Anda di halaman 1dari 72

KOLOID

susu, sabun, udara berdebu


dalam ilmu kimia
dinamakan koloid
Pemanfaatan kimia koloid dalam bidang
industri

 Pembuatan produk : karet, kertas, plastik, sabun,


bahan-bahan pangan
 Proses : memutihkan, menghilangkan bau,
mewarnai, pemurnian, melibatkan adsorpsi
pada permukaan partikel koloid
Perbedaan
koloid dan kristaloid berdasarkan
difusi larutan melalui membran

 Kristaloid : zat yang mudah berdifusi melalui


membran. Contoh : NaCl dalam air
 Koloid : zat yang sukar berdifusi melalui membran.
Contoh : agar-agar, putih telur
Perbedaan koloid dan kristaloid
berdasarkan ukuran partikel
• Kristaloid (larutan sejati) : diameter partikelnya lebih
kecil dari 1 nm (10-9 m)
• Koloid : diameter partikelnya antara 1 nm – 100 nm
• Suspensi : diameter partikelnya lebih besar dari 100
nm
Perbedaan larutan, koloid dan suspensi

Jenis perbedaan larutan koloid suspensi


Diameter partikel < 1 nm 1 nm – 100 nm >100 nm
Fasa Satu fasa Dua fasa Dua fasa
Penyaringan :
• Biasa Lewat Lewat Tertahan
• Membran Lewat Tertahan Tertahan
• Ultra Lewat Tertahan Tertahan
Gerak Brown Tak nampak Nampak Nampak
Efek tyndall Tak nampak Nampak Nampak
Pengendapan :
• Gaya gravitasi Tidak Mengendap Mengendap
• Sentrifuge Tidak Mengendap Mengendap
Contoh Larutan garam Tinta Lumpur
Dispersi koloid
Sistem dispersi adalah sistem yang suatu zat terbagi halus atau
terdispersi dalam zat lain

Koloid merupakan suatu sistem dispersi, karena terdiri dari dua


fasa, yaitu :
 fasa terdispersi (fasa yang tersebar halus) yang kontinyu
 fasa pendispersi yang diskontinyu

Fasa terdispersi memiliki jumlah yang lebih kecil atau mirip


dengan zat terlarut
Fasa pendispersi memiliki jumlah yang lebih besar atau mirip
pelarut pada suatu larutan
Sistem dispersi koloid

Fasa Fasa Nama koloid Contoh


terdispersi pendispersi
Gas Cair Buih Buih, sabun
Gas Padat Busa padat Batu apung
Cair Gas Aerosol cair Kabut
Cair Cair Emulsi Susu,
Cair Padat Emulsi mayonaise
Mentega
Padat Gas Aerosol padat Asap
Padat Cair Sol Cat, kanji
Padat Padat Sol padat Kaca berwarna
Penggolongan koloid
Berdasarkan :
1.Bentuk partikel
2.Cara pembentukannya
3.Interaksi dengan medium
4.Perubahan bentuk
Bentuk partikel koloid
 Lembaran (laminar)
 Serat (fibrilar)
 Butiran (korpuskular)

Ditentukan oleh jenis dan cara terbentuknya


koloid
Cara pembentukan koloid
1. Koloid dispersi, yaitu koloid yang terbentuk dari penyebaran
(dispersi) partikel-partikel kecil yang tidak larut dalam
medium (fasa pendispersi) dengan membentuk agregat
molekul atau atom yang sangat banyak. Contohnya : dispersi
koloid emas (Au) dan belerang (S)
2. Koloid asosiasi, yaitu koloid yang terbentuk dari gabungan
(Asosiasi) molekul-molekul kecil, atom atau ion yang larut
dalam medium sehingga membentuk agregat-agregat
molekul yang disebut misel. Contoh : larutan sabun dan
detergen
3. Koloid makromolekul, yaitu koloid yang terbentuk dari
molekul tunggal yang sangat besar (makromolekul). Contoh :
protein dan polimer tinggi seperti karet dan plastik
Perubahan bentuk koloid
• Koloid reversibel, yaitu koloid yang dapat
berubah menjadi bukan koloid demikian pula
sebaliknya. Contoh : susu bubuk, dapat menjadi
koloid bila dicampurkan air dan menjadi bukan
koloid kembali dengan menguapkan airnya

• Koloid irreversibel, yaitu suatu koloid yang


setelah berubah menjadi bukan koloid tidak
dapat menjadi koloid kembali. Contoh : sol
belerang dan sol emas
Sifat-sifat koloid
1. Sifat fisika
2. Sifat koligatif
3. Sifat optis
4. Sifat kinetik
5. Sifat listrik
6. Koagulasi
7. Adsorpsi
Sifat fisika koloid
1. Koloid hidrofob, sifat-sifat seperti rapatan,
tegangan muka dan viskositas hampir sama
dengan medium pendispersinya
2. Koloid hidrofil
 karena terjadi hidrasi
 sifat-sifat fisikanya sangat berbeda dengan
mediumnya
 viskositasnya lebih besar dan tegangan mukanya
lebih kecil
Sifat koligatif koloid
 Koloid dalam medium cair juga mempunyai
sifat koligatif
 Sifat ini bergantung pada jumlah partikel
koloid bukan pada jenisnya
 Sifat koligatif koloid umumnya lebih rendah
daripada larutan sejati dengan jumlah partikel
yang sama
 Sifat koligatif berguna untuk menghitung
konsentrasi atau jumlah partikel
Sifat optis koloid
• Ukuran partikel koloid lebih besar daripada
larutan sejati, sehingga bila seberkas cahaya
melewatinya akan dipantulkan
• Arah pantulan tidak teratur, karena partikel-
partikel koloid tersebar secara acak, sehingga
pantulan cahaya berhamburan (diserakkan) ke
segala arah
• Peristiwa penghamburan cahaya oleh partikel-
partikel koloid disebut efek tyndall
Sifat optis
larutan gula dan air santan kelapa
 Partikel koloid ukurannya agak besar tapi
tidak dapat diamati dengan mata
 Dapat diamati menggunakan mikroskop ultra
yang nampak sebagai butir-butir bercahaya di
dasar yang gelap

Efek berkas cahaya pada (a) koloid (b) larutan


Massa dari butir-butir koloid ditentukan dengan
penguapan dan penimbangan
Volume masing-masing partikel (Vm), adalah :

m = massa partikel hasil penimbangan


n = jumlah partikel
d = rapatan partikel
Bila partikel koloid dianggap berbentuk bola dengan
jari-jari r, maka volume satu butir koloid, Vm = π r3
Dari kedua persamaan diperoleh :

atau
Sehingga diameter partikel koloid (Ф) :

Ф=2r

Ф logam-logam mulia dalam air = 0,2 – 0,6 µ


Sifat kinetik koloid :
gerakan Brown, difusi, pengendapan
(sedimentasi)
1. Gerakan Brown
 dibawah mikroskop ultra, partikel koloid
nampak sebagai bintik-bintik bercahaya yang
selalu bergerak secara acak dengan jalan
berliku-liku
 Gerakan tersebut dinamakan gerakan Brown
Gerakan Brown
2. Difusi

 Partikel zat terlarut mendifusi dari larutan


yang konsentrasinya tinggi ke daerah yang
konsentrasinya lebih rendah
 Difusi erat kaitannya dengan gerakan Brown,
sehingga dapat dianggap molekul-molekul
atau partikel-partikel koloid mendifusi karena
gerakan Brown
 Kecenderungan zat untuk mendifusi
dinyatakan dengan koefisien difusi
D = koefisien difusi, menyatakan jumlah mol koloid yang
berdifusi melewati satu-satuan luas per satuan waktu pada
konsentrasi gradien satu (cm2 s-1)
R = tetapan gas (8,314 x 107 erg mol-1 K-1)
T = suhu mutlak (K)
N = tetapan Avogadro (6,02 x 1023 mol-1)
𝜼 = viskositas medium (Poise)
r = jari-jari partikel koloid (cm)
Menurut Einstein, terdapat hubungan antara
koefisien difusi (D) dengan jarak rata-rata
pindahnya butir-butir koloid (Δ), sepanjang
sumbu x pada waktu t (detik)

dengan persamaan sebelumnya :

atau
Jarak rata-rata pindahnya butir-butir koloid
3. Pengendapan (sedimentasi)

 Partikel-partikel koloid mempunyai


kecenderungan untuk mengendap karena
pengaruh gravitasi bumi
 Tergantung pada rapat massa partikel terhadap
mediumnya
 Jika rapat massa partikel lebih besar dari medium
suspensinya, maka partikel akan mengendap
 Sebaliknya bila rapat massanya lebih kecil akan
mengapung
Pengendapan partikel-partikel koloid karena pengaruh gravitasi
• Jika rapat massa partikel koloid diketahui, maka
jari-jari partikel dapat dihitung dari kecepatan
pengendapan
• Kecepatan pengendapan adalah kecepatan yang
gaya gravitasi tepat diimbangi oleh gaya gesekan
dari partikel yang bergerak melalui medium
• Bila partikel dianggap berbentuk bola, maka
kecepatan pengendapan dirumuskan sesuai
persamaan hukum Stokes

atau
Integrasi persamaan menjadi

V = dx/dt = kecepatan pengendapan (cm s-1)


g = percepatan gravitasi (cm s-2)
d = rapat massa partikel koloid (g cm-3)
dm = rapat massa medium (g cm-3)
r = jari-jari partikel koloid (cm)
𝜼 = viskositas medium (Poise)
x1, x2 = jarak partikel awal dan akhir (cm)
t1, t2 = waktu awal dan akhir (s)
Kecepatan pengendapan partikel koloid
menjadi semakin besar bila :

1.jari-jari atau ukuran partikel r bertambah


besar
2.Selisih rapatan partikel d dan rapatan medium
dm bertambah besar
3.Viskositas (kekentalan) medium berkurang
4.Percepatan gravitasi (gaya berat) g meningkat
 Partikel kristal halus cenderung membesar
ukurannya bila dibiarkan berada dalam cairan
tempat zat diendapkan
 Terutama bila larutan dipanasi atau digoncang
 Koagulasi endapan koloid dapat dipercepat
oleh suhu tinggi dan pengadukan serta
penambahan elektrolit tertentu
• Pengendapan dapat dipercepat dengan memperbesar
percepatan gravitasi g menggunakan ultrasentrifuge
• Alat tersebut akan memutar koloid dengan kecepatan
sangat tinggi, sehingga partikel kristalin halus sekecil
sukrosa dapat diendapkan di dasar tabung

𝑎 = percepatan sentrifugal
ω = kecepatan sudut dari sentrifuge dalam radian per
detik (2 π kali jumlah putaran per detik)
x = jarak partikel dari sumbu rotasi
Penampang bagian dalam ultrasentrifuge
Ultrasentrifuge dengan x = 6 cm, biasanya
bekerja pada 60.000 rpm atau 1000 rps (putaran
per detik), maka :

𝑎 = ω2 x = (2 π 1000 s-1)-2 x 0,06 m


= 2,36 x 106 m s-2

Karena percepatan gravitasi 9,80 m s-2 , maka


percepatan ultrasentrifuge ini 240.000 kali lebih
besar percepatan gravitasi bumi
Dengan mengganti g = ω2 x, diperoleh :

atau

Persamaan tersebut bila diintegrasikan,


diperoleh:
• Dari persamaan kecepatan pengendapan dapat
diperoleh jari-jari partikel koloid

• Selanjutnya dapat ditetapkan massa satu


partikel (m) sebagai : m = π r3 d, dan berat
molekul (M) butir-butir koloid sebagai M =m N

• Dalam bidang pangan penetapan kecepatan


pengendapan sangat penting untuk analisis
pangan misalnya penentuan kelarutan pangan,
stabilitas emulsi
Sifat listrik koloid
 Permukaan partikel koloid mempunyai muatan listrik
disebabkan terjadinya ionisasi atau penyerapan ion-ion
dalam larutan
 Partikel koloid dapat bergerak dalam medan listrik
 Bila ke dalam sistem koloid dimasukkan sepasang
elektroda yang dialiri arus listrik searah, maka partikel-
partikel koloid yang bermuatan negatif akan bergerak
menuju elektroda positif (anoda)
 Yang bermuatan positif akan tertarik ke elektroda
negatif (anoda)
 Bergeraknya partikel-partikel koloid oleh pengaruh
medan listrik disebut elektroforesis
Alat elektroforese Burton
 Pada elektroforesis partikel-partikel koloid
dinetralkan muatannya dan digumpalkan di
bawah elektroda
 Dapat digunakan untuk menentukan muatan
partikel koloid dan dimanfaatkan untuk
mengurangi zat-zat pencemar udara yang
dikeluarkan dari asap pabrik menggunakan
alat Cotrell
 Elektroforesis dapat digunakan untuk analisis
protein, asam nukleat, polisakarida dan
senyawa-senyawa kompleks lainnya
Koagulasi Koloid
 Suatu koloid bila dibiarkan dalam waktu
tertentu akan terpengaruh oleh gaya
gravitasi bumi
 Antara partikel dapat saling bergabung
membentuk gumpalan yang akan mengendap
di dasar wadah
 Peristiwa pengendapan atau penggumpalan
partikel-partikel koloid disebut KOAGULASI
 Waktu terjadinya koagulasi berbeda antara
koloid satu dengan lainnya
 Koagulasi spontan umumnya berlangsung
lambat dan dapat dipercepat dengan alat
sentrifuge
 Koagulasi dapat pula dilakukan dengan cara :
pemanasan, pendinginan, penambahan koloid
yang berbeda muatan dan penambahan
elektrolit
 Contoh proses pembuatan tahu terjadi
koagulasi karena pemanasan dan
penambahan elektrolit
Adsorpsi koloid
 Partikel koloid mempunyai permukaan luas,
sehingga mempunyai daya adsorpsi yang
besar
 ADSORPSI adalah peristiwa penyerapan suatu
zat, ion atau molekul yang melekat pada
permukaan
 Bila penyerapan sampai ke bawah permukaan
disebut ABSORPSI
Adsorpsi ion positif dan negatif oleh koloid sol
 Koloid umumnya mengadsorpsi ion-ion positif
dan negatif
 Misalnya sol Fe(OH)3 dalam air mampu
menyerap ion H+, sehingga bermuatan positif
 Sol As2S3, mampu mengadsorpsi ion-ion
negatif S2-, sehingga menjadi bermuatan
negatif
 Partikel-partikel koloid mudah mengadsorpsi
zat warna, misalnya pada peristiwa
pencelupan warna tekstil, sebelumnya tekstil
dilapisi aluminium hidroksida agar mengikat
zat warna
Sifat adsorpsi partikel koloid banyak
dimanfaatkan pada proses-proses seperti :

 penjernihan air
 pemutihan
pemurnian suatu bahan yang masih
mengandung kotoran
Beberapa macam koloid
(SOL, EMULSI, GEL)
A. SOL adalah dispersi koloid yang partikel padat
terdispersi dalam cairan
Ada 2 jenis sol :
a) Sol liofil
 partikel-partikel padat akan menyerap
molekul cairan (suka pelarut)
 Jika pelarutnya air disebut sol hidrofil
 Contoh : sabun, protein, gelatin
 Sol liofil lebih stabil dan tidak mengalami
koagulasi jika ditambahkan sedikit
elektrolit
 Partikel-partikelnya dapat dipisahkan
dari mediumnya dengan pengendapan
atau penguapan
 Dapat dibuat menjadi sol kembali
dengan penambahan medium
 Sol liofil bersifat reversibel
b) Sol liofob
Partikel-partikel padat tidak menyerap molekul
cairan (tidak suka pelarut)
Jika pelarutnya air disebut sol hidrofob
Contoh : sol-sol sulfida dan sol-sol logam

Perbedaan sifat antara sol hidrofil dan sol hidrofob


Sol hidrofil Sol hidrofob
 Mengadsorpsi mediumnya Tidak mengadsorpsi mediumnya
Stabil pada konsentrasi relatif besar Hanya stabil pada konsentrasi kecil
Tidak mudah mengalami koagulasi dengan Mudah mengalami koagulasi dengan
penambahan elektrolit penambahan elektrolit
Viskositas lebih besar dari mediumnya Viskositas hampir sama dengan mediumnya
Bersifat reversibel Bersifat irreversibel
Efek tyndall lemah Efek tyndall lebih jelas
Perbedaan sifat sol liofil dan sol liofob
Pembuatan sol

Partikel koloid mempunyai diameter 1 – 100 nm.


Butir-butir sebesar ini dapat diperoleh dengan
dua cara : cara dispersi dan cara kondensasi
1. Cara dispersi
dilakukan dengan memecah atau menghaluskan
butir-butir yang lebih besar (suspensi) menjadi
butir-butir yang lebih kecil sesuai ukuran koloid
Caranya :
a)Mekanik, menggiling partikel besar kemudian
mendispersikan dengan mediumnya sampai
diperoleh ukuran koloid
contoh : sol tepung dibuat dengan menggiling
biji-bijian lalu mengaduknya dalam air
b) Dispersi elektronik, mengalirkan arus listrik
tegangan tinggi melalui dua elektroda logam
yang akan dibuat koloid dan mencelupkannya
ke dalam pelarut. Disebut cara Busur Bredig
Contoh : sol-sol emas dibuat dengan
mencelupkan kedua elektroda dari logam
yang sebelumnya diberi tegangan tinggi ke
dalam air
c) Peptisasi, menambahkan zat atau ion
sejenis pada partikel kasar (endapan),
sehingga partikel-partikel tersebut terpecah
menjadi ukuran koloid
Contoh : endapan Al(OH)3 akan menjadi sol
jika ditambahkan AlCl3
2. Cara kondensasi
pembuatan koloid dengan mengubah partikel-
partikel kecil (larutan ) menjadi patikel besar
berukuran koloid
Caranya :
a)Reaksi kimia, menambahkan pereaksi tertentu
ke dalam larutan, sehingga terbentuk koloid
 Cara reduksi
2 AuCl3 + 3 SnCl2 2 Au (sol) + 3 SnCl4
 Cara oksidasi
2 H2S + SO2 2H2O + 3 S (sol)
 Hidrolisis
FeCl3 + 3 H2O Fe(OH)3 (sol) + 3 HCl
 Dekomposisi rangkap (metatesis), melakukan
pertukaran ion sehingga terbentuk senyawa
yang sukar larut berukuran koloid
As2O3 + 3 H2S As2S3 (sol) + 3 H2O
3. Pertukaran pelarut
 Koloid dibuat dengan menukar atau
menambahkan pelarut lain ke dalam larutan
 Zat terlarut harus tidak larut dalam pelarut
yang ditambahkan
 Kedua pelarut harus bercampur sempurna
 Contoh : sol belerang dibuat dengan
menambahkan pelarut air ke dalam larutan
belerang dalam alkohol
4. Pendinginan berlebih
 Campuran yang terdiri dari pelarut air dan
organik didinginkan, sehingga salah satu
komponennya dapat membeku membentuk
koloid
 Contoh : koloid es dibuat dengan
mendinginkan campuran eter dengan air
B. EMULSI
 adalah dispersi koloid yang zat terdispersi dan
medium pendispersi merupakan cairan yang tidak
saling bercampur
 Agar terjadi suatu campuran koloid, harus
ditambahkan suatu bahan yang disebut zat
pengemulsi atau emulgator atau emulsifier
 Contoh emulsi : susu dan mayonaise (terdiri dari
minyak yang terdispersi dalam fasa air)
 Pada mayonaise, pemisahan dicegah oleh kuning
telur
 Pada susu, pemisahan dicegah oleh kasein
Pembuatan emulsi
1. Mencampurkan kedua zat cair dengan
emulsifier dalam sebuah botol dan
mengocoknya (cara sederhana)
2. Mencampur salah satu fase dispers dengan
emulsifier dan mengocoknya hingga sempurna
(hasil lebih baik)
3. Mencampur dengan dispers medium lainnya
kemudian mengocoknya secara bersama-sama
atau menambah sedikit demi sedikit sambil
mengaduknya (hasil lebih baik)
Cara menstabilkan dua fasa
Pemecahan emulsi
(misalnya untuk pembuatan keju)
1. Merusak emulsifier, dengan menambah zat
kimia yang dapat bereaksi dengan emulsifier.
Contoh : emulsifier sabun pada emulsi minyak
dalam air dapat dirusak oleh logam berat
2. Merobek film emulsifier, merusak lapisan
pelindung emulsifier dengan cara mekanik
(sentrifuge) dan fisika (pemanasan,
pembekuan)
Penggunaan emulsi
1. Untuk mengencerkan, zat tidak larut dalam air
dapat diemulsikan dalam air dengan penambahan
air sehingga viskositasnya berkurang (obat)
2. Memperbesar luas permukaan, dengan
mengemulsikan suatu zat luas permukaan partikel
koloid bertambah (emulsi bahan kecantikan
memudahkan penetrasi ke kulit)
3. Mengubah sifat, contohnya : emulsi minyak ikan
menjadi kurang rasa amisnya, bahan pangan lebih
mudah dicerna dan rasanya berubah seperti
mayonaise dan susu
C. GEL adalah sol liofil berbentuk setengah padat. Ada
dua jenis : gel elastis dan non elastis
1. Gel elastis (kenyal)
 Setelah dihilangkan airnya dapat dibentuk kembali
menjadi gel dengan penambahan air
 Dibuat dengan melarutkan sol liofil dalam air panas
 Setelah dingin akan terbentuk gel kenyal
 Contoh : selai, gelatin, agar-agar, amilum atau
pektin dalam air
2. Gel non elastis (tak kenyal)
 Setelah didehidrasi gel ini tidak dapat diubah menjadi
gel kembali dengan penambahan air
 Dehidrasi gel ini menghasilkan bubuk
 Gel tak kenyal dapat diperoleh dengan mencampurkan
larutan garam silikat dengan HCl
 Contohnya : silika gel
Pembentukan gel :
o Pengendapan sol yang tidak sempurna
o Perubahannya berlangsung perlahan, partikel koloid bersatu
membentuk rantai pendek atau jaringan kontinyu yang saling
mengikat, sehingga viskositas sistem naik dan membentuk zat
setengah padat
Kegunaan koloid
1. Mengurangi polusi udara
 Partikel berbahaya dapat digumpalkan
menggunakan alat pengendapan Cottrell
 Asap buangan dimasukkan ke dalam ruangan yang
terdapat ujung-ujung tajam yang diberi tegangan
tinggi, sehingga elektron berkecepatan tinggi dapat
mengionkan molekul udara
 Partikel asap akan menyerap ion-ion positif yang
akan tertarik ke elektroda negatif sehingga
mengendap
 Gas yang keluar akan terbebas dari polutan udara
2. Pembuatan lateks
 Getah karet merupakan sistem koloid
 Pada pembuatan lateks getah karet dapat
digumpalkan dengan penambahan asam asetat atau
asam format
 Lateks yang dihasilkan dapat dibentuk sesuai cetakan
3. Sebagai deodoran
 Digunakan bahan penyerap (adsorben) berupa
aluminium stearat atau aluminium klorida
 Jika deodoran digosokkan pada anggota badan, zat
ini dapat mengadsorpsi keringat yang menyebabkan
bau badan
4. Penjernihan air
 Air yang keruh karena mengandung partikel-partikel
koloid yang tidak diinginkan
 Misalnya pada air sungai mengandung partikel
terdispersi tanah liat di dalam air
 Sol tanah liat dalam air sungai memiliki muatan
negatif, sehingga dapat diendapkan dengan
penambahan tawas = KAl(SO4)2
 Tawas dapat membentuk koloid Al(OH)3 bermuatan
positif yang dapat mengadsorpsi kotoran atau
partikel tanah liat, menggumpalkan dan
mengendapkannya sehingga air menjadi jernih
5. Sebagai bahan pangan atau obat
 Bahan pangan atau obat ada yang dikemas dalam
bentuk padatan
 Pemakaian terkadang kurang enak atau sulit ditelan
 Cara mengatasinya, bahan dikemas dalam bentuk
koloid misalnya bentuk gel atau emulsi

6. Sebagai kosmetik
 Banyak kosmetik yang dikemas dalam bentuk koloid
 Misalnya body lotion, hand cream
7. Bahan pencuci
 Sabun atau detergen dapat digunakan untuk
membersihkan kotoran pada pakaian
 Fungsi sabun sebagai pengemulsi minyak dalam air
 Sabun akan terionisasi dalam air menjadi Na+ dan
anion asam lemak
 Bagian ujung asam lemak yang bermuatan negatif
bersifat polar sehingga larut dalam air dan ujung
lainnya bersifat non polar dan cenderung larut dalam
minyak
 Kotoran yang berupa tetesan minyak larut dalam air
sehingga mudah lepas pada saat pembilasan
8. Menghilangkan kotoran hasil industri
 Pada industri pembuatan sirup, gula yang
digunakan biasanya masih mengandung
kotoran sehingga larutannya kelihatan tidak
jernih
 Untuk menghilangkan kotoran tersebut dapat
ditambahkan putih telur yang dimasukkan ke
dalam larutan gula sambil diaduk, kemudian
menggumpal dan mengadsorpsi kotoran
 Selain putih telur dapat digunakan tanah
diatomae atau karbon aktif
• selesai

Anda mungkin juga menyukai