ketentuan yang berlaku dan dilakukan
pemeriksaan urin sewaktu-waktu
Draft Permenkes Rehab Medis
 Tersangka pecandu Narkotika yg dititipkan
untuk menjalani rehab medis selagi
menunggu proses persidangan:
 Dilakukan asesmen oleh tim rehab medis sesuai
prosedur tetap proses asesmen
 Dilakukan proses penatalaksanaan rehabilitasi
medis sesuai prosedur tetap yang berlaku
 Lamanya penitipan berlangsung hingga proses
pengadilan selesai dijalankan dan tersangka
memperoleh putusan pengadilan

Anda mungkin juga menyukai