Anda di halaman 1dari 33

ASFIKSIA

Definisi
• Terjemahan harfiah kata 'asfiksia' dari bahasa Yunani berarti 'tidak ada
atau tidak ada denyut nadi'
• Umumnya digunakan untuk menggambarkan berbagai kondisi di
mana kekurangan oksigen, apakah itu parsial (hipoksia) atau komplit
(anoksia), dianggap sebagai penyebabnya.
• Dalam kedokteran forensik, asfiksia sering menggambarkan situasi di
mana telah terjadi penyumbatan fisik antara mulut dan hidung dengan
alveoli, meskipun ada 'mekanisme asfiksia' lainnya, di mana ada
ketidakmampuan untuk memanfaatkan oksigen pada tingkat sel tanpa
ada obstruksi jalan napas fisik.
James JP, Jones R, Karch SB, Manlove J. Simpson forensic medicine. 13 rd edition. London: Hodder Arnold: 2011
James JP, Jones R, Karch SB, Manlove J. Simpson forensic medicine. 13 rd edition. London: Hodder Arnold: 2011
Klasifikasi Asfiksia
• Alamiah
• Laringitis difteri
• Fibrosis paru
• Mekanis
• Pencekikan
• Gantung
• Tersedak
• Kompresi
• Dibekap
• Non-mekanis
• Racun karbon monoksida
• Racun sianida
• Lainnya
• Tenggelam
Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Mun’im TWA, Sidhi, Hertian S, et al. Ilmu kedokteran forensik. Edisi pertama. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik FKUI; 1997
James JP, Jones R, Karch SB, Manlove J. Simpson forensic medicine. 13 rd edition. London: Hodder Arnold: 2011
Asfiksia mekanik

• Masa dari asfiksia timbul  kematian : sekitar 4-5 menit (fase 1 &2 lebih kurang 3-4 menit)
James JP, Jones R, Karch SB, Manlove J. Simpson forensic medicine. 13 rd edition. London: Hodder Arnold: 2011
Pemeriksaan Jenazah
• Secara tradisional, 'tanda klasik asfiksia' digambarkan sebagai:
• Perdarahan petekie pada kulit wajah dan pada lapisan kelopak mata;
• Kongesti dan edema pada wajah;
• Sianosis (perubahan warna biru) pada kulit wajah;
• Kongesti jantung kanan dan fluiditas darah tidak normal.

James JP, Jones R, Karch SB, Manlove J. Simpson forensic medicine. 13 rd edition. London: Hodder Arnold: 2011
Pemeriksaan Bedah Jenazah
• Kelainan umum yang ditemukan:
• Darah berwarna lebih gelap dan encer
• Busa halus
• Pembendungan sirkulasi
• Petekie
• Edema paru
• Kelainan yg berhubungan dengan kekerasan ( e.c fraktur laring langsung / tidak
langsung, perdarahan faring terutama bagian belakang rawan krikoid)

Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Mun’im TWA, Sidhi, Hertian S, et al. Ilmu kedokteran forensik. Edisi pertama. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik FKUI; 1997
pembekapan
• Istilah ini mengacu pada kematian akibat penyumbatan mekanis mulut dan
hidung.
• Agen pembekapan biasanya kain, lembaran kedap air atau tangan, meskipun
kadang-kadang (terutama dalam kecelakaan industri) bahan padat bergerak,
seperti pasir, lumpur, biji-bijian atau tepung mungkin bertanggung jawab untuk
memblokir saluran udara
• Dalam dibekap, kematian dapat terjadi karena:
• Zat penyumbat menekan lubang di wajah,
• Oleh berat pasif kepala menekan hidung dan mulut ke dalam oklusi.
• Pembunuhan yang disengaja biasanya terjadi pada orang tua, orang lemah, dan pada
bayi

Saukko P, Knight B. Knight’s forensic pathology. 3 rd ed. London: Edward Arnold; 2004
• Pembekapan dengan benda lunak : pada PL: tidak ditemukan tanda kekerasan
• Kekerasan yang mungkin  luka lecet jenis tekan / geser, goresan kuku dan luka
memar pada ujung hidung, bibir, pipi, dagu  mungkin terjadi akibat korban
melawan.
• Luka memar / lecet pada bagian / permukaan dalam bibir  terdorong & menekan
gigi, gusi, lidah.
• Ditemukan tanda asfiksia pada PL & PD

Saukko P, Knight B. Knight’s forensic pathology. 3 rd ed. London: Edward Arnold; 2004
Tercekik Kantong Plastik
• Meskipun bentuk bunuh diri yang semakin umum di Inggris, cekikan kantong
plastik mungkin juga merupakan pembunuhan atau kecelakaan.
• Mekanismenya adalah bahwa tudung dari bahan kedap air, biasanya plastik,
ditempatkan di kepala hingga leher.
• Plastik biasanya dalam bentuk tas terbuka, baik transparan atau tas belanja
'supermarket'
• Cekikan kantong plastik sangat cepat dan tidak meninggalkan tanda apa pun.
• Mekanisme kematian adalah penghambatan kardio yang cepat, daripada proses
murni hipoksia.

Saukko P, Knight B. Knight’s forensic pathology. 3 rd ed. London: Edward Arnold; 2004
• Pada otopsi, kecuali plastik masih ada, kasus ini sangat menyulitkan.
• Ketika plastik masih ada  pencarian dilakukan untuk mencari indikasi bunuh
diri lainnya:
• Analisis obat-obatan
• Cedera : pergelangan tangan teriris.
• Aktivitas masokis

Saukko P, Knight B. Knight’s forensic pathology. 3 rd ed. London: Edward Arnold; 2004
Gagging dan • terjadi sumbatan jalan napas oleh benda
Choking asing  hambatan udara masuk ke paru-
paru.
• Pada gagging: sumbatan  dalam
orofaring,
• Pada choking: sumbatan  lebih dalam
pada laringofaring.
• Mekanisme kematian yang mungkin
terjadi: asfiksia atau refleks vegal akibat
rangsangan pada reseptor nervus vagus
di arkus faring  inhibisi kerja jantung
dengan akibat cardiac arrest dan
kematian.

Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Mun’im TWA, Sidhi, Hertian S, et al. Ilmu kedokteran forensik. Edisi pertama. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik FKUI; 1997
James JP, Jones R, Karch SB, Manlove J. Simpson forensic medicine. 13 rd edition. London: Hodder Arnold: 2011
• Kematian dapat terjadi sebagai berikut:
1. Bunuh diri
2. Pembunuhan
3. Kecelakaan

• Pada PL & PD: tanda-tanda asfiksia.


• Dalam rongga mulut (orofaring atau laringofaring): ditemukan sumbatan
berupa sapu tangan, kertas koran, gigi palsu, bahkan pernah ditemukan
arang, batu dan sebagainya.
• Bila benda asing tidak ditemukan: cari kemungkinan adanya tanda
kekerasan yang diakibatkan oleh benda asing.

Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Mun’im TWA, Sidhi, Hertian S, et al. Ilmu kedokteran forensik. Edisi pertama. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik FKUI; 1997
Strangulation

• Pencekikan manual digunakan untuk


menggambarkan penerapan tekanan
pada leher menggunakan tangan, dan
merupakan cara pembunuhan yang
relatif umum, khususnya di mana ada
perbedaan antara ukuran penyerang
dan korban.

James JP, Jones R, Karch SB, Manlove J. Simpson forensic medicine. 13 rd edition. London: Hodder Arnold: 2011
Gantung
• menggambarkan suspensi Mekanisme kematian:
tubuh di leher. • Kerusakan pada batang otak dan
• Bahan apa pun yang medula spinalis
• Asfiksia
mampu membentuk ikatan
dapat digunakan untuk • Iskhemia otak
menggantung. • Refleks vagal

• Tekanan ligatur pada leher


dihasilkan oleh berat
tubuh.

Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Mun’im TWA, Sidhi, Hertian S, et al. Ilmu kedokteran forensik. Edisi pertama. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik FKUI; 1997
James JP, Jones R, Karch SB, Manlove J. Simpson forensic medicine. 13 rd edition. London: Hodder Arnold: 2011
• Biasanya kasus bunuh diri. • Pada PL:
• Posisi: •

muka tampak pucat,
Kedua kaki menyentuh lantai
• Duduk berlutut • tidak terdapat petekie pada kulit /
• Berbaring konjungtiva
• Jenis gantung diri: • Bila jerat lebar: tampak bendungan
• Typical hanging: titik gantung terletak di atas pada daerah sebelah atas ikatan
oksiput dan tekanan pada arteri karotis paling
besar. • Jejas jerat : lebih tinggi pada leher,
• Atypical hanging: titik penggantungan terdapat tidak mendatar, kulit mencengkung ke
disamping  leher fleksi lateral  hambatan
a.karotis dan vertebralis  korban tidak sadar. dalam sesuai bahan penjeratnya,
• Kasus dengan letak titik gantung di depan / berwarna coklat, teraba kaku, tepi
dagu. jejas ditemukan luka lecet.
Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Mun’im TWA, Sidhi, Hertian S, et al. Ilmu kedokteran forensik. Edisi pertama. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik FKUI; 1997
James JP, Jones R, Karch SB, Manlove J. Simpson forensic medicine. 13 rd edition. London: Hodder Arnold: 2011
TENGGELAM
(DROWNING)
Definisi
• Kematian akibat mati lemas (asfiksia) disebabkan masuknya cairan ke dalam saluran

pernapasan.

• Kematian yang disebabkan oleh aspirasi cairan ke dalam pernapasan akibat terbenamnya

seluruh atau sebagian tubuh ke dalam cairan.

• Hampir tenggelam (near drowning): keadaan gangguan fisiologi tubuh akibat tenggelam,

tetapi tidak terjadi kematian

Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Mun’im TWA, Sidhi, Hertian S, et al. Ilmu kedokteran forensik. Edisi pertama. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik FKUI; 1997
• Asalkan lubang hidung dan mulut berada di bawah permukaan air maka hal itu sudah
cukup memenuhi kriteria sebagai peristiwa tenggelam.

• Maka peristiwa tenggelam tidak hanya dapat terjadi di laut atau sungai tetapi dapat juga
terjadi di dalam westafel atau ember berisi air.

• Jumlah air yang dapat mematikan jika dihirup oleh paru- paru adalah sebanyak 2L untuk
orang dewasa dan 30-40ml untuk bayi.

Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Mun’im TWA, Sidhi, Hertian S, et al. Ilmu kedokteran forensik. Edisi pertama. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik FKUI; 1997
Saukko P, Knight B. Knight’s forensic pathology. 3rd ed. London: Edward Arnold; 2004
JENIS-JENIS TENGGELAM
Cairan masuk ke dalam saluran pernapasan setelah korban
Wet Drowning

tenggelam

Cairan tidak masuk ke dalam saluran pernapasan,akibat


Dry Drowning

spasme laring


Timbul gejala beberapa hari setelah korban tenggelam
Secondary drowning ( dan diangkat dari dalam air)


Korban tiba-tiba meninggal setelah tenggelam dalam air
Immersion syndrome dingin akibat refleks vagal.

Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Mun’im TWA, Sidhi, Hertian S, et al. Ilmu kedokteran forensik. Edisi pertama. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik FKUI; 1997
MEKANISME TENGGELAM PADA AIR TAWAR
• Air tawar bersifat hipotonis dibandingkan plasma darah karena
konsentrasi elektrolit dalam air tawar lebih rendah daripada konsentrasi
dalam darah.
• air tawar masuk ke dalam paru-paru (alveoli)  perpindahan air tawar di
alveoli ke sistem vaskular 
hipervolemi Hemolisis Perubahan ion kalium dan
kalsium
Hemodilusi
Fibrilasi
Penurunan ventrikel
tekanan darah

KEMATIAN

Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Mun’im TWA, Sidhi, Hertian S, et al. Ilmu kedokteran forensik. Edisi pertama. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik FKUI; 1997
MEKANISME TENGGELAM PADA AIR ASIN
• Air asin bersifat hipertonis, konsentrasi elektrolit cairan air asin
lebih tinggi daripada dalam darah
• Air akan ditarik dari sirkulasi pulmonal ke dalam jaringan
interstisial paru Edema paru
hemokonsentrasi

KEMATIAN
hipovolemik

Viskositas darah meningkat

Payah jantung

Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Mun’im TWA, Sidhi, Hertian S, et al. Ilmu kedokteran forensik. Edisi pertama. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik FKUI; 1997
KRITERIA DIAGNOSTIK

1. Menentukan identitas korban


• Pakaian dan benda-benda milik korban
• Warna dan distribusi rambut dan identitas lain
• Kelainan atau deformitas dan jaringan parut
• Sidik jari
• Pemeriksaan gigi
• Teknik identifikasi lain

Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Mun’im TWA, Sidhi, Hertian S, et al. Ilmu kedokteran forensik. Edisi pertama. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik FKUI; 1997
2. Apakah korban masih hidup sebelum tenggelam
• Pemeriksaan diatom

• Membandingkan kadar elektrolit magnesium darah dari bilik jantung kiri dan kanan

• Benda asing dalam paru-paru dan saluran pernapasan mempunyai nilai yang menentukan pada

mayat yang terbenam selama beberapa waktu dan mulai membusuk. Demikian pula dengan isi

lambung dan usus

• Pada mayat segar, air dalam lambung dan alveoli yang secara fisik dan kimia sifatnya sama dengan

air tempat korban tenggelam

• Pada beberapa kasus ditemukan kadar alkohol tinggi dapat menjelaskan bahwa korban sedang

dalam keracunan alkohol pada saat masuk dalam air


Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Mun’im TWA, Sidhi, Hertian S, et al. Ilmu kedokteran forensik. Edisi pertama. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik FKUI; 1997
3. Penyebab kematian yang sebenarnya dan jenis drowning

• Pada mayat yang segar, gambaran pasca mati dapat menunjukan tipe drowning dan
juga penyebab kematian lain seperti penyakit,keracunan, atau kekerasan lain

4. faktor-faktor yang berperan dalam proses kematian

• Misalnya alkohol,keracunan, obat-obatan

5. Tempat korban pertama kali tenggelam

6. Apakah ada penyulit alamiah lain yang mempercepat kematian

Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Mun’im TWA, Sidhi, Hertian S, et al. Ilmu kedokteran forensik. Edisi pertama. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik FKUI; 1997
PEMERIKSAAN LUAR
• Mayat dalam keadaan basah

• Busa halus pada hidung dan mulut, kadang-kadang berdarah

• Mata setengah terbuka atau tertutup, jarang terdapat perdarahan atau bendungan

• Kutis anserina pada kulit terutama pada ekstermitas.

• Washer women’s hand

• Cadeveric spasme

• Semi ereksi pada genitalia pria

• Memar lidah atau bekas gigitan


Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Mun’im TWA, Sidhi, Hertian S, et al. Ilmu kedokteran forensik. Edisi pertama. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik FKUI; 1997
Washer woman’s hand

Cadaveric spasm

James JP, Jones R, Karch SB, Manlove J. Simpson forensic medicine. 13 rd edition.
London: Hodder Arnold: 2011

http://www.porbona.com/medical/forensic-medicinepost-mortem-changes/
PEMERIKSAAN DALAM
• Busa halus dan benda asing dalam saluran pernapasan

• Paru-paru membesar seperti balon, lebih berat, sampai menutupi


kandung jantung

• Paru-paru pucat disertai bercak merah

• Bendungan pada otak. Ginjal, dan limfa

• Lambung, usus halus dapat berisi air

Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Mun’im TWA, Sidhi, Hertian S, et al. Ilmu kedokteran forensik. Edisi pertama. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik FKUI; 1997
PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Pemeriksaan diatom

• Pemeriksaan diatom dilakukan pada jaringan paru mayat segar

• Bila mayat telah membusuk, pemeriksaan diatom dilakukan dari jaringan ginjal, otot skelet
atau sumsum tulang paha

• Pemeriksaan destruksi ( digesti asam ) pada paru

• Pemeriksaan getah paru

Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Mun’im TWA, Sidhi, Hertian S, et al. Ilmu kedokteran forensik. Edisi pertama. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik FKUI; 1997
Saukko P, Knight B. Knight’s forensic pathology. 3rd ed. London: Edward Arnold; 2004
Saukko P, Knight B. Knight’s forensic pathology. 3rd ed. London: Edward Arnold; 2004
Pemeriksaan darah jantung

Pemeriksaan berat jenis dan kadar elektrolit pada darah yang beerasal

dari bilik jantung kiri dan bilik jantung kanan

Bila tenggelam di air tawar berat jenis dan kadar elektrolit dalam darah

jantung kiri lebih rendah dari jantung kanan bila tenggelam di air asin

terjadi sebaliknya
Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Mun’im TWA, Sidhi, Hertian S, et al. Ilmu kedokteran forensik. Edisi pertama. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik FKUI; 1997
DIAGNOSIS TENGGELAM
 Bila mayat segar

• Pemeriksaan luar

• Pemeriksaan dalam

• Pemeriksaan laboratorium berupa histologi jaringan, destruksi jaringan dan berat jenis serta
kadar elektrolit darah

Bila mayat sudah membusuk

• Diagnosis dibuat berdasarkan adanya diatom yang cukup banyak pada paru-paru.

Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Mun’im TWA, Sidhi, Hertian S, et al. Ilmu kedokteran forensik. Edisi pertama. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik FKUI; 1997
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai