Anda di halaman 1dari 27

Jurnal Reading

Perbandingan Hasil Terapi Prednison Tunggal


Dan Kombinasi Dengan Asiklovir Pada Bell’s
Palsy

Pembimbing : Oleh :

dr. Ni Made Yuli Artini, Akhmad Sandy Sauqy


M.Biomed, Sp.S Grantika Nugraha
. Ni Nymn Putri Pradyani
Pembahasaan

01 02 03 04
Kesimpula
Pendahuluan Metode Hasil n
& &
diskusi saran
PENDAHULUAN

Bell’s palsy adalah penyakit yang ditandai paralisis nervus fasialis


perifer yang idiopatik, akut dan umumnya unilateral

Etiologi Bell’s palsy belum dapat diketahui secara pasti.

Pada tahun 1972, McCromick menyatakan bahwa virus herpes simpleks


(VHS) tipe 1 ditemukan pada fase laten di ganglion genikulatum

Gejala klinis Bell’s palsy disebabkan oleh inflamasi dan kompresi nervus fasialis di dalam tulang temporal, yang
kemungkinan diawali dengan reaktivasi VHS
PENDAHULUAN (2)
Sampai saat ini hampir semua literatur merekomendasikan penggunaan
kortikosteroid dalam terapi Bell’s palsy.

Standar operasional yang dikeluarkan oleh Perhimpunan Dokter


Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI)

Penelitian yang dilakukan Adour dkk, Furuta, Axelson  Prednison &


Asiklovir terbukti efektif

Penelitian yang dilakukan Sullivan dkk  tidak ada perbedaan hasil


yang signifikan
METODE

Penelitian ini adalah suatu penelitian randomized clinical control trial


dengan metode statisik analitik komparatif

Sebanyak 44 penderita Bell’s palsy yang datang berobat ke poliklinik


saraf Rumah Sakit dr. Hasan Sadikin Bandung

Sebanyak 22 subyek masuk dalam kelompok terapi A dan 22 lainnya


masuk dalam kelompok terapi B
METODE (2)

Kelompok B mendapat terapi


Kelompok A mendapat terapi asiklovir prednison dengan dosis 1
5x400 mg/hari selama 10 hari dan mg/kgBB/hari terbagi dalam 2 dosis,
prednison 1 mg/kgBB/hari terbagi selama 5 hari kemudian diturunkan
dalam 2 dosis, selama 5 hari kemudian bertahap 10 mg/hari hingga berhenti
diturunkan bertahap 10 mg/hari hingga hari ke-10 dan diberikan plasebo yang
berhenti pada hari ke-10. bentuk dan cara pemberian sama
dengan asiklovir
Hasil..

Selama 5 bulan periode penelitian ini, yaitu sejak 1 April 2008 sampai dengan 30
Agustus 2008, terdapat 44 penderita Bell’s palsy yang memenuhi kriteria inklusi
penelitian ini.
statistik Chi Square menunjukkan p=0,228  kelompok terapi A dan B tidak menunjukkan
perbedaan bermakna.Pada kedua kelompok terapi A dan B, derajat parese nervus fasialis paling
banyak saat datang berobat adalah derajat 4, masing-masing 8 penderita (p=0,214)

Secara analisis statistik dengan uji Mann-Whitney dan Chi Square,


diketahui bahwa kedua kelompok terapi tidak menunjukkan perbedaan
bermakna, sehingga kedua kelompok tersebut dapat dibandingkan.
Perbaikan A>B: disebabkan progresivitas
penyakit yang telah berhenti dan menurunnya
reaksi inflamasi yang terjadi pada nervus
fasialis setelah terapi asiklovir dan prednison
sebagai antiviral dan antiinflamasi.

The Quality Standards Subcommittee of The


American Academy of Neurology

pemberian asiklovir oral + kortikosteroid dapat


memberikan hasil possibly efektif.
• derajat 3, A/B, seluruhnya mengalami
perbaikan.
• derajat 4, seluruh penderita pada
kelompok A mengalami perbaikan
sementara pada kelompok B hanya
87,5%.
• derajat 5, pada kelompok A penderita
yang mengalami perbaikan sebanyak
83,3% sedangkan pada kelompok B
hanya 42,8%.
• derajat 6, baik kelompok terapi A
maupunB tidak ada yang mengalami
perbaikan

kombinasi (kelompok A) 4 dan 5 menunjukkan hasil terapi lebih baik daripada penderita Bell’s palsy
dengan derajat awitan sama yang mendapat terapi prednison tunggal (kelompok B).

derajat awitan 3, baik terapi kombinasi maupun terapi prednison tunggal menunjukkan hasil yang
memuaskan karena seluruh pasien mengalami perbaikan klinis.

Seluruh derajat awitan 6 tidak menunjukkan perbaikan klinis baik pada kelompok terapi kombinasi
maupun terapi prednison tunggal
4dan 5 yang mendapat terapi kombinasi menunjukkan perbaikan klinis lebih
besar daripada yang mendapat terapi prednison tunggal,

walaupun secara analisis statistik dengan uji Fischer exacttidak menunjukkan


perbedaan bermakna dengan nilai p = 0,500 untuk derajat 4 dan nilai p = 0,179
untuk derajat
Evaluasi setelah 30 hari awitan
menunjukkan bahwa kelompok
terapi A memberikan persentase
perbaikan klinis yang lebih tinggi
dibandingkan dengan kelompok terapi
B

• terapi yang diberikan pada 3 hari pertama awitan memberikan hasil perbaikan klinis yang
lebih baik.

• The Quality Standards Subcommittee of The American Academy of Neurology (2001)

• merekomendasikan pengobatan cepat dalam 72 jampertama untuk mendapatkan implikasi


yang baik dalam mengembalikan fungsi nervus fasialis, baik berdasarkan waktu penyembuhan
maupun derajatnya.
Kesimpulan & saran..

Kesimpulan :
Terapi kombinasi asiklovir dan prednison terbukti
secara bermakna (p=0,031) memberikan perbaikan
klinis lebih baik daripada terapi prednison tunggal.

Saran :
1. Terapi kombinasi asiklovir dan prednison dapat diberikan sebagai
terapi Bell’s palsy terutama pada penderita Bell’s palsy derajat 4
dan 5 House Brackmann.
2. Terapi Bell’s palsy sebaiknya diberikan dalam 3 hari pertama.
3. Diperlukan dipikirkan kembali apakah Bell’s palsy adalah penyakit
yang murni idiopatik
Kritisi jurnal
Penulisan Jurnal
Judul jurnal
Perbandingan Hasil Terapi Prednison
Tunggal dan Kombinasi dengan Asiklovir
pada Bell’s Palsy Nama Penulis
• Spesifik, singkat, dan menarik, • Rosalina Febby Arifin, Nani Kurniani,
• Efektif  12 kata dalam bahasa Suryani Gunadharma
Indonesia. • Tidak mencantumkan gelar peneliti,
• Menjelaskan isi paper dan diurutkan sesuai kontribusi.
• Tercantum nama lembaga tempat
peneliti bekerja
• Tidak dicantumkan alamat penulis
Penulisan Jurnal

Abstrak
• Tersusun 228 kata, Latar Belakang
• Tanpa tabel, tanpa rumus, tanpa • Besarnya permasalahan 
gambar, dan tanpa acuan pustaka. prevalensi, insiden dan dampak
yang terjadi akibat permasalahan
• Berisi latar belakang, metode, tersebut.
hasil, kesimpulan dan kata kunci. • Tidak disebutkan tujuan penelitian
Penulisan Jurnal

Metode
• Dijelaskan jenis, metode, dan
rancangan penelitian yang Hasil penelitian
digunakan,
• Tidak disebutkan kriteria inklusi dan pembahasan
dan kriteria eksklusi. • Dipaparkan karakteristik subjek penelitian,
• Variabel yang akan diteliti cukup jumlah dan persentasi masing-masing variabel
jelas dipaparkan dan bagaimana hasil keluaran secara statistik.
• Pembahasan  literatur terkait.
• Tidak ada diskusi
Penulisan Jurnal

Kesimpulan dan saran


• Kesimpulan  sudah menjawab
pertanyaan penelitian
• Saran  hasil penelitian Daftar pustaka
• Literatur tepat
• Bahan acuan  jurnal ataupun
naskah ilmiah
PICO
P (patient, 44 penderita Bell’s palsy yang berobat ke poliklinik saraf Rumah Sakit dr. Hasan Sadikin
population, Bandung, memenuhi kriteria inklusi, bersedia sebagai subyek penelitian.
problem)  

I (intervention,  22 subyek Kelompok A : asiklovir dan prednison


prognostic factor,  22 subyek Kelompok B : prednison dan plasebo
exposure)
Penentuan kelompok terapi A atau B secara acak oleh petugas farmasi di Depo Farmasi
Ruang 19ª RS dr. Hasan Sadikin Bandung.

C (comparison, membandingkan hasil terapi kombinasi asiklovir dan prednison dengan terapi prednison
control) tunggal pada penderita Bell’s palsy.
 

O (outcome) Terapi kombinasi asiklovir dan prednison terbukti secara bermakna (p=0,031) memberikan
perbaikan klinis lebih baik daripada terapi prednison tunggal pada penderita Bell’s palsy.
VIA
VALIDITY
Apakah rancangan Penelitian yang
dipilih sesuai dengan pertanyaan Ya, sesuai
penelitian ?

Apakah dijelaskan cara menentukan


Ya, dijelaskan
sampel?

Apakah dijelaskan mengenai kriteria


Tidak dijelaskan
inklusi dan eksklusi?

Apakah dalam pemilihan sampel


Ya
dilakukan randomisasi?

Apakah dijelaskan jenis uji hipotesis


Ya, dijelaskan
yang dilakukan dalam penelitian?
Importance
44 penderita Bell’s palsy yang berobat ke poliklinik saraf Rumah
Subjek penelitian Sakit dr. Hasan Sadikin Bandung. 22 subyek kelompok terapi A
dan 22 kelompok terapi B.

Drop Out Tidak ada

Analisis Uji Mann-Whitney, uji Chi Square, dan uji Fischer exact

Nilai P P value < 0,05 : signifikansi statistik.

Confidence interval Tidak dicantumkan


Aplikabilitas
Apakah subjek penelitian sesuai dengan karakteristik yang akan dihadapi?
Ya  karakteristik peneliti yaitu jenis kelamin, kelompok usia, awitan (hari), Derajat House Brackmann

Apakah setting lokasi penelitian dapat diaplikasikan disituasi kita?

Ya, kasus ini sering ditemukan di indoneisa dan pengobatan sering dipakai di indonesia

Apakah hasil penelitian dapat diaplikasikan pada pasien di institusi kita?


Ya

Apakah terdapat kemiripan pasien di tempat praktik atau institusi dengan hasil penelitian?

Ya, karena subjek penelitian yang digunakan di Indonesia


KELEBIHAN & KEKURANGAN

Kelebihan
• Pemilihan kata untuk judul sederhana dan menarik
• Abstrak pada jurnal dapat mewakili inti dari jurnal

Kekurangan
• Tidak dijelaskan kriteria inklusi dan eksklusi
• Tidak dijelaskan metode sampling yang digunakan
• Jurnal merupakan terbitan tahun 2009
TERIMAKASIH…

Anda mungkin juga menyukai