Anda di halaman 1dari 67

Survey & Investigasi Proyek

Pengembangan Sumber Daya Air

(Minggu ke 2)
Survey dan Invenrisasi Data
 Kondisi Geografi dan Demografi
 Kondisi Tata Guna Lahan
 Kondisi Geologi
 Kondisi Sumber Daya Air
 Kondisi Klimatologi
 Irigasi Pertanian
 Peta Topografi
 Debit Air
 Karakteristik Tanah
SURVEY DAN INVENTARISASI DATA
 Pelaksanaan kegiatan PSDA perlu didukung
perlengkapan data. Dengan data yang lengkap, benar
dan akurat serta berdasarkan analisis data yang benar
akan didapatkan perancangan dan desain perencanaan
PSDA yang sesuai dengan harapan. Untuk
mendapatkan data perlu dilakukan survey, dengan
memperhatikan beberapa hal,sebagai berikut :
1.Tujuan dan sasaran survey
Tujuan dan sasaran survet ini, sangat berkaitan dengan
sisi sisi tujuan didirikannya bangunan, fungsi bangunan,
dan dampak dari adanya banguan tersebut.
2. Peralatan
Peralatan yang digunakan harus cukup dan memadai
memenuhi syarat secara kualitatif dan kuantitatif artinya
sesuai dengan kondisi di lapangan dan akurat dalam
pembacaan sesuai batas – batas toleransi.
3. Tenaga Ahli
Tenaga ahli yang dilibatkan kedalam survey haruslah
secara kualitas dan kuantitas memenuhi syarat sisi
teknis san administrasinya serta terorganisasi secara
baik.
4. Lingkup kegiatan
Kegiatan survey dan investigasi harus cukup jelas baik
dari sisi – sisi di lapangan maupun di laboratorium,jenis
survey yang perlu dilakukan, lingkupnya sejauh mana,
metoda yang digunakan, dan lain sebagainya.
SURVEY DAN INVENTARISASI DATA

Kegiatan survey dan inventarisasi data dimaksudkan


untuk mengumpulkan data awal dalam rangka untuk
menyususun kegiatab PSDA. Pada tahap ini dilakukan
beberapa kegiatan, yaitu :
1. Persiapan,survey pendahuluan (pengumpulan data
awal berupa studi terdahulu,peta topografi, data
geografi, data industri, peta geohidrologi,pola tanam
dan data sekunder lainnya).
2. Tinjauan lapangan dan identifikasi masalah
3. Mobilisasi personil,bahan dan alat
4. Menginventarisasi data ( tergantung tujuan kegiatan :
 Hidrologi (curah hujan,debit,data kebutuhan
air baku, data air untuk pengelontoran, dll )
 Pertanian (pola tanam,hasil tanam,luas lahan

pertanian, dll )
 Water district (tingkat kebutuhan dan

pemenuhan kebutuhan air,dll).


 Pendayagunaan air (alokasi pemenuhan

kebutuhan air pada berbagai sektor)


 Sosek budaya (RTRW, proyeksi jumlah

penduduk,PDB,PDRB,dll).
 Konservasi SDA ( luas lahan kritis,hutan dan
tutupan lahan, tampungan waduk,
tampungan embung, dll ).
 Tata guna lahan (Penggunaan lahan pada saat

ini serta arahan penggunaan lahan pada masa


yang akan datang,dll ).
INVENTARISASI DATA

Peta Topografi
Peta topografi adalah peta ketinggian titik atau kawasan
yang dinyatakan dalam bentuk angka ketinggian atau
kontur ketinggian yang diukur terhadap permukaan laut rata
– rata. Berasal dari kata bahasa yunani, topos yang berarti
tempat dan graphi yang berarti menggambar.Peta topografi
memetakan tempat – tempat dipermukaan bumi yang
berketinggian sama dari permukaan laut menjadi bentuk
garis – garis kontur, dengan satu garis kontur mewakili satu
ketinggian.Peta topografi mengacu pada semua ciri – ciri
permukaan bumi yang dapat diidentifikasi, apakah alamiah
atau buatan, yang dapat ditentukan pada posisi tertentu.
Oleh sebab itu, dua unsur utama topografi adalah ukuran relief
(berdasarkan variasi elevasi axis) dan ukuran planimetrik (ukuran
permukaan bidang datar). Peta topografi menyediakan data yang
diperlukan tentang sudut kemiringan,elevasi,daerah aliran
sungai,vegetasi secara umum dan pola urbanisasi. Peta topografi
juga menggambarkan sebanyak mungkin ciri – ciri permukaan suatu
kawasan tertentu dalam batas skala.
Peta topografi dapat juga diartikan sebagai peta yang
menggambarkan kenampakan alam (asli) dan kenampakan buatan
manusia, diperlihatkan pada posisi yang benar,Selain itu peta
topografi dapat diartikan peta yang menyajikan informasi spasial
dari unsur – unsur pada muka bumi dan dibawah bumi meliputi,
batas administrasi,vegetasi dan unsur – unsur buatan manusia.
DEFINISI: Peta topografi adalah representasi grafis dari bagian
permukaan bumi yang ditarik ke skala, seperti yang terlihat dari
atas. Menggunakan warna, simbol, dan label untuk mewakili fitur
yang ditemukan pada permukaan bumi. Representasi yang ideal
akan terwujud jika setiap fitur dari daerah yang dipetakan dapat
ditunjukkan dalam bentuk yang benar. Untuk dapat dimengerti,
peta harus diwakili dengan tanda konvensional dan simbol.
Pada peta skala 1:250.000, simbol yang ditentukan untuk
membangun mencakup areal seluas 500 meter persegi di atas
tanah, sebuah simbol jalan adalah setara dengan lebar jalan
sekitar 520 kaki di tanah, simbol untuk rel kereta api tunggal
adalah setara dengan rel kereta api sekitar 1.000 kaki pada
tanah.
Pemilihan fitur yang akan ditampilkan, serta penggambaran
legenda harus sesuai dengan pedoman yang ditetapkan
oleh Badan Pemetaan.
TUJUAN: Peta topografi dibuat untuk memberikan
informasi tentang keberadaan, lokasi, dan jarak, seperti
lokasi penduduk, rute perjalanan dan komunikasi. Peta
topografi juga menampilkan variasi daerah, ketinggian
kontur, dan tingkat tutupan vegetasi. Dengan kekuatan
militer yang tersebar di seluruh dunia, maka militer
bergantung pada peta untuk memberikan informasi
terhadap unsur-unsur tempur dan untuk menyelesaikan
operasi logistik. Mobilitas tentara dan material yang harus
diangkut, disimpan, dan ditempatkan ke dalam operasi
pada waktu dan tempat yang tepat. Banyak dari
perencanaan ini harus dilakukan dengan menggunakan
peta.
Oleh karena itu, setiap operasi memerlukan pasokan peta,
namun meskipun kita memiliki peta terbaik, peta tidak akan
berharga kecuali pengguna peta tahu bagaimana cara
membacanya

Peta topografi dikategorikan berdasarkan skala dan jenis. Dan


skala peta topografi dibagi ke dalam tiga kategori. Yaitu skala
kecil, menengah dan besar.
1. Kecil. Peta dengan skala 1:1.000.000 dan lebih kecil
digunakan untuk perencanaan umum dan untuk studi
strategis. Peta skala kecil standar memiliki skala
1:1.000.000. Peta ini meliputi area yang sangat besar
dengan mengorbankan detail.
2. Menengah. Peta dengan skala lebih besar dari
1:1.000.000 tetapi lebih kecil dari 1:75.000 digunakan
untuk perencanaan operasional. Peta ini mengandung
detail dengan jumlah sedang. Peta skala menengah
standar memiliki skala 1:250.000. Ada juga peta dengan
skala 1:100.000.
3. Besar. Peta dengan skala 1:75.000 dan lebih besar
digunakan untuk perencanaan taktis, administrasi, dan
logistik. Peta jenis inilah yang sering ditemukan dan
digunakan pihak militer. Peta skala besar standar
1:50.000, namun banyak daerah telah dipetakan dengan
skala 1:25.000.
Batimetri
Batimetri terdiri dari dua suku kata yaitu  ‘Bathy’ yang
berarti kedalaman serta kata ‘Metry’ yang berarti  ilmu
pengukuran. Oleh karena itu secara harfiah, kata batimetri
dapat  diartikan sebagai ukuran kedalaman laut, baik
mengenai ukuran tentang elevasi maupun mengenai
depresi dasar laut yang merupakan sumber informasi dan
gambaran dari dasar laut,serta memberikan banyak
petunjuk tentang struktur laut (Nurjaya, 1991).
Batimetri (bathos: kedalaman, metry: pengukuran) adalah
pengukuran kedalaman laut dan memetakannya
berdasarkan kondisi dan topografi dasar laut (Thurman,
2004). Peta bathymetri adalah peta yang menyajikan
kedalaman air dan konfigurasi topografi bawah laut,
umumnya mempunyai sistem koordinat yang bereferensi
pada sistem koordinat peta topografi.
Hari ke 2, pertemuan ke 3 dan 4 3/25/2015 20
Daerah Pengaliran Sungai (DPS) atau
River Basin
 Istilah Daerah Aliran Sungai (DAS) banyak digunakan
oleh beberapa ahli dengan makna atau pengertian yang
berbeda-beda, ada yang menyamakan dengan
cacthment area, watershed, atau drainage basin.
Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan terjemahan dari
watershed atau secara harfiah diartikan sebagai setiap
permukaan miring yang mengalirkan air. Daerah
Pengaliran Sungai (DPS) dan Wilayah Aliran Sungai
(WAS) merupakan terminologi lain yang mempunyai arti
yang sama dengan pengertian DAS. Sub DAS adalah
bagian DAS yang menerima air hujan dan
mengalirkannya melalui anak sungai ke sungai utama.
Ada juga istilah Satuan Wilayah Sungai (SWS), Satuan
Wilayah Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (SWPDAS),
dan DAS “A” Ds (Daerah Aliran Sungai “A” dan sekitarnya)
yaitu satuan pengelolaan sumberdaya yang mencakup
beberapa DAS.
Martopo (1994), menyatakan  Daerah Aliran Sungai (DAS)
merupakan daerah yang dibatasi oleh topografi pemisah air
yang terkeringkan oleh sungai atau sistem saling
berhubungan sedemikian rupa sehingga semua aliran
sungai yang jatuh di dalam akan keluar dari saluran lepas
tunggal dari wilayah tersebut.
Soemarwoto (1985), menyebutkan batasan DAS adalah
suatu daerah yang dibatasi oleh igir-igir gunung yang
semua aliran permukaannya mengalir ke suatu sungai
Menurut UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
menyatakan bahwa sungai merupakan salah satu bentuk
alur air permukaan yang harus dikelola secara menyeluruh,
terpadu berwawasan lingkungan hidup dengan
mewujudkan kemanfaatan sumber daya air yang
berkelanjutan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Dengan demikian sungai harus dilindungi dan dijaga
kelestariannya, ditingkatkan fungsi dan kemanfaatannya,
dan dikendalikan dampak negatif terhadap lingkungannya.
Definisi atau pengertian DAS sama pada beberapa
Peraturan Perundangan yang berbeda (Kehutanan dan
Sumberdaya Air), namun implementasi dalam Pengelolaan
DAS belum sama.
DAS merupakan unit dari sistem hidrologi, yaitu unit daerah
aliran air dari mulai jatuhnya curah hujan di permukaan
tanah, mengalir sampai di titik patusan. DAS sebagai sistem
hidrologi dimana titik patusan merupakan titik hasil air (water
yield). Air di titik patusan tidak hanya berasal dari aliran
permukaan tanah (surface flow) tetapi juga berasal dari
aliran dalam tanah, yaitu aliran bawah permukaan (sub
surface flow) dan aliran air tanah (ground water flow).
Dinamika aliran bawah permukaan dan aliran air bumi
dipengaruhi oleh sifat tanah dan jenis serta struktur batuan
(geologi) yang terdapat dalam suatu DAS. Dari system
hidrologi tersebut, batas suatu DAS, di lapangan tidak
hanya batas di permukaan tanah saja tetapi juga terdapat
batas di dalam tanah, di mana batas keduanya tidak selalu
bersesuaian (coincide). Batas di dalam tanah (di bawah
permukaan tanah) relatif lebih sulit ditetapkan dan
cenderung bersifat dinamis, sehingga dalam kegiatan
praktis, batas suatu DAS hanya menggunakan batas di
permukaan tanah, yang bersifat definitif untuk aliran
permukaan dan bersifat indikatif untuk aliran di dalam
tanah dan untuk keseluruhan sistem hidrologi DAS
tersebut.
Ukuran DAS sangat bervariasi dari yang sangat kecil
(beberapa hektar) sampai yang sangat besar (ribuan
hektar). DAS yang berukuran sangat kecil, sungai
utamanya berhulu di bukit-bukit yang berbatasan langsung
dengan laut. Sungai utamanya umumnya bersifat
intermittent, yaitu hanya berair pada saat hujan dan
beberapa waktu setelah hujan berhenti. DAS yang sangat
besar berhulu di gunung-gunung yang jauh dari laut.
Sungai utamanya umumnya bersifat perennial, yaitu berair
hampir sepanjang tahun.
Batas DAS sebagian besar tidak sesuai dengan batas
wilayah administrasi pemerintahan baik pemerintah propinsi
maupun kabupaten/kota. Sebanding dengan ukuran DAS,
ada DAS yang hanya meliputi satu wilayah pemerintahan
kabupaten/kota, tetapi ada juga yang meliputi lebih dari satu
wilayah kabupaten/kota dalam satu wilayah propinsi dan
propinsi yang berbeda bahkan ada juga yang meliputi
wilayah negara yang berbeda. Beberapa publikasi ada yang
menyebut istilah DAS lokal yaitu DAS yang hanya meliputi
satu wilayah kabupaten/kota, DAS regional yaitu DAS yang
meliputi lebih dari satu wilayah kabupaten/kota dalam
propinsi yang sama, DAS nasional yaitu DAS yang meliputi
dua wilayah propinsi (Ambar, 2001) dan untuk yang meliputi
lebih dari satu wilayah negara dapat diistilahkan sebagai
DAS internasional.
Karakteristik DAS
 DAS adalah suatu wilayah daratan yang secara
topografik dibatasi oleh punggung-punggung gunung
yang menampung dan menyimpan air hujan dan
kemudian meneruskannya ke laut melalui saluran atau
sungai.
 Wilayah daratan DAS adalah daerah tangkapan air
(catchment area) yang mempunyai unsur tanah, air,
vegetasi dan manusia sebagai pengguna.
 Setiap DAS mempunyai karakter luas, topografi, dan
tataguna lahan yang berbeda antara satu dengan lain,
yang akan mempengaruhi DAS tersebut dalam proses
penampungan air hujan kemudian mengalirkan ke laut
 Wilayah hulu DAS merupakan daerah yang penting karena
berfungsi sebagai perlindungan terhadap seluruh DAS
karena konservasi yang dilakukan pada hulu DAS akan
berdampak pada seluruh DAS.
 Karakteristik DAS pada umumnya tercermin dari
penggunaan lahan, jenis tanah, topografi, kemiringan,
panjang lereng, serta pola aliran yang ada.
 Pola aliran dalam DAS dapat terbentuk dari karakteristik
fisik dari DAS. Pola aliran merupakan pola dari
organisasi atau hubungan keruangan dari lembah-
lembah, baik yang dialiri sungai maupun lembah yang
kering atau tidak dialiri sungai (riil).
 Pola aliran dipengaruhi oleh lereng, kekerasan batuan,
struktur, sejarah diastrofisme, sejarah geologi dan
geomerfologi dari daerah alairan sungai. Dengan
demikian pola aliran sangat berguna dalam interpretasi
kenampakan geomorfologis, batuan dan struktur
geologi.
Luas dan Bentuk DAS
 Luas dan volume aliran permukaan makin bertambah besar
dengan bertambahnya luas DAS, demikian juga laju dan volume
aliran juga akan bertambah.
 Bentuk DAS mempunyai pengaruh pada pola aliran pada sungai.

Q dan P Q dan P
Hujan Hujan
Hidrograf aliran
Hidrograf aliran
permukaan
permukaan

Waktu Waktu
DAS melebar DAS memanjang
Topografi
 Topografi DAS seperti kemiringan lahan, kerapatan parit dan saluran,
ketinggian, bentuk cekungan, mempunyai pengaruh terhadap laju dan volume
aliran.
 DAS dengan kemiringan curam dengan parit-parit yang rapat akan mempunyai
laju dan volume aliran permukaan yang lebih tinggi debandingkan dengan
topografi DAS yang landai dengan parit yang jarang dan terdapat cekungan-
cekungan.
 Kerapatan parit pada DAS menyebabkan waktu konsentrasi aliran jadi lebih
cepat, sehingga memperbesar laju aliran.

Q dan P Q dan P
Hujan Hujan
Hidrograf aliran Hidrograf aliran
permukaan permukaan

Waktu t Waktu t
Kerapatan saluran tinggi Kerapatan saluran rendah
Tataguna Lahan
 Pengaruh tata guna lahan terhadap aliran permukaan
dinyatakan dalam koefisien aliran permukaan (C), yaitu
bilangan yang menunjukkan besarnya aliran permukaan dan
besarnya curah hujan.
 Angka besarnya koefisien aliran permukaan merupakan
salah satu indikator untuk menentukan kondisi fisik suatu
DAS, yang besarnya antara 0 sampai 1,
Angka koefisien aliran mendekati 0 mengindikasikan
bahwa DAS masih dalam keadaan baik karena air hujan
teritersepsi dan terinfiltrasi ke dalam tanah. Sedangkan
DAS dengan angka koefisien aliran mendekati satu
mengindikasikan bahwa DAS tersebut dalam keadaan
rusak, hal ini dikarenakan air hujan yang jatuh ke
permukaan DAS sangat sedikit air yang diresapkan ke
tanah, hampir semua dialirkan menjadi aliran permukaan
Orde Sungai
Order sungai secara resmi diusulkan pada tahun 1952 oleh Arthur Newell Strahler, seorang geoscience profesor
di Universitas Columbia di New York City, dalam artikelnya “Hypsometric (Area Ketinggian) Analisis Topologi
Erosional.”
1. Starhler : adalah anak-anak sungai yang letaknya paling ujung dan dianggap sebagai sumber mata air
pertama dari anak sungai tersebut. Segmen sungai sebagai hasil pertemuan dari orde yang setingkat adalah
orde 2, dan segmen sungai sebagai hasil pertemuan dari dua orde sungai yang tidak setingkat adalah orde
sungai yang lebih tinggi.
2. Horton : mengklasifikasikan sungai berdsarkan tingkat kerumitan anak-anak sungainya. Saluran sungai tanpa
anaknya disebut sebagai “first order”. Sungai yang mempunyai satu atau lebih anak sungai “first order”
disebut saluran sungai “second order”. Sebuah sungai dikatakan “third order” jika sungai itu mempunyai
sekurang-kurangnya satu anak sungai “second order
3. Shreve : Dihitung mulai dari hulu, nomor orde sungai ditambahkan bersama-sama pada setiap pertemuan
aliran, jika ada orde 1 bergabung dengan aliran orde 2 maka hasilnya adalah orde 3 sungai.
Morfometri DAS
Morfometri adalah nilai kuantitatif dari
parameter-parameter yang terkandung
pada suatu daerah aliran sungai (DAS).
Menurut Susilo, 2006 karakteristik DAS
yang penting dapat dikaji berdasarkan
hasil analisis morfometri. Karakteristik DAS
tersebut adalah.
Daerah Pengaliran/Drainage Area (A)
Panjang DAS/Watershed Length (L)
Kemiringan DAS/Watershed Slope (S)
Bentuk DAS/Watershed Shape
Kerapatan aliran/Drainage density (Dd)
1. Daerah Pengaliran/Drainage Area (A)
Daerah pengaliran merupakan karakteristik DAS yang paling
penting dalam pemodelan berbasis DAS. Daerah pengaliran
mencerminkan volume air yang dapat dihasilkan dari curah hujan
yang jatuh di daerah tersebut. Curah hujan yang konstan dan
seragam untuk seluruh daerah pengaliran merupakan asumsi yang
umum dalam pemodelan hidrologi.

2. Panjang DAS/Watershed Length (L)


Panjang daerah aliran sungai biasanya didefinisikan sebagai jarak
yang diukur sepanjang sungai utama dari outlet hingga batas DAS.
Sungai biasanya tidak akan mencapai batas DAS, sehingga perlu
ditarik garis perpanjangan mulai dari ujung sungai hingga batas
DAS dengan memperhatikan arah aliran. Meskipun daerah
pengaliran dan panjang DAS merupakan ukuran dari DAS tetapi
keduanya mencerminkan aspek ukuran yang berbeda. Daerah
pengaliran digunakan sebagai indikasi potensi hujan dalam
menghasilkan sejumlah volume air, sedangkan panjang DAS
biasanya digunakan dalam perhitungan waktu tempuh yang
dibutuhkan oleh air untuk mengalir di dalam DAS.
3. Kemiringan DAS/Watershed Slope (S)
Banjir merupakan besaran yang mencerminkan momentum
runoff dan lereng merupakan faktor penting dalam
momentum tersebut. Lereng DAS mencerminkan tingkat
perubahan elevasi dalam jarak tertentu sepanjang arah
aliran utama. Lereng diukur berdasarkan perbedaan elevasi
(ΔE) antara kedua ujung sungai utama dibagi dengan
panjang DAS atau dapat dituliskan dalam persamaan:
S = ΔE/L
Beda elevasi (ΔE) tidak selalu menjadi atau mencerminkan
beda elevasi maksimum dalam DAS. Elevasi tertinggi
biasanya terdapat sepanjang batas DAS dan ujung dari
sungai atau aliran utama umumnya tidak mencapai batas
DAS.
4. Bentuk DAS/Watershed Shape
Bentuk DAS mempunyai variasi yang tak terhingga dan bentuk
ini dianggap mencerminkan bagaimana aliran air mencapai
outlet. DAS yang berbentuk lingkaran akan menyebabkan air
dari seluruh bagian DAS mencapai outlet dalam waktu yang
relatif sama. Akibatnya puncak aliran terjadi dalam waktu yang
relatif singkat. Sejumlah parameter telah  dikembangkan untuk
menentukan bentuk DAS antara lain
 Panjang terhadap pusat DAS (Lca): Jarak (dalam satuan mil)
yang diukur sepanjang sungai utama dari outlet hingga
kesuatu titik di pusat DAS.
 Faktor bentuk /Shape Factor (Ll) : Ll = (LLca)0.3 ; L adalah
panjang DAS (mil)
 Circularity ratio (Fc) : Fc = P/(4πA)0.5 ; P adalah keliling
DAS (ft) dan A adalah luas DAS (ft2)
 Circularity ration (Rc) : Rc = A/A0 ; A0 adalah luas suatu
lingkaran yang mempunyai keliling sama dengan keliling
DAS.
 Elongation Ration (Re) : Re = 2/Lm(A/π)0.5 ; Lm adalah
panjang maksimum DAS (ft) yang sejajar dengan sungai
utama.
5. Kerapatan aliran/Drainage density (Dd)
Kerapatan aliran atau timbunan aliran permukaan merupakan panjang
aliran sungai per kilometer persegi luas DAS (jumlah seluruh panjang
alur sungai dalam luas DAS). Kerapatan aliran dapat dituliskan
menggunakan persamaan :
Dd            = L/A
Keterangan :
Dd        = Kerapatan Aliran (km/km2)
L          = Jumlah Panjang Alur (km)
A         = Luas satuan pemetaan (km2)
Selain karakteristik DAS seperti yang disebutkan di atas, penggunaan
lahan dan curah hujan merupakan karakteristik DAS yang tidak kalah
pentingnya. Penggunaan lahan dan curah hujan memang tidak terkait
dengan morfometri DAS, namun dalam kajian tentang banjir dengan
menggunakan DAS sebagai unit analisis, keduanya merupakan faktor
yang sangat penting.
Semakin besar nilai kerapatan aliran semakin baik sistem
pengaliran sehingga semakin besar air larian total
(infiltrasi kecil) dan semakin kecil air tanah yang
tersimpan. Kerapatan aliran mempunyai hubungan
dengan perilaku laju air larian, jumlah total air larian, dan
jumlah air tanah yang tersimpan. Tabel 3. merupakan
pengaruh besar-kecilnya kerapatan aliran terhadap
koefisien aliran permukaan.
Memperkirakan Laju Aliran Puncak
Ada beberapa metode untuk memperkirakan laju aliran
puncak (debit banjir). Metode yang dipakai pada suatu lokasi
lebih banyak ditentukan oleh ketersediaan data. Dalam
praktek, perkiraan debit banjir dilakukan dengan beberapa
metoda dan debit banjir rencana ditentukan berdasarkan
pertimbangan teknis (engineering judgement). Secara
umum, metode yang umum dipakai adalah (1) metode
rasional dan (2) metode hidrograf banjir.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai