Anda di halaman 1dari 10

1.

Bagaimana nilai tukar mempengaruhi aktivitas


perusahaan domestik dan internasional

Pergerakan dalam nilai tukar tertentu mempengaruhi banyak


aktivitas dari perusahaan domestik maupun internasional.
Untuk satu hal, nilai tukar mempengaruhi permintaan
untuk produk perusahaan dalam pasar global.
Ketika mata uang suatu negara lemah (nilainya relatif rendah
untuk mata uang lain), harga ekspornya di pasar dunia menurun
dan harga impornya meningkat. Harga yang semakin murah
membuat ekspor suatu negara lebih appealing dalam pasar
dunia. Mereka juga memberi perusahaan-perusahaan
kesempatan untuk mengambil keuntungan pasar dari
perusahaan-perusahaan yang produknya berharga tinggi dalam
perbandingan.
Lebih jauh, suatu perusahaan yang menjual di dalam suatu
negara dengan mata uang yang kuat (seseorang yang nilainya
relatif tinggi untuk mata uang lainnya), sementara pembayaran
pekerja dalam suatu negara dengan mata uang yang lemah
meningkatkan keuntungannya.
Contohnya :
Dell Computer membuat hampir semua produknya di Penang,
Malaysia dan harga apapun yang diekspornya adalah dalam
dolar. Tetapi pada saat yang sama Dell membayar pekerja
Malaysianya dan suppliernya dengan mata uang lokal, yaitu
Ringgit. Pada akhir 1990-ah, mata uang Malaysia kehilangan
sejumlah besar nilainya. Hasil untuk Dell yang revenue telah
digenerasikan dalam mata uang yang kuat, yang nilanya
meningkat dengan stabil, sementara ekspansinya dibayar dalam
mata uang yang lemah, yang nilainya terus jatuh.
Pada sisi bawah, perusahaan yang keuntungan harganya
seperti itu mungkin mengembangkan complacement mengenai
penurunan harga produksi. Lebih jauh, jika manajer
memandang keuntungan harga sementara disebabkan oleh
nilai tukar sebagai berdaya saiang permanen, dan jangka
panjang bisa di impaired.
2. Faktor-faktor yang membantu menentukan nilai
tukar dan dampaknya terhadap bisnis

Faktor-faktor yang penentu nilai tukar :


1. Inflasi
Biasanya, negara-negara dengan inflasi rendah akan melihat
nilai tukar mereka terapresiasi. Sebaliknya, negara-negara
dengan inflasi tinggi akan melihat mata uang mereka
terdepresiasi karena produk mereka kurang kompetitif.
2. Suku bunga
Tingkat bunga domestik yang tinggi relatif terhadap pasar
keuangan internasional meningkatkan aliran masuk modal,
terutama ke pasar surat utang. Sebaliknya, suku bunga yang
lebih rendah cenderung menyebabkan nilai tukar terdepresiasi.
3. Neraca perdagangan
Jika ekspor melebihi impor (surplus perdagangan), permintaan
untuk mata uang domestik meningkat. Akibatnya mata uang
domestik terapresiasi. Sebaliknya, ketika ekonomi domestik
mengalami defisit perdagangan (impor melebihi ekspor) nilai tukar
akan cenderung terdepresiasi.
4. Utang pemerintah
Ketika nilai utang pemerintah tinggi, ini meningkatkan resiko gagal
bayar. Semakin tinggi resiko gagal bayar, semakin besar
kemungkinan modal asing akan meninggalkan negara tersebut. Jika
mengarah ke pelarian modal, ini dapat menyebabkan depresiasi
tajam mata uang negara.
5. Spekulasi
Selain menyebabkan kurs mata uang menjadi fluktuatif, kegiatan
spekulatif juga memperkuat dampak pelarian modal dari suatu
negara.
6. Risiko politik
Politik yang stabil menjaga iklim investasi, terutama dalam
hal kebijakan ekonomi yang diambil. Dengan iklim investasi
yang sehat, investor menjadi lebih percaya diri untuk
menginvestasikan modalnya. Sebaliknya, gejolak politik
dapat merusak kepercayaan investor dan dapat menyebabkan
pelarian modal dalam jumlah besar.
7. Pertumbuhan ekonomi
Kinerja ekonomi yang sehat menawarkan peluang untuk
pengembalian yang lebih besar dan mendorong investor asing
menanamkan modalnya. Aliran modal positif mendorong
apresiasi nilai mata uang negara tersebut.
Dampaknya terhadap bisnis :
Pengaruhnya sangat besar terhadap impor dan ekspor yang
dilakukan para industri di Indonesia, neraca perdagangan dan
nilai tukar berjalan beriringan dimana perubahan pada nilai
tukar akan menyebabkan perubahan pada neraca perdagangan,
dan sebaliknya perubahan neraca perdagangan akan berakibat
pada naik atau turunnya nilai tukar suatu Negara. Dampak
terjadinya apresiasi nilai tukar mata uang negara eksportir
yang menyebabkan harga pokok negara tersebut menjadi lebih
tinngi. Peningkatan harga tersebut menyebabkan menurunnya
permintaan ekspor dikarenakan pasar dunia mengharapkan
harga yang rendah.Pihak industri di Indonesia perlu
mengimpor barang yang dibutuhkannya karena tidak semua
kebutuhannya terpenuhi di Indonesia, mereka memerlukan
bahan baku lain untuk memenuhi kebutuhan produksinya.
Jikalau terjadi penurunannya nilai rupiah, sektor
industripun akan mengalami defisit dalam keuangannya, maka
yang diingkan para industri di Indonesia adalah kestabilan
terhadap Nilai Tukar Rupiah karena para industri tidak ingin
adanya defisit dalam keuangannya.
3. Metode primer dari peramalan nilai tukar

1. Peramalan Teknis
Peramalan teknis ( technical forecasting ) mencakup
penggunaan data kurs hitoris untuk memprediksi nilai di masa
depan. Perusahaan cenderung menggunakan ramalan teknis
secara terbatas karena peramalan ini hanya berlaku dalam
jangka waktu dekat, yang tidak terlalu membantu dalam
pembuatan kebijakan perusahaan.
2. Peramalan Fundamental
Peramalan fundamental ( fundamental forecasting )
dilakukan berdasarkan hubungan fundamental antara
variabel – variable ekonomi dengan kurs.
3. Peramalan Berbasis Pasar
Proses membuat peramalan dari indicator pasar, yang dikenal
dengan peramalan berbasis pasar ( market based
forecasting ), dikembangkan berdasarkan ( 1 ) kurs spot dan
( 2 ) kurs forward.
4. Peramalan Campuran
Karena tidak ada satupun teknik peramalan yang terbukti
unggul secara konsisten dibandingkan teknik lain, beberapa
MNC lebih suka menggunakan kombinasi teknik peramalan.
Metode ini dinamakan peramalan campuran ( mixed
forecasting ). Berbagai peramalan atas nilai mata uang
tertentu dibuat berdasarkan beberapa teknik peramalan.

Anda mungkin juga menyukai