Anda di halaman 1dari 51

Perencanaan Untuk Pengembangan

Infrastruktur Sumber Daya Air

6/19/2015 Pertemuan ke 13 dan 14


Prasarana/Infrastruktur Sumber
Daya Air

6/19/2015 Pertemuan ke 13 dan 14


Kegiatan Pengembangan Sumber Daya Air

Struktural:
• Pemanfaatan air
• Pengendalian daya rusak air
• Pengaturan badan air (sungai, situ, danau)
Non-struktural:
• Penyusunan peraturan
• Penyusunan program kegiatan
• Penghijauan, konservasi lahan
6/19/2015 Pertemuan ke 13 dan 14
Prasarana Sumber Daya Air
• Prasarana SDA adalah bangunan air beserta
bangunan lain yang menunjang kegiatan
pengelolaan sumber daya air, baik langsung
maupun tidak langsung.

• Contoh: Waduk/reservoir, bangunan-


bangunan irigasi, bangunan pengatur
sungai/perlindungan tebing sungai.

6/19/2015 Pertemuan ke 13 dan 14


Waduk
• Definisi: Adalah bangunan untuk menampung air pada waktu
terjadi surplus air di sumber air agar dapat dipakai sewaktu
terjadi kekurangan air.

• Fungsi: pemanfaatan air, pengendalian banjir.


– Waduk buatan/bendungan
– Waduk lapangan (pengempangan mata air)
– Embung (sejenis waduk kecil di NTB)
– Situ (sejenis waduk kecil di jawa barat)

6/19/2015 Pertemuan ke 13 dan 14


6/19/2015 Pertemuan ke 13 dan 14
Waduk
• Fungsi umum dari suatu waduk adalah untuk
menyimpan kelebihan air.
• Jenis simpanan:
– Dead storage: volume dibawah elevasi muka air minimum
– Life storage: volume diantara elevasi muka air minimum
dan elevasi mercu pelimpah / spillway.
– Tampungan banjir: volume diantara elevasi muka air banjir
rencana dan elevasi mercu pelimpah/spillway

6/19/2015 Pertemuan ke 13 dan 14


6/19/2015 Pertemuan ke 13 dan 14
• Muka air normal / Normal pool level: elevasi muka air maksimum di
reservoir dalam kondisi operasi.

• Muka air minimum / Minimum pool level: elevasi muka air terendah akibat
pengambilan dalam waktu operasi.

• Useful storage/live storage: tampungan air yang berada diantara muka air
normal (normal pool level) dan muka air minimum (minimum pool level).

• Dead storage : volume tampungan air di bawah muka air minimum.

• Surcharge storage / Flood storage: volume air di atas muka air normal
akibat banjir.

• Bank storage: tampungan yang terjadi pada tebing waduk yang lolos air /
permeable.

6/19/2015 Pertemuan ke 13 dan 14


Karakteristik Waduk
Volume
Contoh: Juta m^3

5.0 4.0 3.0 2.0 1.0 -


130

125

Volume
120

Elevasi 115

110
Luas
105

100
- 1.0 2.0 3.0
Luas
km^3

6/19/2015 Pertemuan ke 13 dan 14


Penentuan Tampungan Waduk

Inflow berubah-ubah terhadap waktu.

6/19/2015 Pertemuan ke 13 dan 14


Metoda Rippl

6/19/2015 Pertemuan ke 13 dan 14


Perhitungan Tampungan Waduk
• Metoda Rippl

Diketahui kurva
massa inflow
sebagaimana dalam
gambar di samping.
Berapakah
tampungan waduk
yang diperlukan
apabila kebutuhan air
adalah 75000 acre
ft/tahun?

6/19/2015 Pertemuan ke 13 dan 14


Perhitungan Tampungan Waduk
• Metoda Rippl

Perhatikan kurva
massa inflow waduk di
samping. Berapakah
suplai air yang bisa
disediakan dari suatu
reservoir dengan
kapasitas 30000 acre
ft?

6/19/2015 Pertemuan ke 13 dan 14


Algoritma “Sequent Peak”
• Untuk menghitung kekurangan kumulatif.
• Apabila:
– Qt = inflow dalam selang waktu t
– Rt = outflow/kebutuhan dalam selang waktu t
– Kt = kekurangan air pada akhir selang waktu t
• Kt = Rt-Qt+Kt-1, apabila (Rt-Qt+Kt-1) < 0 , maka Kt = 0.

6/19/2015 Pertemuan ke 13 dan 14


Algoritma “Sequent Peak”

6/19/2015 Pertemuan ke 13 dan 14


Keandalan Waduk
• Keandalan waduk didefinisikan sebagai probabilitas di mana
waduk dapat mensuplai kebutuhan yang diharapkan selama
usia guna (lifetime) tanpa adanya kekurangan.
• Usia guna biasanya antara 50 – 100 tahun.
• Bagaimana cara perhitungannya?
– Menyusun 500-1000 set kondisi inflow dan pengambilan. Lama waktu
dari masing-masing set adalah sama dengan usia guna / lifetime.
– Dari masing-masing set diambil harga tampungan yang diperlukan.
– Lakukan analisis frekuensi pada harga-harga tampungan.
– Buat kurva keandalan: volume tampungan vs. probabilitas.
– Makin besar volume tampungan  makin besar keandalannya.

6/19/2015 Pertemuan ke 13 dan 14


Sedimentasi Waduk

6/19/2015 Pertemuan ke 13 dan 14


Sedimentasi Waduk
• Tidak semua sediment yang masuk ke waduk
akan terendapkan.
• Sebagian akan terbawa keluar bersama aliran.
• Jumlah bagian dari sedimen yang terendapkan
tergantung pada kapasitas waduk dan inflow.
• Trap efficiency =  = f(kapasitas/inflow).

6/19/2015 Pertemuan ke 13 dan 14


Sedimentasi Waduk

6/19/2015 Brune, 1953 Pertemuan ke 13 dan 14


Sedimentasi Waduk

Debit sedimen: 200.000 ton/tahun, Inflow: 60.000 acre ft/tahun. Berat


jenis sedimen = 1121kg/m3.
6/19/2015 Pertemuan ke 13 dan 14
6/19/2015 Pertemuan ke 13 dan 14 Yang (1996)
Reservoir Routing
• Untuk mengetahui perubahan hidrograf
setelah melalui tampungan/reservoir.
• Untuk perencanaan elevasi & kapasitas
pelimpah
• Untuk mengetahui luas genangan maksimum
pada waktu banjir.

6/19/2015 Pertemuan ke 13 dan 14


Reservoir Routing
I  O  S / t
I t  Ot  S
 I1  I 2   O1  O2 
 t   t  S 2  S1
 2   2 
I1  I 2  O1  O2  2 S 2  S1  / t
2 S1 2S 2
I1  I 2   O1   O2
t t
6/19/2015 Pertemuan ke 13 dan 14
Reservoir Routing
Contoh:

6/19/2015 Pertemuan ke 13 dan 14


Linsley (1982)
6/19/2015 Pertemuan ke 13 dan 14 Linsley (1982)
Jam ke I 2S/dt - O 2S/dt + O O S Elevasi
12 2 5.6 9 1.7 1.6 3.0
24 5.2 8.2 12.8 2.3 2.3 5.2
36 10.1 14.9 23.5 4.3 4.1 9.0
48 12.2 16.2 37.2 10.5 5.8 11.5
60 8.5 16.3 36.9 10.3 5.7 11.3
72 4.7 16.3 29.5 6.6 4.9 10.5
84 2.3 14.9 23.3 4.2 4.1 8.7

Debit Inflow & Outflow Elevasi Muka Air Waduk

14 14.0
12 12.0
Debit (m3/det)

10.0

Elevasi (m)
10
8 Inflow 8.0
6 Outflow 6.0
4 4.0
2 2.0
0 0.0
0 50 100 0 20 40 60 80 100
Jam ke... Jam ke ...

Catatan: S dalam (10^5 m3)


6/19/2015 Pertemuan ke 13 dan 14
Permasalahan di Tikungan Sungai

6/19/2015 Pertemuan ke 13 dan 14


• Kecepatan maksimum berada dekat dengan tebing
sungai pada sisi luar
• Terjadi gerusan pada daerah tebing pada sisi luar
tikungan.
• Diperlukan upaya untuk menanggulangi gerusan.

6/19/2015 Pertemuan ke 13 dan 14


Pergerakan aliran yang membentuk alur
spiral pada suatu tikungan sungai.

Arah aliran utama

Sisi luar tikungan sungai

Lokasi deposisi Lokasi erosi

Arus memutar, pada suatu bidang transversal.

6/19/2015 Pertemuan ke 13 dan 14


6/19/2015 Pertemuan ke 13 dan 14
6/19/2015 Pertemuan ke 13 dan 14
6/19/2015 Pertemuan ke 13 dan 14
Krib tiang pancang

(Sosrodarsono,
6/19/2015 1985) Pertemuan ke 13 dan 14
6/19/2015 Pertemuan ke 13 dan 14
Penanggulangan Gerusan Dengan Groin / Krib

Beberapa tujuan pemasangan groin/krib:


• Mengatur arah arus sungai
• Mengurangi kecepatan arus air di dekat tebing sungai
(redistribusi profil kecepatan arus)
• Mempertahankan lebar dan kedalaman air pada alur
sungai
• Mengkonsentrasikan arus sungai dan memudahkan
pengambilan/penyadapan air.

6/19/2015 Pertemuan ke 13 dan 14


Jenis groin/krib:
• Permeable: Air dapat melalui krib, contohnya krib
tiang pancang dan type rangka
• Impermeable: untuk membelokkan arus sepenuhnya,
pada ujung krib terjadi gerusan yang cukup dalam,
contohnya krib bronjong kawat.
• Semipermeable
• Krib melintang (transversal) dan memanjang
(longitudinal)

6/19/2015 Pertemuan ke 13 dan 14


6/19/2015
(Sosrodarsono, 1985) Pertemuan ke 13 dan 14
6/19/2015 Pertemuan ke 13 dan 14
Pemilihan Jenis Krib
Pertimbangan pemilihan jenis krib dari segi material maupun sifat hidraulik
berdasarkan:
• Kondisi fisik: jenis sungai, geometri sungai dan kondisi geoteknis sungai.
• Pertimbangan tujuan pemasangan:
– Untuk perlindungan tebing: krib tiang pancang
– Untuk perlindungan tebing dengan pertimbangan estetika: pasangan batu
– Untuk perlindungan tebing bersifat sementara: krib kayu
– Untuk pengarah aliran: krib kedap air
• Kondisi tanah:
– Untuk tanah yang mudah longsor: krib tiang pancang
– Untuk tanah lunak: krib tiang pancang
• Kondisi lapangan
– Pada tebing yang relatif tinggi: menggunakan krib tiang pancang
– Pada tebing yang relatif rendah: menggunakan krib pasangan batu, krib bronjong
– Mempertimbangkan ketersediaan material di lokasi

6/19/2015 Pertemuan ke 13 dan 14


Contoh:
Diketahui: Jari-jari luar R = 1.913 m, dengan lebar sungai rata-rata 335 m.
Rencanakan perlindungan tebing yang sesuai!
Penyelesaian:
• Alternatif untuk mengatasi masalah erosi tebing dipilih sesuai dengan keadaan
daya dukung tanah dan metoda perlindungan yang dikehendaki.
• Perlindungan tebing ini dapat dilakukan dengan:
– Mengubah pola aliran dengan cara pembangunan krib atau
– Dengan perlindungan langsung pada permukaan tebing.
• Berdasarkan pertimbangan:
– Penyebab utama dari erosi adalah terkonsentrasinya arus pada tebing di sisi luar
– Lebar sungai masih mencukupi untuk berfungsi sebagai jalur navigasi dan
– Stabilitas tebing yang relatif rendah apabila dibangun perkuatan langsung berupa
revetment.
• Maka usulan penanggulangan erosi adalah dengan pembangunan krib pengarah
arus pada sisi luar dari tikungan.

6/19/2015 Pertemuan ke 13 dan 14


Sifat hidraulis
• Berdasarkan sifat hidraulis terdapat tiga jenis krib, yaitu: krib
lolos air, krib kedap air dan krib semi kedap.
Formasi Krib
• Terdapat 3 jenis formasi krib: tegak lurus terhadap arah arus
aliran, condong ke arah hulu dan condong ke arah hilir. Dalam
perencanaan ini digunakan krib dengan formasi tegak lurus
terhadap arah aliran utama, mengingat jari-jari tikungan yang
relatif besar (1.913 m).
Tinggi Krib
• Elevasi ujung mercu krib berada 0,5 – 1,0 meter di atas rata-
rata elevasi muka air rendah.

6/19/2015 Pertemuan ke 13 dan 14


Panjang Krib dan Interval Krib
• Panjang dan jarak antar krib satu dan lainnya ditetapkan
secara empiris berdasarkan pada pengamatan data sungai
yang ada, antara lain situasi sungai, alignment sungai, lebar
sungai dan jari-jari tikungan sungai.
• Perbandingan antara panjang krib (l) dan lebar sungai (B) pada
lazimnya kurang dari 0,10. Sehingga untuk lebar sungai rata-
rata 335 m, ditentukan bahwa panjang krib maksimum yang
dapat dibuat adalah = 0,1 x 335 = 33,5 meter.
• Jarak antar krib (D)untuk sisi luar dari tikungan ditentukan
berdasarkan perbandingan D/l = 1,5, sehingga jarak interval
maksimum antar krib adalah = 1,5 x 33,5 = 50,25  50 meter.

6/19/2015 Pertemuan ke 13 dan 14


Pola & Rencana Pengelolaan SDA

Proses pengelolaan sumber daya air (SDA) di satu


wilayah sungai, berdasarkan PP No. 42 Tahun 2008,
mencakup tahapan sebagai berikut:
a. penyusunan dan penetapan POLA,
b. penyusunan dan penetapan RENCANA;
c. Studi Kelayakan
d. penyusunan dan penetapan Program (lima tahunan)
e. penyusunan dan penetapan Rencana Kegiatan
(satu tahunan)

6/19/2015 Pertemuan ke 13 dan 14


f. Penyusunan Rencana Detil
g. pelaksanaan Kegiatan
h. pelaksanaan Operasi & Pemeliharaan
i. Pemantauan & Evaluasi

POLA pengelolaan SDA adalah kerangka dasar dalam


merencanakan, melaksanakan, memantau, dan
mengevaluasi kegiatan konservasi sumber daya air,
pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya
rusak air (UU SDA No. 7 Tahun 2004, Ketentuan Umum
Pasal 1, butir 8).

6/19/2015 Pertemuan ke 13 dan 14


RENCANA pengelolaan SDA adalah hasil perencanaan
secara menyeluruh dan terpadu yang diperlukan untuk
menyelenggarakan pengelolaan sumber daya air (UU SDA
No. 7 Tahun 2004, Ketentuan Umum Pasal 1, butir 9).
Konsultasi Publik (PKM) adalah upaya menyerap aspirasi
masyarakat melalui dialog dan musyawarah dengan
semua pihak yang berkepentingan. Konsultasi publik
bertujuan mencegah dan meminimalkan dampak sosial
yang mungkin timbul serta untuk mendorong
terlaksananya transparansi dan partisipasi dalam
pengambilan keputusan yang lebih adil (UU SDA No. 7
Tahun 2004 Pasal 34 Ayat (4).

6/19/2015 Pertemuan ke 13 dan 14


Unsur masyarakat terkait antara lain: lembaga swadaya
masyarakat, perguruan tinggi, koperasi, badan usaha milik
negara, badan usaha milik daerah, dan badan usaha
swasta air (Lampiran Permen PU No. 22-2009 tentang
“Pedoman Penyusunan POLA SDA”).
Masyarakat tidak hanya diberi peran dalam penyusunan
pola pengelolaan SDA, tetapi berperan pula dalam proses
perencanaan, pelaksanaan konstruksi, operasi dan
pemeliharaan, pemantauan, serta pengawasan atas
pengelolaan SDA (Lampiran Permen PU No. 22-2009
tentang “Pedoman Penyusunan POLA SDA”).

6/19/2015 Pertemuan ke 13 dan 14


PP No. 42 Tahun 2008
Pasal 37

(1)Rancangan RENCANA pengelolaan sumber daya


air (SDA) pada wilayah sungai (WS) strategis
nasional disusun oleh unit pelaksana teknis yang
membidangi SDA WS strategis nasional melalui
Konsultasi Publik dengan instansi teknis dan unsur
masyarakat terkait.
(2)Rancangan rencana pengelolaan SDA
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibahas dalam
wadah koordinasi pengelolaan SDA pada WS
strategis nasional untuk mendapatkan pertimbangan.
6/19/2015 Pertemuan ke 13 dan 14
(3)Dalam memberikan pertimbangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), wadah koordinasi pengelolaan
SDA pada WS strategis nasional mengikutsertakan
bupati/walikota dan gubernur yang bersangkutan.
(4)Rancangan rencana pengelolaan SDA yang telah
mendapatkan pertimbangan dari wadah koordinasi
pengelolaan SDA pada WS strategis nasional
disampaikan oleh unit pelaksana teknis yang
membidangi SDA WS strategis nasional kepada Menteri
untuk ditetapkan sebagai rencana pengelolaan SDA WS
strategis nasional. (
5) Dalam hal wadah koordinasi pengelolaan SDA pada WS
strategis nasional tidak atau belum terbentuk,
rancangan rencana pengelolaan SDA dibahas oleh
Menteri bersama:

6/19/2015 Pertemuan ke 13 dan 14


a. bupati/walikota untuk WS strategis nasional yang
berada dalam satu kabupaten/kota; atau
b. gubernur dengan melibatkan bupati/walikota yang
bersangkutan untuk WS strategis nasional yang lintas
kabupaten/kota.
Pasal 39
(1) Rencana pengelolaan SDA yang telah ditetapkan dapat
ditinjau kembali paling singkat setiap 5 (lima) tahun
sekali melalui Konsultasi Publik.
(2) Rencana pengelolaan SDA yang sudah ditetapkan :
a. merupakan dasar penyusunan program dan
rencana kegiatan setiap sektor yang terkait dengan
SDA; dan
b.sebagai masukan dalam penyusunan, peninjauan
kembali, dan/atau penyempurnaan rencana tata
ruang wilayah yang bersangkutan.
6/19/2015 Pertemuan ke 13 dan 14
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai