Anda di halaman 1dari 12

Bagaimana epidemiologi pada

skenario ?
Muhammad Raziv Tauhid
2013730071
DBD (Demam Berdarah Dengue)
Di Indonesia DBD telah menjadi masalah kesehatan
masyarakat selama 41 tahun terakhir. Sejak tahun
1968 telah terjadi peningkatan persebaran jumlah
provinsi dan kabupaten/kota yang endemis DBD, dari
2 provinsi dan 2 kota, menjadi 32 (97%) dan 382 (77%)
kabupaten/kota pada tahun 2009. Provinsi Maluku,
dari tahun 2002 sampai tahun 2009 tidak ada laporan
kasus DBD. Selain itu terjadi juga peningkatan jumlah
kasus DBD, pada tahun 1968 hanya 58 kasus menjadi
158.912 kasus pada tahun 2009.
• Faktor yang berkaitan dengan peningkatan
transmisi
1. Vektor : perkembang biakan vektor ,
kebiasaan menggigit, kepadatan vektor di
lingkungan, transportasi vektor dari satu
tempat ke tempat lain
2. Pejamu : terdapatnya penderita di lingkungan
atau keluarga, mobilisasi dan paparan
terhadap nyamuk, usia dan jenis kelamin
3. Lingkungan : curah hujan, suhu, sanitasi dan
kepadatan penduduk
Preventif
• menghindari gigitan nyamuk jika kita tinggal di atau
bepergian ke area endemik
• menghilangkan tempat nyamuk bertelur, seperti bejana/
wadah yang dapat menampung air
• penggunaan malathion dengan pengasapan (thermal
fogging) atau pengabutan (cold fogging).
Prognosis
• Prognosis demam dengue dapat beragam, dipengaruhi oleh
adanya antibodi yang didapat secara pasif atau infeksi
sebelumnya. Pada DBD, kematian telah terjadi pada 40-50%
pasien dengan syok, tetapi dengan penanganan intensif
yang adekuat kematian dapat ditekan
Chikungunya
• Insiden
Virus di temukan pertama kali pada serum
penderita Tanzania, Afrika Barat, namun
sekarang telah tersebar luas di Afrika daerah
sebelah selatan sahara, Asia selatan, dan Asia
tenggara. Vektor penular utamanya adalah Aedes
aegypti namun virus ini juga dapat diisolasi dari
nyamuk Aedes africanus, dan culex
tritaeniorrhynchus.
demam chikungunya persatuan jumlah
penduduk pertahun sulit didapatkan karena
karakteristik kejadiannya bersifat outbreak atau
meningkat dengan cepat, sesaat, pada wilayah
tertentu yang relatif terlokalisir.
Di indonesia antara tahun 1983-1985 pernah
di laporkan outbreak di Sumatera Utara,
Kalimantan, Sulawesi Selatan, Timor Timur, Nusa
Tenggara.
• Transmisi
penyakit Chikungunya di Asia, terutama
ditularkan oleh vektor nyamuk Aedes aegypti
melalui siklus transmisi orang ke orang di
pemukiman padat penduduk (urban). Tidak
diketahui bagaimana virus ini dapat terpelihara di
alam. Tidak ada binatang yang betindak secara pasti
sebagai reservoir, sekalipun hasil dari neutralizing
antibody terhadap virus Chikungunya pada uji coba
monyet di Malaysia sehingga memberi kesan bahwa
primata dapat bertindak sebagai host.
Preventif dan prognosis
Preventif
• Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).
a. Tempat penampungan air (TPA) untuk
keperluan sehari-hari.
b. Tempat penampungan air bukan untuk
keperluan sehari-hari (non-TPA).
c. Tempat penampungan air alamiah.
d. Kimiawi (Larvasidasi).
• Prognosis
Penyakit ini bersifat self limiting diseases, tidak
pernah dilaporkan adanya kematian sedangkan
keluhan sendi mungkin berlangsung lama.
Penelitian sebelumnya pada 107 kasus infeksi
Chikungunya menunjukkan 87,9% sembuh
sempurna, 3,7% mengalami kekakuan sendi atau
mild discomfort, 2,8% mempunyai persistent
residual joint stiffness tapi tidak nyeri dan 5,6%
mempunyai keluhan sendi yang persistent, kaku
dan sering mengalami efusi sendi .
Morbilli
Epidemiologi
insiden dan kejadian campak di indonesia
sejak tahun 1990 sampai 2002 masih tinggi
sekitar 3000-4000 tahun demikian pula frekuensi
terjadinya kejadian luar biasa tampak meningkat
dari 23 kali pertahun menjadi 174. Namun case
fatality rate telah dapat di turunkan dari 5,5%
menjadi 1,2 %. Umur terbanyak menderita
campak adalah <12>.
Transmisi
Transmisi campak terjadi melalui udara, kontak
langsung maupun melalui droplet dari penderita
saat bergejala maupun tidak bergejala. Penderita
masih dapat menularkan penyakitnya mulai hari ke-
7 setelah terpajan hingga 5 hari setelah ruam
muncul. Biasanya orang akan mendapatkan
kekebalan seumur hidup bila telah sekali terinfeksi
oleh campak.
Preventif dan prognosis
Preventif
• imunisasi dasar wajib di berikan kepada anak usia
9 bulan.
• Imunisasi campak dapat di berikan bersama
Mumps dan Rubela (MMR). Pada usia 12-15 bulan
Prognosis
• Campak merupakan penyakit self limiting
sehingga bila tanpa disertai dengan penyakit
penyulit maka prognosis nya baik.

Anda mungkin juga menyukai