INKAR AL-SUNNAH Pengertian Inkar al-Sunnah Pengertian Inkar al-Sunnah
Paham yang timbul dalam masyarakat Isla>m yang
menolak ha>dis atau sunnah sebagai sumber ajaran Isla>m kedua setelah al-Qur’a>n. Suatu paham yang timbul pada sebagian minoritas umat Isla>m yang menolak dasar hukum Isla>m dari sunnah s}ah}ih} baik sunnah praktis atau yang secara formal dikodifikasikan para ulama, baik secara totalitas mutawa>tir maupun a>ha>d atau sebagian saja, tanpa ada alasan yang dapat diterima. Klasifikasi Inkar al-Sunnah
1. Menolak sunnah secara keseluruhan, golongan ini
menganggap bahwa hanya al-Qur’a>n yang bisa dijadikan sebagi h}ujjah. 2. Tidak menerima sunnah kecuali yang semakna dengan al-Qur’a>n. 3. Hanya menerima sunnah mutawa>tir saja dan menolak selain mutawatir. Sejarah Inkar al-Sunnah
Inkar al-Sunnah Klasik.
Didominasi kelompok-kelompok dari kalangan Mu’tazilah, Khawa>rij, dan Syi>’ah. Diantara kelompok tsb, ada yang dikatakan menolak hadis secara keseluruhan dan ada juga yang dikatakan menolak hadis ahad saja. Sejarah Inkar al-Sunnah
Inkar al-Sunnah Modern
Di India, dipelopori Sayyid Ah}mad Khan (w. 1897 M). Di Mesir, dipelopori Dr. Tau>fi>q S{idqi> (w. 1920 M) dengan artikelnya berjudul al-Isla>m Huwa al-Qur’a>n Wah}dah (Islam Hanyalah al-Qur’a>n saja). Di Indonesia, dipelopori oleh Ahmad Sutarto. Sebab utama munculnya akibat pengaruh kolonialisme sejak abad 19 M. Dinamika kontroversi sunnah lebih subur di Mesir, akibat kebebasan berpikir sejak masa pembaharuan Muhammad Abduh dan pengaruh buku-buku orientalis sbg bacaan para kaum terpelajar. Argumen Inkar al-Sunnah
Berikut sebagian argumen inkar al-sunnah:
Al-Qur’a>n turun sebagai penerang atas segala sesuatu secara sempurna, bukan yang diterangkan. Jadi al-Qur’a>n tidak perlu keterangan dari Sunnah, jika al-Qur’a>n perlu keterangan berarti ia tidak sempurna. Dalilnya: ما فرطنا ىف الكتاب من شئي. “Tidak ada sesuatu yang Kami tinggalkan dalam al-Kita>b” (QS. Al-An’a>m (6): 38)
.ونزلنا عليك الكتاب تبياان للك شئي
“Dan Kami turunkan kepadamu al-Kita>b (al-Qur’a>n) untuk menjelaskan segala sesuatu” (QS. Al-Nah}l (16): 89) Bantahan Ulama
Maksud kata al-Kita>b dalam Su>rah al-An’a>m
(6): 37 adalah Lau>h al-Mah}fu>z} yang mengandung segala sesuatu. Maksud al-Qur’a>n menjelaskan segala sesuatu sebagaimana (QS. Al-Nah}l (16): 89)perlu ditakwilkan bahwa al-Qur’a>n menjelaskan segala sesuatu yang berkaitan dengan pokok-pokok agama dan hukum-hukumnya. Sedangkan masalah-masalah furu>’iyyah (cabang) dijelaskan oleh sunnah.