Anda di halaman 1dari 38

Case Based Discussion

Bell’s Palsy
Oleh : Akhmad Sandy Sauqy

Pembimbing : dr. Luh Kadek Trisna Lestari, M.Biomed, Sp. S


Materi CBD

01 02 03
Pendahuluan Tinjauan Pustaka Laporan Kasus

04
Penutup
01. Pendahuluan
Kasus Bell’s Palsy

20-30
Dalam setiap 100.000 Populasi

60-70%
Penyebab kelumpuhan wajah
unilateral

Di Indonesia Bell’s palsy sebesar 19,55 % dari seluruh kasus neuropati


02. Tinjauan
Pustaka
Anatomi & Fisiologi N. VII
1/3 Bawah girus presentralis

Genu dari Kapsula Interna

Basis pedunkuli

N. VII Kontralateral
Anatomi & Fisiologi N. VII
N. VII meninggalkan batang otak

Os. petrosum, meatus akustikus


internus

Cavum timpani, bergabung dengan


ganglion genikulatum

Ganglion optikum dan ganglion Foramen stilomastoideus


pterigopalatinum
Bell’s Palsy
Bell’s Palsy adalah paralisis fasialis
idiopatik, merupakan penyebab tersering
dari paralisis fasialis unilateral.
Etiologi

Teori 1 Teori 2 Teori 3 Teori 4


Teori Iskemik Teori Infeksi Virus Teori Herediter Teori Imunologi
Vaskular
Patofisiologi
Proses akhir yang dianggap bertanggung
jawab atas gejala klinis Bell’s Palsy
adalah proses edema yang menyebabkan
kompresi N. VII.

Tipe 1 (Edema akibat spasme)

Tipe 2 (Sinkinesis akibat degenerasi)

Tipe 3 (Cedera akson)


Gejala Klinis
Terdapat lima letak lesi yang dapat memberikan
petunjuk munculnya gejala dan tanda Bell’s palsy

Meatus Akustikus Internus

Ganglion Genikulatum

Nervus Stapedius

Kanalis Fasialis

Foramen Stiomastoideus
Diagnosis

Anamnesis Pemeriksaan Pemeriksaan


Fisik Penunjang
• Onset Mendadak • Pemeriksaan N. VII • ENMG

• Tidak ada tanda


dan gejala
susunan saraf
pusat
Kriteria Diagnosis
DD & Pemeriksaan Penunjang

● Acoustic neuroma dan lesi ● Darah rutin, ureum, kreatinin,


cerebellopontine angle. Gula darah
● Otitis media akut atau kronik. ● ENMG
● Amiloidosis. ● MRI kepala + Kontras (jika
● Aneurisma A. vertebralis, A. curiga lesi sentral)
basilaris, atau A. carotis.
● Sindroma autoimun.
● Botulismus.
Penatalaksanaan
Edukasi & Prognosis

● Penjelasan mengenai penyakit ● Ad vitam : bonam


agar pasien tidak cemas ● Ad Sanationam : bonam
● Penjelasan mengenai ● Ad Fungsionam : bonam
bagaimana melakukan latihan
otot wajah
● Penjelasan mengenai
bagaimana melindungi mata
Laporan
03. Kasus
Laporan Kasus
• Nama : IWP
• Umur : 46 tahun
• Jenis kelamin : Laki-laki
• Status perkawinan : Menikah
• Pekerjaan : Swasta
• Agama : Hindu
• Suku Bangsa : Bali, Indonesia
• Alamat : Bangli
• No. RM : 2657.75
• Tanggal Pemeriksaan: 4 Mei 2021
Keluhan utama = Wajah mencong

Pasien datang ke Poliklinik Saraf Rumah Sakit Umum Bangli dengan kondisi sadar dengan keluhan
wajah mencong. Keluhan dirasakan pada wajah bagian kiri sudah sejak 11 hari yang lalu. Keluhan
dirasakan hanya sebelah wajah dari dahi, lipatan pipi, kelopak mata sulit menutup, dan bibir kiri nampak
lebih rendah saat pasien bercermin, keluhan terjadi secara mendadak dan menetap sepanjang hari. Pasien
mengaku keluhan yang ia rasakan saat ini muncul secara tiba-tiba saat pasien baru bangun tidur. Pasien
mengatakan tidak ada aktifitas yang memperberat maupun memperingan keluhan dari pasien. Pasien
menyangkal adanya keluhan lain seperti demam, nyeri, lemah separuh badan, penurunan kesadaran,
gangguan perasa pada lidah, gangguan pendengaran, mual dan muntah, serta kelainan buang air besar dan
buang air kecil
Riwayat

RPD RPK

• Riwayat keluhan serupa ; disangkal • Riwayat keluhan serupa ; disangkal


• Riwayat hipertensi : disangkal • Riwayat hipertensi : disangkal
• Riwayat diabetes mellitus : disangkal • Riwayat diabetes mellitus : disangkal
• Riwayat penyakit jantung : disangkal • Riwayat penyakit jantung : disangkal
• Riwayat stroke : disangkal • Riwayat stroke : disangkal
• Sakit kepala sebelumnya : disangkal
• Riwayat penyakit lain : Susp. HNP
Riwayat Pribadi & Sosial
Pasien adalah seorang pekerja swasta, aktifitas fisik sedang, tidak merokok, tidak minum kopi,
dan tidak mengkonsumsi alcohol.
Pemeriksaan Fisik
Resume

Pasien laki-laki usia 46 tahun dengan keluhan wajah kiri mencong. sejak 11 hari yang lalu. Keluhan
mencong pada dahi, lipatan pipi, kelopak mata sulit menutup, dan bibir kiri nampak lebih rendah, keluhan
terjadi secara mendadak dan menetap sepanjang hari serta keluhan awalnya muncul secara tiba-tiba.
Pasien menyangkal adanya riwayat keluhan lain. Pada pemeriksaan didapatkan status present tidak ada
kelainan, status general dalam batas normal, status neurologis didapatkan GCS E4V5M6, tidak ada kaku
kuduk, dan paresis nervus fasialis perifer sinistra.
Diagnosis

Klinis Topis Banding

• Lesi Setinggi Foramen • Bell’s Palsy


• GCS E4M6V5
Stylomastoideus • Sindrom Ramsay
• Meningeal Sign (-)
• Hunt
Paresis nervus VII perifer
• Tumor
sinistra
Usulan Pemeriksaan Penunjang

Darah lengkap, ENMG

Diagnosis Kerja

Bell’s Palsy Sinistra Grade II


Penatalaksanaan

Farmakologi Non Farmakologi

● Prednison 1 x 60 mg ● Istirahat pada fase akut


● Asiklovir 5 x 400 mg ● Hindari faktor risiko
● Suportif ● Fisioterapi
Prognosis

Ad Vitam Ad Sanationam Ad Functionam


BONAM BONAM BONAM
04. Penutup
Kesimpulan

Bell’s Palsy adalah paralisis fasialis idiopatik, merupakan penyebab tersering dari paralisis fasialis
unilateral. Bells’ palsy merupakan kejadian akut, unilateral, paralisis saraf fasial type LMN (perifer), yang
secara gradual mengalami perbaikan pada 80-90% kasus. Penyebab utama dari Bell’s palsy adalah
idiopatik. Gejala klinis yang dapat ditemukan pada Bell’s palsy bergantung dari lokasi lesi pada susunan
saraf. Dapat berupa Kelumpuhan muskulus fasialis tidak mampu menutup mata, nyeri tajam pada telinga
dan mastoid, perubahan pengecapan, hiperakusis, kesemutan pada dagu dan mulut, epiphora, nyeri ocular
penglihatan kabur. Bell’s palsy pada umumnya dapat ditegakan dari hasil anamnesis dan pemeriksaan
fisik, pemeriksaan ENMG dapat digunakan sebagai pemeriksaan penunjang untuk menegakan diagnosis
bell’s palsy. Penatalaksanaan bell’s palsy terbagi menjadi farmakologi yaitu pemberian kortikosteroid dan
nonfarmakologi yaitu fisioterapi.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai