Anda di halaman 1dari 31

By:

Suriana, S.Kep.Ns
Pengertian MTBS
Adalah modul yang menjelaskan secara rinci cara
menerapkan proses keterpaduan pelayanan dalam
menangani balita sakit yang datang ke fasilitas rawat
jalan.
Ad/ Pendekatan keterpaduan dalam tatalaksana balita
sakit yang datang berobat ke :
fasilitas rawat jalan pelayanan kesehatan dasar ,
meliputi
upaya kuratif : penyakit pneumonia, diare, campak,
malaria, infeksi telinga, malnutrisi
upaya promotif dan preventif :
 imunisasi, pemberian vitamin A dan
konseling pemberian makan
Tujuan MTBS
Untuk menurunkan angka kematian
bayi dan anak balita serta menekan
morbiditas karena penyakit :
pneumonia,
diare,
campak,
malaria,
 infeksi telinga,
 malnutrisi
Di Indonesia, angka kematian bayi (AKB)
50/1000 kelahiran hidup, dan
angka kematian anak balita (AKABA)
64/1000 kelahiran hidup (Surkesnas, 2001)
MTBS mulai diperkenalkan di Indonesia oleh WHO
pada tahun 1996
Proses manajemen kasus disusun dalam beberapa
langkah sebagai berikut :
 1. Menilai anak usia 2-5 bulan atau bayi muda usia 1
minggu sampai 2 bulan dan melakukan anamnesis
dan pemeriksaan fisik.
 2. Membuat klasifikasi kategori untuk melaksanakan
tindakan.
 3. Mengobati dengan memberikan resep, cara memberi
obat dan tindakan lain yang perlu dilakuakn.
 4. Memberi konseling bagi ibu.
 5. Memberi pelayanan tidak lanjut.
Klasifikasi Manajemen Terpadu Balita Sakit
Umur 1 hari- 2 bulan
Penilaian Tanda dan Gejala

Pertama : menilai adanya kejang


Kedua : tanda / gejala gangguan nafas seperti
(henti nafas > 20 detik)
Ketiga : tanda /gejala hipotermia (suhu tubuh↓)
Keempat : tanda /gejala kemungkinan infeksi

bakteri seperti mengantuk atau letargi /tidak sadar


 Kelima : tanda /gejala ikterus
 Keenam : tanda/gejala gangguan saluran cerna

seperti muntah segera setelah minum


Ketujuh : tanda/gejala diare
Kedelapan: tanda/gejala kemungkinan BB ↓ dan

masalah pemberian ASI


Penentuan Klasifikasi dan Tingkat Kegawatan
Umur 1 hari- 2 bulan
Klasifikasi kejang.
 Apabila ditemukan :
tanda tremor yang disertai adanya penurunan
kesadaran,
terjadi gerakan yang tidak terkendali pada mulut, mata
atau anggota gerak lain, mulut mencucu dan
sebagainya.
Penentuan Klasifikasi dan Tingkat Kegawatan
Umur 1 hari- 2 bulan

Klasifikasi gangguan nafas.

Apabila ditemukan adanya

henti nafas (apnea) lebih dari 20 detik,

nafas cepat ≥ 60 kali per menit,

nafas lambat ≤ 30 kali per menit,

 tampak sianosis,

adanya tarikan dada sangat kuat.


Penentuan Klasifikasi dan Tingkat Kegawatan
Umur 1 hari- 2 bulan

Klasifikasi hipotermia. 

Sedang: Apabila ditemukan suhu tubuh pada bayi

± 36-36,4 ⁰C, kaki /tangan teraba dingin disertai


adanya gerakan pada bayi yang kurang normal.
Hipotermia berat: suhu tubuh < 36 ⁰C
Penentuan Klasifikasi dan Tingkat Kegawatan
Umur 1 hari- 2 bulan

Klasifikasi kemungkinan infeksi bakteri.

 Pertama infeksi bakteri sistemik:

 apabila ditemukan anak selalu mengantuk/letargis

atau tidak sadar, kejang, terdapat gangguan nafas.

Kedua infeksi lokal berat bila

ditemukan nanah pada daerah mata , keluar dari

telinga, tali pusar (umbilicus ) terjadi kemerahan.


Penentuan Klasifikasi dan Tingkat Kegawatan
Umur 1 hari- 2 bulan

Klasifikasi kemungkinan infeksi bakteri.

Ketiga infeksi bakteri lokal bila

ditemukan adanya nanah yang keluar dari mata akan

tetapi jumlahnya masih sedikit, bau busuk, terjadi


kerusakan kulit yang sedikit, tali pusat atau umbilicus
tampak kemerahan.
Penentuan Klasifikasi dan Tingkat Kegawatan
Umur 1 hari- 2 bulan

Klasifikasi ikterus. 

Pada ikterus patologi bila ditemukan adanya kuning

pada hari kedua setelah lahir.


 Pada ikterus fisiologis dapat terjadi bila terjadi

kuning pada umur 3 hari sampai 14 hari.


Penentuan Klasifikasi dan Tingkat Kegawatan
Umur 1 hari- 2 bulan

Klasifikasi gangguan cerna.

bila dijumpai tanda;

muntah segera setelah minum, atau berulang,

muntah berwarna hijau,

gelisah, rewel dan

perut bayi kembung.


Penentuan Klasifikasi dan Tingkat Kegawatan
Umur 1 hari- 2 bulan
Klasifikasi diare.
Diare dehidrasi berat, tanda :
mengantuk atau tidak sadar,
mata cekung serta turgor jelek.
Diare dehidrasi sedang tanda :
gelisah atau rewel,
mata cekuung serta turgor kulit jelek.
Diare tanpa dehidrasi bila hanya ada salah satu tanda
dehidrasi berat atau ringan.
Penentuan Klasifikasi dan Tingkat Kegawatan
Umur 1 hari- 2 bulan

Klasifikasi BB rendah atau masalah pemberian ASI. Jika

ditemukan tanda :
Bayi sangat kecil,

BB < 200 gram

Umur < 28 hari,

tidak bisa minum ASI,

tidak mampu menghisap ASI.


Klasifikasi Manajemen Terpadu Balita Sakit
Umur 2 bulan-5 Tahun

Penilaian I : keluhan batuk/sukar bernafas,


 tanda bahaya umum : tarikan dinding dada ke dalam,

stridor, nafas cepat.

Penilaian II, keluhan dan tanda adanya diare :

letargis, mata cekung, tidak bisa minum atau malas

makan, turgor jelek, gelisah, rewel, haus atau banyak


minu.
Penilaian III: tanda demam, disertai dengan

adanya kaku kuduk dan adanya infeksi lokal.


Penilaian IV : nyeri pada telinga, adanya

pembengkakkan.
Penilaian V: tanda status gizi : badan kelihatan

bertambah kurus, bengkak pada kedua kaki,


telapak tangan pucat dan sebagainya.
Penentuan klasifikasi dan Tingkat Kegawatan

Klasifikasi pneumonia. Berat, jika adanya tanda


bahaya umum, tarikan dinding dada ke dalam, adanya
stridor. Pneumonia jika ditemukan tanda frekuensi
nafas yang sangat cepat. Batuk bukan pneumonia, bila
tidak ada pneumonia dan hanya keluhan batuk.
Klasifikasi dehidrasi. Berat, bila ada tanda dan gejala
seperti letargis, mata cekung, turgor jelek seklai.
Ringan atau sedang dengan tanda gelisah, rewel, mata
cekung, haus, turgor jelek. Diare tanpa dehidrasi, bila
tidak cukup tanda adanya dehidrasi.
Klasifikasi diare persisten. Jika ditemukan diare sudah
lebih dari 14 hari dengan dikelompokkan menjadi dua
kategori persisten berat, jika adanya tanda dehidrasi
dan diare persisten bila tidak ditemukan tanda
dehidrasi.
Klasifikasi disentri. Bila diare disertai dengan darah
dalam tinja atau diarenya bercampur dengan darah.
Klasifikasi resiko malaria. Bila ditemukan bahaya
umum dan disertai dengan kaku kuduk.
Klasifikasi campak. Campak dengan komplikasi berat,
jika ditemukan adanya tanda bahaya umum, terjadi
kekeruhan pada kornea mata, adanya luka di daerah
mulut. Campak dengan komplikasi pada mata atau
mulut bila ditemukan tanda mata bernanah serta luka
dimulut dan ketiga klasifikasi campak bila hanya
tanda khas campak.
Klasifikasi demam berdarah dengue. Bila terjaid
demam yang kurang dari 7 hari.
Klasifikasi status gizi.  Gizi buruk dan atau anemia
berat, bila BB sangat kurus, adanya bengkak pada
kedua kaki serta pada telapak tangan ditemukan
kepucatan. Klasifikasi dibawah garis merah dan atau
anemia bila ditemukan tanda telapak tangan agak
pucat, BB menurut umur di bawah garis merah dan
ketiga, tidak bawah garis merah dan tidak anemia bila
tidak ada tanda di atas.
 
Konseling Dalam MTBS

Ad/ upaya pemberian bantuan dari seorang konselor


kepada klien
Bantuan : ad/ sebagai upaya membantu orang lain
agar ia mampu tumbuh ke arah yang dipilihnya
sendiri, mampu memecahkan masalah yang
dihadapinya dan mampu menghadapi krisis-krisis
yang dialami dalam kehidupannya
Tdk terlepas dari bimbingan
Konseling dalam Alur MTBS.

Materi meliputi :
 kepatuhan minum obat,

 cara minum obat,

 menasehati cara pemberian makanan sesuai umur,

 memberi nasehat kapan melakukan kunjungan ulang atau

kapan harus kembali segera.


Tujuan Konseling : agar pengantar atau ibu pasien

mengerti:
 penyakit yang diderita,

cara penanganan anak di rumah,

memperhatikan perkembangan penyakit anaknya

mengenali kapan harus segera membawa anaknya ke


petugas kesehatan
memperhatikan tumbuh kembang anak dengan cara

memberikan makanan sesuai umurnya


Semua pesan tersebut tercermin dalam Kartu Nasihat

Ibu (KNI) yang biasanya diberikan setelah ibu atau


pengantar balita sakit mendapatkan konseling.

Anda mungkin juga menyukai