Anda di halaman 1dari 5

EVIDANCE BASED PRACTICE

PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN MATERNITAS


“MOLA HIDATIDOSA”

disusun oleh:

David Alfayed Silalahi


NIM. 2011436976
Teratai 1 RSUD AA ( 15 Feb – 19 Feb 2021)

Preceptor Akademik : Erika, M.Kep., Sp.Kep.Mat., PhD

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2021

KRITIK JURNAL
Perbandingan Efek Pregabalin 150 mg dengan 300 mg Dosis Tunggal terhadap Nilai Numeric
Rating Scale dan Kebutuhan Analgetik Pascabedah pada Pasien Histerektomi Abdominal
Hydtiform Mole

ITEM REVIEW KELEBIHAN KEKURANGAN


Abstrak Peneliti telah menjabarkan Pada bagian jumlah sampel
pendahuluan, tujuan peneliti tidak menjelaskan
penelitian, metode yang kelompok mana yang akan
digunakan serta penjelasan diberikan dari masing
cukup dingkat dan jelas masing intervensi.
Pendahuluan Pada pendahuluan peneliti Peneliti tidak menjelskan
sudah menjabarkan dengan seberapa banyak/ persen/
jelas data data yang sering dari penggunaan
mendukung penelitian obat tersebut di rumah
tersebut sakit. Peneliti juga tidak
menyebutkan indikasi dan
kontra indikasi dari
penggunaan obat tersebut.
Tidak dijelaskan manfaat
dari penelitian
Metode Peneliti sudah menjelaskan Sebaiknya peneliti juga
metode dan subjek serta menjelaskan pembagian
kriteria menjadi sampel kelompok di bagian abstrak
dalam penelitia tersebut.
Peneliti juga sudah
menyebutkan pembagian
kelompok yang akan
menjadi kelompok
pembanding
Hasil Hasil dari penelitian sudah Sebaiknya pada bagian ini
cukup baik dah memuaskan dijelaskan faktor
penyebab/mempengaruhi
nilai masing masing
kelompok hampir sama
Pembahasan Peneliti sudah baik dalam Tidak ditemukan penelitian
menjelaskan masing yang serupa yang dapat
masing indikator yang menjadi pembanding dari
menjadi poin-poin penting hasil penelitian yang
untuk dibaca oleh reviewer dilakukan
Kesimpulan Kesimpulan tersampaikan Tidak disampaikan faktor-
dengan baik faktor yang mungkin
menjadi pengaruh atau
penyebab mengapa hasil
kelompok 1 dan 2 hasil
statistinya tidak
berpengaruh besar.
Kemanfaatan Manfaat dapat kita temui di Tidak dicantumkan
artikel tujuan penelitia dan manfaat dari penelitian
pembahasan namun sedikit. yang dilakukan
Kesimpulan Berdasakan hasil penelitian maka didapatkan simpulan
review bahwa pregabalin 300 mg per oral ternyata lebih
baik bila dibandingkan dengan pregabalin 150 mg
dalam menurunkan nilai NRS pascabedah pada
histerektomi melalui abdominal, tetapi pemberian
pregabalin 300 mg per oral tidak lebih baik bila
dibandingkan dengan pregabalin 150 mg dalam
mengurangi kebutuhan analgetik opioid pascabedah
pada operasi histerektomi abdominal.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


Pregabalin 150 Mg dengan Pregabalin 300 Mg
1. Defenisi
Pregabalin adalah obat yang dikenal efektif untuk meredakan beberapa tipe nyeri
neuropatik tertentu, seperti neuralgia postherpetik atau neuropati diabetik. Dalam
praktiknya, pregabalin sering diresepkan untuk kasus nyeri tungkai skiatika meskipun
belum ada bukti-bukti ilmiah yang menunjukkan manfaat penggunaan obat ini untuk
skiatika. Nyeri pascabedah merupakan reaksi fisiologis kompleks terhadap cedera
jaringan, distensi viseral, serta respons penyakit yang dirasakan pasien sebagai suatu
pengalaman sensoris dan juga emosional yang tidak menyenangkan. Nyeri pascabedah
mempunyai karakteristik berupa sensitisasi di perifer serta sentral dari susunan saraf,
yang lebih dikenal sebagai nyeri klinis. Sekali terjadi sensitisasi sistem saraf, maka suatu
stimulus lemah yang dalam keadaan normal tidak menimbulkan nyeri akan terasa nyeri
(alodinia), sedangkan stimulus kuat yang cukup untuk menimbulkan nyeri terasa amat
nyeri (hiperalgesia). Operasi ginekologi merupakan jenis operasi dengan derajat nyeri
pascabedah yang cukup tinggi, sehingga penanganan nyeri pascabedah harus dilakukan
lebih baik.3 Nyeri pascaoperasi histerektomi abdominal termasuk nyeri hebat dengan
derajat nyeri 7–8 dari skala maksimal 10 ( Fuadi, 2014).
2. Tujuan
a. Membandingkan pregabalin 150 mg dengan 300 mg dosis tunggal 1 jam
prabedah terhadap nyeri pascabedah dan kebutuhan opioid pada operasi
histerektomi abdominal dalam anestesi umum.
3. Langkah-langkah
a. Tahap orientasi
1) Salam pembuka dan perkenalkan diri
2) Penjelasan prosedur dan tujuan tindakan
3) Pemeriksaan praoperasi dilaksanakan satu hari sebelum operasi, dilakukan
penjelasankepada pasien mengenai operasi serta penelitian yang
dilaksanakan, dan juga dijelaskan tentang cara penilaian nyeri menggunakan
numeric rating scale (NRS) serta penilaian tingkat kecemasan menggunakan
hamilton anxiety rating scale(HARS)
4) Evaluasi tanda-tanda vital pasien
b. Tahap kerja
1) Jelaskan kembali prosedur tindakan
2) Kelompok perlakuan mendapatkan premedikasi alprazolam 0,5 mg pada
malam hari.
3) Pemasangan kateter intravena dilaksanakan di ruang operasi, setelah itu
diberikan cairan infus Ringer laktat untuk menggantikan puasa.
4) Induksi anestesia dilakukan dengan propofol 2 mg/kgBB, fentanil 2 μg/kgBB,
atrakurium 0,5 mg/kgBB, setelah 3 menit kemudian dilakukan laringoskopi-
intubasi.
5) Pemeliharaan anestesia dilakukan dengan menggunakan gas isofluran 1–2 vol
% serta N2O:O2 50%. Bolus intravena analgetik tramadol 1 mg/kgBB dan
ketorolak 0,5 mg/kgBB diberikan saat tiga puluh menit menjelang akhir
operasi.
6) Antagonis pelumpuh otot dengan neostigmin 0,04 mg/kgBB serta sulfas
atropin 0,02 mg/kgBB melalui intravena diberikan pada akhir pembedahan.
Pencegahan mual muntah diberikan ondansetron 0,1 mg/kgBB secara
intravena.
7) Analgetik pascabedah diberikan tramadol 2 mg/kgBB dan ketorolak 0,5
mg/kgBB dengan drip intravena tiap 8 jam selama 24 jam.
c. Tahap terminasi
1) Kaji dan observasi tanda-tanda vital pasien
2) Penilaian skala nyeri pascabedah dilakukan dengan mempergunakan numeric
rating scale(NRS) pada saat mobilisasi (duduk dan batuk) pada jam ke-1, 2, 4, 6,
12, 18, 24 pascabedah.
3) Pencatatan derajat nyeri, tekanan darah, laju napas, laju nadi, efek samping,
penggunaan petidin tambahan, dan juga penggunaan total petidin dilakukan
selama 24 jam.
4) Bila nilai NRS lebih dari 3 diberikan analgetik penyelamatan dengan petidin 25
mg. Bila nilai NRS masih lebih dari 3, maka 15 menit kemudian dapat diberikan
dosis analgetik pertolongan ulangan. Pemberian petidin dihentikan bila laju napas
<12 x/menit atau timbul efek samping yang serius akibat pemakaian petidin.
Daftar Pustaka
Mujib, A. (2018). PERBANDINGAN KEBERHASILAN PEMASANGAN LARINGEAL MASK
AIRWAY (LMA) UNIQUE PADA UPAYA PERTAMA ANTARA TEKNIK STANDAR
DIGITAL DENGAN TEKNIK JAW TRUST DI RS MATA “Dr. YAP” YOGYAKARTA
(Doctoral dissertation, poltekkes kemenkes yogyakarta)
Fuadi, I., & Sitanggang, R. H. (2014). Perbandingan Efek Pregabalin 150 mg dengan 300 mg
Dosis Tunggal terhadap Nilai Numeric Rating Scale dan Kebutuhan Analgetik
Pascabedah pada Pasien Histerektomi Abdominal. Jurnal Anestesi Perioperatif, 2(2),
145-152.

Anda mungkin juga menyukai