Anda di halaman 1dari 19

Pengenalan Dan Pencegahan

Kesalahan Pengobatan Sistem Imun

Kelompok 5
Arcenius A. Josin 164111001
Asry Dede Sa’u 164111002
Claudia M. C. K. Daud 164111003
Emiliani S. K. Monteiro 164111004
Febri D. Asraka 164111005
• Sistem imun membentuk sistem pertahanan
tubuh terhadap bahan asing seperti
mikroorganisma (bakteria, protozoa, virus dan
parasit), molekul-molekul yang berpotensi
toksik, atau sel-sel tidak normal (sel terinfeksi
virus atau malignan).
• Gangguan autoimun terdiri dari spektrum luas
keadaan penyakit dan kondisi yang paling
sederhana digambarkan sebagai reaksi sistem
kekebalan terhadap komponen tubuhnya
sendiri. Oleh karena itu, sejumlah besar obat
yang digunakan untuk mengatasi gangguan ini
menekan atau menstimulasi elemen sistem
kekebalan tubuh.
• Obat-obatan ini, yang disebut sebagai agen
imunomodulasi atau imunomodulator, telah
menghasilkan peningkatan hasil pasien dan,
dalam beberapa kasus, memperlambat
perkembangan penyakit.
Klasifikasi Obat Sistem Imun
1. Obat Imunosupresan
• Imunosupresan adalah kelompok obat yang
digunakan untuk menekan respon imun
seperti pencegah penolakan transpalansi,
mengatasi penyakit autoimun dan mencegah
hemolisis rhesus dan neonatus (Muthalib,
2013).
a. Metotreksat
Metotreksat sebagai terapi pemeliharaan dan kombinasi
dengan antikanker lain. Sebagai terapi tunggal atau
kombinasi untuk kanker payudara, kanker paru stadium
lanjut.
2. Obat Imunostimulan
• Imunostimulan adalah senyawa tertentu yang
dapat meningkatkan mekanisme pertahanan
tubuh baik secara spesifik maupun non
spesifik yang bekerja sama dalam pertahanan
keseimbangan badan karena penyembuhan
infeksi akan lebih cepat bila fungsi sistem
imun tubuh ditingkatkan (Tulak, 2018).
a. Levamisol
• Merupakan derivat tetramizol, Dalam pengobatan
lazim dipakai sebagai obat cacing, dan sebagai
imunostimulan levamisol berkhasiat untuk
meningkatkan penggandaan sel T, menghambat
sitotoksisitas sel T, meningkatkan efek antigen,
mitogen, limfokin dan faktor kemotaktik terhadap
limfosit, granulosit dan makrofag.
b. Isoprinosin
• Disebut juga isosiplex (ISO), adalah bahan
sintetis yang mempunyai sifat antivirus dan
meningkatkan proliferasi dan toksisitas sel T.
Sebagai imunostimulator isoprinosin
berkhasiat meningkatkan penggandaan sel T,
meningkatkan toksisitas sel T, membantu
produksi IL-2(LIMFOKIN) yang berperan dalam
diferensiasi limfosit dan makrofag
c. Muramil Dipeptida (MDP)
• Merupakan komponen aktif terkecil dari dinding
sel mycobacterium. Sebagai imunostimulan
berkhasiat meningkatkan sekresi enzim dan
monokin, serta bersama minyak dan antigen
dapat meningkatkan respons selular maupun
humoral. Dalam klinik telah banyak digunakan
untuk pencegahan tumor dan infeksi sebagai
ajuvan vaksin (Tulak, 2018).
d. Vaksin BCG
• BCG dan komponen aktifnya merupakan
produk bakteri yang emmeiliki efek
imunostimulan. Penggunaan BCG dalam
imunopotensiasi bermula dari pengamatan
bahwa penderita tuberkulosis kelihatan lebih
kebal terhadap infeksi oleh jasad renik lain.
Dalam imunomodulasi BCG digunakan untuk
mengaktifkan sel T, memperbaiki produksi
limfokin, dan mengaktifkan sel NK.
Pencegahan Kesalahan Pengobatan Sistem
Imun
a. Pengadaan dan Penyimpanan Obat (Drug Procurement and Storage)
• Potensi kesalahan pengobatan dimulai dengan pembelian dan
penyimpanan kelompok obat yang kompleks ini. Nomenklatur dan
kemasan mirip dan terdengar mirip (LASA) menciptakan potensi
kebingungan di antara produk. Adalah bermanfaat untuk mengenali
obat-obatan LASA yang diketahui dan menggunakan strategi-strategi
seperti huruf-huruf besar dan label-label peringatan di area
penyimpanan. Institute for Safe Medication Practices (ISMP) secara
teratur memperbarui daftar nama obat yang biasanya
membingungkan dan merupakan sumber yang sangat baik untuk
strategi pencegahan pada awal proses penggunaan obat (Lihat tabel
1) (Farber, 2016).
b. Resep (Prescribing)
• Sebelum memulai pengobatan, pasien harus
diskrining untuk faktor risiko atau riwayat paparan
patogen yang terkait dengan infeksi ini. Dalam
beberapa keadaan, profilaksis, terapi bersamaan
(misalnya, pengobatan TB laten), atau imunisasi
sebelum terapi, dapat diindikasikan. Dalam banyak
kasus, pedoman berbasis bukti kurang dan
keputusan untuk memulai atau melanjutkan terapi
imunomodulator adalah salah satu risiko versus
manfaat (Farber, 2016).
• penyaringan interaksi obat dan peringatan
keselamatan yang sesuai dalam sistem
elektronik sangat penting. Pemberian
beberapa imunomodulator secara bersamaan
umumnya tidak dianjurkan (dengan
pengecualian glukokortikoid)
c. Pengeluaran (Dispensing)
• Pertama, apoteker harus berkomitmen untuk meninjau
kembali secara hati-hati masalah keamanan resep yang
disebutkan di atas sebelum verifikasi atau pengeluaran
imunomodulator. Pertimbangan lain adalah penanganan
yang hati-hati untuk menghindari risiko pekerjaan bagi
profesional kesehatan dan menjaga integritas produk
(Farber, 2016).
• Institut Nasional untuk Keselamatan dan Kesehatan Kerja
secara teratur menerbitkan dokumen pedoman dan
prosedur untuk penanganan obat-obatan berbahaya
secara aman untuk menghindari risiko pekerjaan.
d. Administrasi (Administration)
• Ada beberapa pertimbangan untuk keamanan
obat dalam bagian administrasi dari proses
penggunaan obat. Pasien dan staf perawat
harus dididik tentang metode untuk
meminimalkan reaksi di tempat suntikan
misalnya, rotasi di tempat, kompres hangat
atau dingin.
e. Pemantauan (Monitoring)
• Pengguna terapi imunomodulator seumur hidup
memiliki risiko khusus terhadap infeksi, keganasan
sekunder, nefrotoksisitas, hepatotoksisitas, dan
gangguan kontrol glikemik. Data awal baru-baru ini
menunjukkan bahwa orang dewasa yang dirawat di
rumah sakit dengan penyakit autoimun tertentu
memiliki risiko 20% peningkatan tromboemboli vena
(VTE). Meskipun penelitian lebih lanjut diperlukan,
perhatian yang dekat dengan penilaian risiko VTE
sangat penting dalam populasi pasien ini (Farber, 2016).
Kesimpulan
• Kelas obat imunomodulator terus berkembang, menghadirkan
risiko besar dan manfaat besar bagi pasien dengan penyakit
kronis yang menghancurkan. Apoteker memainkan peran
penting dalam memastikan bahwa obat-obatan ini digunakan
dengan aman dan efektif. Sistem untuk memastikan pemilihan
obat yang aman dan sesuai, serta pengeluaran dan pemberian,
harus ada dan dioptimalkan jika memungkinkan. Akhirnya,
pemantauan yang konsisten dan konseling pasien yang
berkelanjutan yang mencakup pengingat tentang kontrasepsi
yang tepat, imunisasi (jika perlu), dan kewaspadaan mengenai
penilaian laboratorium sangat penting.

Anda mungkin juga menyukai