Anda di halaman 1dari 14

ASSALAMUALAIKUM

WARAHMATULLAHI WABARAKATU

Anggota :
-Juris Nanda
Mata Kuliah : AGAMA -Fazira Irma
Hari : Senin -Fitriani
Waktu : 08:00-09:40
-Maulidya

Dosen Pengajar: Muhibbul Subhi, S.Hum,


M.Ag
BAGAIMANA
MANUSIA
BERTUHAN
Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT., Allah menciptakan


manusia untuk beriman kepada-Nya dan melakukan hal-hal yang baik
kepala semua manusia dan untuk menjadi Khalifah di muka bumi ini.

Beribadah adalah suatu perbuatan yang dilakukan manusia untuk


menyembah Allah, melakukan segala perintah-Nya dan menjauhi segala
larangan-Nya.
Konsep Spiritualitas Sebagai Landasan

Kebertuhanan Pada dasarnya hati manusia itu bersifat Universal dengan


catatan manusia itu telah mencapai titik fitrah (God Sport) dan terbebas dari segala
pradigma dan belenggu. Dalam keadan seperti ini manusia merasakan ketenangan jiwa
yang mendasari segala tingkah lakunya, dan menggunakan suara hati sebagai penuntun
hidupnya menuju sebuah kebenaran, dan semua itu bersumber dari yang maha kuasa
yaitu Allah. Sebagaimana Firnan Allah SWT dalam surat As Sajadah Ayat: 9 yang
artinya:
“Kemudian dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan dia
menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan (perasaan) hati; (tetapi) kamu
sedikit sekali bersyukur”. Ketika manusia mengakui bahwa Allahlah Tuhannya. Suara hati
itu masih terus berjalan dan masih bisa dirasakan hingga saat ini, kecuali hati yang
tertutup. Sudah merupakan fitrah manusia untuk memiliki rasa ketuhanan dan memiliki
kebaikan hati nurani namun hal ini tidak terjadi kepada orang yang hatinya telah tertutup,
walaupun demikian ia pun masih bisa merasakan hal ini namun dengan kadar yang
rendah.
Tuhan berada di dalam hati orang-orang suci. Apabila kita ingin mudah
merasakan kehadiran Tuhan, maka kita hendaknya berawal dari penyucian hati.
Melalui penyucian hati, potensi roh akan semakin menguat dan mengalahkan
semua dorongan instingtif materialistis yang berlebihan (dalam istilah agama
disebut dengan hawā an-nafs). Ketika hati telah suci, maka jiwa manusia akan
menerima pancaran rahmat Tuhan sehingga darinya terpancar energi positif yang
kemudian mempengaruhi penilaian dan sikapnya.
Perbedaan Paradigma dan God Sport yaitu Paradigma atau persepsi adalah
lapisan belenggu yang menutupi Gog Sport, persepsi tercipta karena pengaruh-
pengaruh luar yang membentuk paradigma dan pikiran kita. Sedangkan dalam God
Sport terdapat suara-suara hati yang bersumber dari sifat-sifat Illahi. God Sport
yang berisi bayangan- bayangan sifat Tuhan itu telah built in dalam diri manusia.
Alasan Mengapa Manusia Memerlukan
Spiritualitas

Ada enam alasan mengapa kita membutuhkan spiritualitas untuk


tetap mampu mengerjakan panggilan hidup di dunia ini:
• Karena manusia adalah makhluk ciptaan yang terbatas, yang
memiliki kebebasan untuk memilih.
• Untuk menjaga integritas diri kita di tengah realita dunia yang fana
dan tak menentu.
• Untuk mengembangkan hati nurani dan takut akan tuhan (Allah
SWT).
• Untuk mengendalikan dorongan ego dalam diri kita.
• Menyadarkan bahwa panggilan hidup kita adalah anugerah
pemberian dari Allah SWT.
• Serta untuk melihat kepekaan diri kita dalam menggali makna
kenyataan hidup.
Menggali Sumber Psikologis, Sosiologis, Filosofis, dan
Teologis tentang Konsep Ketuhanan

1. Bagaimana Tuhan dirasakaan kehadirannya dalam Perspektif Psikologis?

Menurut hadis Nabi, orang yang sedang jatuh cinta cenderung selalu
mengingat dan menyebut orang yang dicintainya (man ahabba syai’an katsura
dzikruhu), kata Nabi, orang juga bisa diperbudak oleh cintanya (man ahabba
syai’an fa huwa `abduhu). Kata Nabi juga, ciri dari cinta sejati ada tiga:
• lebih suka berbicara dengan yang dicintai dibanding dengan yang lain,
• lebih suka berkumpul dengan yang dicintai dibanding dengan yang lain, dan
• lebih suka mengikuti kemauan yang dicintai dibanding kemauan orang
lain/diri sendiri. Bagi orang yang telah jatuh cinta kepada Allah SWT, maka ia
lebih suka berbicara dengan Allah Swt, dengan membaca firman Nya, lebih
suka bercengkerama dengan Alloh SWT dalam I`tikaf, dan lebih suka
mengikuti perintah Allah SWT daripada perintah yang lain saat itulah
kehadiran Allah dapat kita rasakan.
2. Bagaimana Tuhan Disembah Masyarakat Dalam Perspektif Sosiologis?

Berbeda dengan perspektif teologis, sosiologi memandang agama tidak


berdasarkan teks keagamaan (baca kitab suci dan sejenisnya), tetapi berdasarkan
pengalaman konkret pada masa kini dan pada masa lampau. Hingga kini Agama
menjadi sesuatu yang tak terpisahkan dalam tiap sendi kehidupan manusia.
Bahkan manusia yang menganggap dirinya sebagai manusia yang paling modern
sekalipun tak lepas dari Agama. Hal ini membuktikan bahwa Agama tidaklah
sesempit pemahaman manusia mengenai kebenaranya. Agama tidak saja
membicarakan hal-hal yang sifatnya eskatologis, malahan juga membicarakan hal-
hal yang logis pula. Agama juga tidak hanya membatasi diri terhadap hal-hal yang
kita anggap mustahil. Karena pada waktu yang bersamaan Agama juga
menyuguhkan hal-hal yang riil. Begitulah Agama, sangat kompleks sehingga betul-
betul membutukan mata yang sanggup “melek” (keseriusan) untuk memahaminya. 
Dalam Sosiologis, Agama dipandang sebagai sistem kepercayaan yang
diwujudkan dalam perilaku sosial tertentu. Berkaitan dengan pengalaman manusia,
baik sebagai individu maupun kelompok. Oleh karena itu, setiap perilaku yang
diperankan akan terkait dengan sistem keyakinan dari ajaran Agama yang dianut.
Perilaku individu dan sosial digerakkan oleh kekuatan dari dalam yang didasarkan
pada nilai-nilai ajaran Agama yang menginternalisasi sebelumnya. Manusia,
masyarakat, dan kebudayaan berhubungan secara dialektik. Ketiganya
berdampingan dan berhimpit saling menciptakan dan meniadakan.
Bagaimana Tuhan Dirasionalisasikan Dalam
Perspektif Filosofis
Filsafat Ketuhanan adalah pemikiran tentang Tuhan dengan pendekatan akal budi, yaitu
memakai apa yang disebut sebagai pendekatan filosofis. Bagi orang yang menganut agama
tertentu (terutama agama Islam, Kristen, Yahudi), akan menambahkan pendekatan wahyu di
dalam usaha memikirkannya. Jadi Filsafat Ketuhanan adalah pemikiran para manusia dengan
pendekatan akal budi tentang Tuhan. Usaha yang dilakukan manusia ini bukanlah untuk
menemukan Tuhan secara absolut atau mutlak, namun mencari pertimbangan kemungkinan-
kemungkinan bagi manusia untuk sampai pada kebenaran tentang Tuhan.
Penelaahan tentang Allah dalam filsafat lazimnya disebut teologi filosofi. Hal ini bukan
menyelidiki tentang Allah sebagai obyek, namun eksistensi alam semesta, yakni makhluk yang
diciptakan, sebab Allah dipandang semata-mata sebagai kausa pertama, tetapi bukan pada diri-
Nya sendiri, Allah sebenarnya bukan materi ilmu, bukan pula pada teodise . Jadi pemahaman
Allah di dalam agama harus dipisahkan Allah dalam filsafat. Namun pendapat ini ditolak oleh
para agamawan, sebab dapat menimbulkan kekacauan berpikir pada orang beriman. Maka
ditempuhlah cara ilmiah untuk membedakan dari teologi dengan menyejajarkan filsafat
ketuhanan dengan filsafat lainnya (Filsafat manusia, filsafat alam dll). Maka para filsuf
mendefinisikannya sebagai usaha yang dilakukan untuk menilai dengan lebih baik, dan secara
refleksif , realitas tertinggi yang dinamakan Allah itu, ide dan gambaran Allah melalui sekitar diri
kita.
Membangun Argumen tentang Cara
Manusia Meyakini dan Mengimani
Tuhan
Iman kepada Allah SWT merupakan pokok
dari seluruh iman yang tergabung dalam rukun
iman. Karena iman kepada Allah SWT merupakan
pokok dari keimanan yang lain, maka keimanan
kepada Allah SWT harus tertanam dengan benar
kepada diri seseorang. Sebab jika iman kepada
Allah SWT tidak tertanam dengan benar, maka
ketidak-benaran ini akan berlanjut kepada
keimanan yang lain, seperti iman kepada malaikat-
malaikat Nya, kitab-kitab Nya, rasul-rasul Nya, hari
kiamat, serta qadha dan qadar Nya. Dan pada
akhirnya akan merusak ibadah seseorang secara
keseluruhan.
Ada dua cara beriman kepada Allah SWT :
1) Bersifat Ijmali
Cara beriman kepada Allah SWT yang bersifat ijmali maksudnya adalah,
bahwa kita mepercayai Allah SWT secara umum atau secara garis besar. Al-
Qur’an sebagai sumber ajaran pokok Islam telah memberikan pedoman kepada
kita dalam mengenal Allah SWT. Diterangkan, bahwa Allah adalah dzat yang
Maha Esa, Maha Suci. Dia Maha Pencipta, Maha Mendengar, Maha Kuasa, dan
Maha Sempurna.

2) Bersifat Tafshili
Cara beriman kepada Allah SWT yang bersifat tafsili, maksudnya adalah
mempercayai Allah secara rinci. Kita wajib percaya dengan sepenuh hati
bahwa Allah SWT memiliki sifat-sifat yang berbeda dengan sifat-sifat makhluk
Nya. Sebagai bukti adalah adanya “Asmaul Husna” yang kita dianjurkan
untuk berdoa dengan Asmaul Husna serta menghafal dan juga meresapi
dalam hati dengan menghayati makna yang terkandung di dalamnya. Selain
itu kita juga harus menaati semua perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
Apabila penyucian hati mampu mengontrol dorongan instingtif dan materialistis, maka
penyucian hati dapat memperkuat roh sehingga melahirkan sikap dan perilaku yang
tercerahkan oleh cahaya Tuhan. Sebaliknya, apabila dibiarkan dan didominasi insting dan
dorongan materialistis, maka roh akan terlemahkan. Apabila roh lemah pengaruhnya, maka
yang akan lahir adalah sikap dan perilaku, bahkan karakter yang jauh dari cahaya tuhan.

Perhatikan ayat berikut:

‫هّٰللا‬ ‫َفا َ ِقم وجْ هك لِل ِّديْن ح ِن ْي ًف ۗا فِ ْطر َ هّٰللا‬


َ ِ‫اس َع َل ْي َه ۗا اَل َت ْب ِد ْي َل لِ َخ ْل ِق ِ ٰۗذل‬
‫ك‬ َ ‫ت ِ الَّ ِتيْ َف َط َر ال َّن‬ َ َ ِ َ َ َ ْ
‫اس اَل َيعْ َلم ُْو ۙ َن‬ َّ
‫ن‬ ‫ال‬ ‫ر‬
َ ‫ث‬َ ‫ك‬ْ َ ‫ا‬ َّ‫ن‬‫ك‬ِ ‫ل‬ٰ ‫ال ِّديْنُ ْال َق ِّي ۙ ُم َو‬
Artinya:
ِ
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah
yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah.
(Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. (QS Ar-Ruum/30:30).
Yang dimaksud dari ayat tersebut
adalah ciptaan Allah. Manusia diciptakan
Allah mempunyai naluri beragama yaitu
agama tauhid. Kalau manusia yang tidak
beragama tauhid, maka hal itu tidaklah
wajar dan itu apat disebabkan oleh
pengaruh lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
 http://jimmygeneh.blogspot.com/2012/07/suara-hati-sebagai-landasan-kecerdasan.ht
ml
 https://nofalliata.wordpress.com/agama-islam-dan-sekte-sektenya/agama-dalam-persp
ektif-sosiologis-3/
 http://gkipi.org/spiritualitas-dan-panggilan-hidup/
 https://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat_ketuhanan
 https://moefarticles.wordpress.com/2011/01/04/seni-sebagai-ekspresi-spiritualitas/
 https://ulumbalumba.wordpress.com/2011/05/12/iman-kepada-allah/

Anda mungkin juga menyukai