SUBDURAL HEMATOMA
Oleh:
Sunu Bintan Gifari
102118057
Pembimbing:
dr. Hj. Sumarnita Tarigan Sp.S
DEF INIS I
• Kulit Kepala
• Kulit kepala terdiri dari 5 lapisan yang disebut SCALP yaitu;
skin atau kulit, connective tissue atau jaringan penyambung,
aponeurosis atau galeaaponeurotika, loose conective tissue
atau jaringan penunjang longgar dan pericranium.
A N AT O M I T E N G K O R A K
Tulang Tengkorak
• Tulang tengkorak terdiri dari kubah (kalvaria) dan basis kranii.
Tulang tengkorak terdiri dari beberapa tulang yaitu frontal, parietal,
temporal dan oksipital.
• Basis kranii berbentuk tidak rata sehingga dapat melukai bagian dasar
otak saat bergerak akibat proses akselerasi dan deselerasi. Rongga
tengkorak dasar dibagi atas 3 fosa yaitu : fosa anterior tempat
lobusfrontalis, fosa media tempat temporalis dan fosa posterior ruang
bagi bagian bawah batang otak dan serebelum.
A N ATO M I M E N I N G E N
• Meningen
Selaput meningen menutupi seluruh
permukaan otak dan terdiri dari
3lapisan yaitu:
• Duramater
• Selaput Arakhnoid
• Piamater
ANATOMI OTAK
• Pupil anisokor dan defisit motorik adalah gejala klinik yang paling
sering ditemukan.
• Trauma langsung pada saraf okulomotor atau batang otak pada saat
terjadi trauma menyebabkan dilatasi pupil kontralateral terhadap
trauma.
• Tingkat yang ringan (sakit kepala) sampai penurunan kesadaran.
• Gejala yang timbul tidak khas dan merupakan manisfestasi dari
peningkatan tekanan intrakranial seperti: sakit kepala, mual,
muntah, vertigo, papil edema, diplopia akibat kelumpuhan N. III,
epilepsi, pupil anisokor, dan defisit neurologis lainnya.
DIAGNOSIS
Operasi
Indikasi :
• Sebuah SDH akut dengan ketebalan >10mm atau midline shift
>5mm pada CT scan dapat dilakukan pembedahan evakuasi klot,
tanpa melihat GCS pasien. (surgical guideline)
• Semua pasien dengan SDH akut pada keadaan koma (GCS
kurangdari 9) harus dilakukan monitor tekanan intracranial.
• Pasien koma (GCS kurang dari 9 ) dengan ketebalan SDH < 10
mm dan midline shift < 5mm perlu mendapat pembedahan
evakuasi klot jika skor GCS berkurang dan/atau pasien
menunjukkan pupil yang anisokor dan/atau ICP yang lebih dari
20mmHg.22
Terapi Konservatif
Beberapa upaya yang bisa di lakukan untuk mencegah dan mengurangi peningkatan
tekanan intrakranial dengan:
• Posisi head up 30 derajat, atau dengan posisi reverse tredelenberg jika terdapat
intsabilitas spinal
• Hiperventilasi hingga Pco2 berkisar 30-35 mmHg
• Menggunakan osmotic terapi menggunakan manitol 1-2 g/kg BB, untuk membalikkan
gradient osmotic intravascular, sehingga beban cairan akan ditarik masuk kedalam ruang
intravaskular.
• Pada pasien yang gelisah dan agitasi akan meningkatkan tekanan intrakranial, oleh
karena itu pemberian obat-obatan sedasi atau analgesia akan mengurangi kecemasan,
ketakutan dan respon terhadap nyeri berupa postural spontan yang merupakan factor
yang mempengaruhi peningkatan tekanan intrakranial. Hal ini dapat ditangani dengan
menggunakan morphine 2-5 mg/kg/jam dan vecuronium 10 mg/jam
• Hipothermia (32-330C) dengan selimut pendingin.
• Pertimbangkan untuk memberikan profilaksis anti kejang dengan phenytoin 18 mg/kg
IV dengan kecepatan < 50mg /menit.
• Drainase LCS merupakan tindakan paling efektif untuk menururnkan TIK, dengan
metoda operatif ventriculostomy (burr hole).
PROGNOSIS