Anda di halaman 1dari 19

Stase Keperawatan KMB

ASUHAN KEPERAWATAN
pada Tn.A Dengan Gangguan
Sistem Muskoletal :fraktur tibia

NURLINDA
20.04.005
Profesi Ners STIKES Panakkukang Makassar
Definisi

Fraktur tibia merupakan tulang panjang yang paling umum retak


dalam tubuh. Karena berada langsung di bawah kulit, sering
ditemukan juga fraktur terbuka. Trauma langsung : Benturan pada
tulang mengakibatkan fraktur di tempat tersebut. Trauma tidak
langsung : Titik tumpu benturan dengan terjadinya fraktur
berjauhan. Fraktur Tibia adalah fraktur yang terjadi pada bagian
tibia sebelah kanan maupun kiri akibat pukulan benda keras atau
jatuh yang bertumpu pada kaki. (E.
 Oswari, 2011).
ETIOLOGI

penyebab paling utama fraktur tibia yang disebabkan oleh pukulan


yang membengkokkan sendi lutut dan merobek ligamentum
medialis sendi tersebut, benturan langsung pada tulang tibia
misalnya kecelakaan lalu lintas, serta kerapuhan struktur tulang.
Penyebab terjadinya fraktur yang diketahui adalah sebagai berikut :
1.Trauma langsung (direct)
2.Trauma tidak langsung (indirect)
3.Trauma pathologis
MANIFESTASI KLINIK
 Manifestasi klinis fraktur tibia adalah :
1. Nyeri hebat pada daerah fraktur, dan bertambah jika ditekan/diraba
2. Tak mampu menggerakan kaki

3. Terjadi deformitas (kelainan bentuk) diakibatkan karena perubahan posisi fragmen tulang. Dapat
membentuk sudut karena adanya tekanan penyatuan dan tidak seimbangnya dorongan otot. Dapat pula
memendek ekstermitas bawah karena adanya tarikan dari otot ektermitas bawah saat fragmen tergelincir
dan tumpah tindih dengan tulang lainnya. Dan dapat juga terjadi rotasional karena tarikan yang tidak
seimbang oleh otot yang menempel pada fragmen tulang sehingga fragmen fraktur berputar keluar dari
sumbu longitudinal normalnya.

4. Adanya krepitus (teraba adanya derik tulang) diakibatkan karena gesekan antara fragmen satu dengan
fragmen yang lainnya.

5. Terjadi ekimosis atau perdarahan subkutan diakibatkan kerusakan pembuluh darah sehingga darah
merembes dibawah kulit sekitar area kulit.

6. Terjadi pembengkakan dan perubahan warna pada kulit diakibatkan karena terjadi ekstravasasi darah dan
cairan jaringan di sekitar area fraktur.
KOMPLIKASI

Komplikasi awal ;
Compartemant Syndrome : Komplikasi ini sangat berbahaya
karena dapat menyebabkan gangguan vaskularisasi ektermitas
bawah yang dapat mengancam kelangsungan hidup ektermitas
bawah.
Komplikasi dalam waktu lama :
Malunion
Delayed Union
Non Union
SKENARIO KASUS
Seorang wanita berusia 29 tahun di bawa oleh kelurganya ke Rumah sakit
dengan keluhan nyeri pada kaki bagian kanan, Luka dialami sejak 3 bulan
lalu sebelum masuk rumah sakit, pasien sebelumnya di rawat di Rumah sakit
pemasangan post eksternal fiksation on right tibia tapi tak kunjung
sembuh. .Pasien memiki Riwayat kecelakaan akibat peristiwa kecelakaan lalu
lintas sepeda motor,pada saat pengkajian tingkat kesadaran pasien
conposmentis dan di dapatkan TTV yaitu TD:110/80mmHg, N:90x/menit,
S:36,8 , RR 16x/mnit. Terpasang external fiksasi pada 1/3 medial et 1/3 distal
cruris dextra dari data2 yang di dapatkan pasien di Diagnosa Fraktur Tibia.
Identitas
Nama : Ny.’’I’’

Tempat/tanggal lahir (umur) : 16-10-1989(29Tahun )

Jenis kelamin : Perempun

Status perkawinan : Belum Kawin

Agama/suku : Islam

Warga negara : Indonesia

Bahasa yang digunakan : Indonesia

Pendidikan : SLTA

Pekerjaan : Tidak Bekerja

Alamat : Makassar
Keadaan Umum
Keadaan Sakit :Pasien tampak berbaring lemah, Pasien mengalami nyeri pada tungkai ekstremitas
kanan yang tidak kunjung sembuh.
 Penggunaan alat medik :
 Terpasang infus RL 24 tetes/ menit tangan sebelah kiri

Keluhan Utama :Nyeri

P : Saat bergerak

Q :Tertusuk-tusuk

R : Tungkai Kanan

S : 5 (Sedang)

T : Hilang timbul
Pemeriksaan Fisik
Kesadaran
 Kualitatif : Compos mentis
 Kuantitatif : M :6, V: 5, E: 4

1. Tekanan Darah : 110/80 mmHg

2. Suhu : 36.8oC

3. Nadi : 90 x/menit

4. Pernapasan frekuensi : 16 x/menit.

Irama : Reguler

Jenis : Pernapasan dada


Pemeriksaan fisik
 Terpasang eksternal fiksasi pada 1/3 medialdistal cruris
dextra
 Fraktur 1/3 distal os tibia dextra
 Fraktur 1/3distal os fibula dextra, dengan displacement
segment distal ke cranio anterior
 Tidak tampak tanda osteomyelitis
Klasifikasi Data
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
1. Pasien mengatakan nyeri pada kaki sebelah 1. Pasien tampak gelisah
kanan bila digerakkan dan diperberat karena 2. Pasien tampak meringis
aktivitas 3. Pasien tampak mengerutkan dahinya akibat
2. Keluarga pasien mengatakan sering gelisah nyeri
karena merasakan nyeri P : Saat bergerak
3. Paasien mengatakan lemah Q : Tertusuk-tusuk
4. Pasien mengatakan kesulitan membolak R : Tungkai Kanan
balikkan posisi S : 5 (Sedang)
5. Pasien mengatakan tidak dapat menggerakkan T : Hilang timbul
kaki sebelah kanan 4. Vital sign
6. Keluarga pasien mengatakan semua kebutuhan Tekanan Darah : 110/80 mmHg
pasien dibantu Suhu : 36.8oC
Nadi : 90 x/menit
  Pernapasan : 16 x/menit
5. Terpasang kateter urine dengan produksi 500
cc/8 jam dengan warna urine kuning
Diagnosa Keperawatan

Diagnosis Keperawatan

Nyeri akut berhubungan dengan agens cederaFisik (luka post operasi pemasangan traksi)

Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakkan rangka neuromuscular, kelemahan fisik

Resiko Infeksi berhubungan dengan kerusakan integritas kulit


Diagnosa keperawatan TUJUAN DAN HASIL INTERVENSI
Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri
Fisik (luka post operasi pemasangan traksi) .
keperawatan selama 3x24 jam,
1. Idenifikasi lokasi, karakterisitik, durasi,
Ds: diharapkan nyeri teratasi dengan :
frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri.
-Pasien mengatakan nyeri pada kaki sebelah Kriteria hasil: 2. Gunakan strategi komunikasi terapeutik
kanan bila digerakkan dan diperberat karena untuk mengetahui pengalaman nyeri
aktivitas. Kontrol nyeri
3. Monitor tanda-tanda vital
-Pasien mengatakan sering gelisah karena 1. Melaporkan nyeri terkontrol meningkat 4. Berikan posisi yang nyaman
REN nyeri.
CAN 2. Kemampuan mengenali onset nyeri 5. Ajarkan teknik non farmakologis : teknik
Do: relaksasi napas dalam, distraksi, kompres
A meningkat
hangat.
KEP -Pasien tampak gelisah
3. Kemampuan mengenali penyebab 6.
ERA Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
-Pasien tampak meringis nyeri meningkat
WAT
AN -Pasien tampak mengerutkan dahinya akibat 4. Dukungan orang terdekat meningkat
nyeri.
5. Keluhan nyeri menurun

 
Diagnosa Keperawatan Ekspektasi Dan Luaran Intervensi Keperawatan
Gangguan mobilitas fisik berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Energi
dengan kerusakkan rangka neuromuscular, keperawatan selama 3x24 jam, di 1. Posisikan pasien semi fowler
kelemahan fisik di buktikan dengan:
harapkan Pasien mampu bergerak 2. Obsevasi tanda-tanda vital
dengan 3. Bantu pasien dalam melakukan
Ds: Kriteria hasil: miring kanan dan miring kiri
Pasien meningkat dalam aktivitas 4. Bantu pasien dalam memenuhi
-pasien mengatakan tidak dapat fisik secara bertahap. kebutuhan
menggerakkan kaki sebelah kanan Pergerakan ekstremitas meningkat 5. Kolaborasi pemberian terapi
REN Kekuatan otot meningkat
CAN -keluarga pasien mengatakan semua
A kebutuhan pasien di bantu.
KEP Do:
ERA
WAT -pasien tidak dapat mnggerakkan kaki sebelah
AN kanan

-Terpasang kateter 500cc/8jam dengan warna


urine kuning

 
Diagnosa Keperawatan Ekspektasi Dan Luaran Intervensi Keperawatan
Resiko infeksi berhubungan Setelah dilakukan tindakan Kontrol Infeksi
dengan kerusakan integritas kulit keperawatan selama 3x24 jam, 1.Lakukan cuci tangan sebelum dan
Dibuktikan dengan : diharapkan pasien pasien tidak sesudah kontak / merawat pasien
DS : terinfeksi dengan : dengan menggunakan antiseptic
Kriteria hasil: 2.Monitor adanya tanda dan gejala
DO : Pasien bebas dari tanda dan gejala infkesi sitemik dan local
-Luka post op ORIF di daerah infeksi [Rubor (Kemerahan), Dolor 3.Monitor hitung mutlak White
ektremitas bawah kanan (Nyeri), Kalor (Panas), Tumor Blood Cell (WBC)
REN (Pembengkakan), Fungsio laesa 4.Anjurkan asupan cairan dengan
CAN (Perubahan fungsi jaringan)]. tepat.
A 5.Anjurkan untuk istirahat.
KEP 6.Rawat Luka sesuai instruksi
ERA 7.Jaga kebersihan luka
8.Kolaborasi pemberian antibiotik
WAT
AN
1.    
selasa16-02-2021
1.Mengidentifikasi lokasi, karakterisitik, durasi, frekuensi, kualitas dan
S : Pasien mengatakan masih nyeri pada daerah kaki kanan
14.15 intensitas nyeri.
post operasi,
  Hasil :
O : Skala nyeri 5 (sedang).
P : Saat bergerak
  Tanda – tanda vital :
Q : Tertusuk-tusuk
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
  R : Tungkai Kanan
Suhu : 36.8oC
S : 5 (Sedang)
  Nadi : 90 x/menit
T : Hilang timbul
14.25 2.Menggunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengetahui Pernapasan : 16 x/menit
pengalaman nyeri
  A : Masalah nyeri akut belum teratasi
IMPL Hasil : Nyeri yang dirasakan pasien berada di skala sedang yaitu 5
EME  12.30 NRS P : Lanjutkan intervensi
NTA 3.Melakukan pemeriksaan vital sign
SI&E   1. Idenifikasi lokasi, karakterisitik, durasi, frekuensi,
Hasil :
VAL kualitas dan intensitas nyeri.
  Tekanan Darah : 110/80 mmHg
UASI 2. Gunakan strategi komunikasi terapeutik
Suhu : 36.8oC
  3. Monitor tanda-tanda vital
Nadi : 90 x/menit
4. Berikan posisi yang nyaman
 
Pernapasan : 16 x/menit 5. Anjurkan teknik non farmakologis: teknik relaksasi napas
  14.30 dalam.
4.Memberi posisi yang nyaman
6. Pemberian medikasi/terapi farmakologis
  14.35 Hasil : Posisi yang diberikan semi fowler
 
5.Mengajarkan teknik manajmen nyeri
   
Hasil: Pasien diajarkan teknik relaksasi napas dalam dengan cara
 
 19.00 menarik napas lewat hidung dan hembuskan perlaha-lahan lewat mulut
6.Penatalaksanaan pemberian obat analgetik
Hasil : Nyeri berkurang dengan pemberian obat keterolak 30 mg/8
selasa 16-02-2021    
1. Memposisikan pasien semi fowler
15.00 S : Keluarga pasien mengatakan aktivitasnya masih
Hasil : Mencegah terjadinya dyspnea
dibantu
 16.30 2. Mengobsevasi tanda-tanda vital
Hasil : O : Pasien nampak berbaring lemah di tempat tidur
 
2. Tekanan Darah : 110/80 mmHg
A : Masalah Gangguan mobilitas fisik belum teratasi
  3. Suhu : 36.8oC
4. Nadi : 90 x/menit P : Lanjutkan intervensi
 
4.Pernapasan : 16 x/menit 1. Posisikan pasien semi fowler
 
2. Observasi tanda-tanda vital
IMPL 3. Membantu pasien dalam melakukan miring kanan dan miring
 15.10 3. Bantu pasien dalam melakukan miring kanan dan
EME kiri
miring kiri
NTA   Hasil : Mencegah terjadinya luka decubitus akibat tekanan
4. Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan
SI&E yang terlalu lama
VAL  
4. Membantu pasien dalam memenuhi kebutuhan
UASI
15.20 Hasil : Semua kebutuhan pasien dibantu oleh keluarga dan
perawat
 

 
Selasa,16-02-2021    
1.Melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah kontak / merawat
I 10.00 S : ­-
pasien dengan menggunakan antiseptic
M
  Hasil : Untuk mencegah penularan bakteri O : Terdapat luka post operasi pada kaki kanan
P 2.Memonitor adanya tanda dan gejala infkesi sitemik dan local
L   10.20
Hasil : Tidak terdapat tanda dan gejala infeksi
A : Resiko infeksi

E  10.25 3.Memonitor hitung mutlak White Blood Cell (WBC) P : Lanjutkan intervensi
M Hasil : WBC 13.61x 10 3/ uL
E   10.30
4.Melakukan perawatan Luka sesuai instruksi
1. Lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah
kontak / merawat pasien dengan menggunakan
N   Hasil : Agar luka cepat sembuh
antiseptic
T 10.35
5.Menjaga kebersihan luka
2. Monitor adanya tanda dan gejala infkesi
A Hasil : Agar tidak terjadi infeksi
sitemik dan local
S 11.00 6.Melakukan pemberian antibiotik
3. Monitor hitung mutlak White Blood Cell
I Hasil : pemberian ceftriaxone 1gr/12jam /IV
(WBC)
& 4. Rawat Luka sesuai instruksi
E 5. Jaga kebersihan luka
V 6. Kolaborasi pemberian antibiotik
A
L
U
A
S
I
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai