Anda di halaman 1dari 18

Kewenangan Pertanahan

Dalam Konteks Otonomi


Daerah

Kelompok 11
Kewenangan Pemerintah Daerah di Bidang Pertanahan

Berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat (4) UUPA, tidak ada suatu keharusan atau kewajiban bagi
Pemerintah Pusat untuk melimpahkan kewenangan atas tanah kepada Pemerintah Daerah. Kalau pun ada
pelimpahan kewenangan di bidang pertanahan oleh Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah sifatnya
sekedar diperlukan. Pelimpahan kewenangan itu pun tidak boleh bertentangan dengan kepentingan nasional
dan akan diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Ketentuan mengenai desentralisasi atau pelimpahan wewenang di bidang pertanahan sebagaimana


diatur dalam Undang-Undang tentang Pemerintah Daerah, yang menyatakan bahwa yang dilimpahkan
kepada Daerah bukanlah urusan di bidang pertanahan, tetapi hanya terkait dengan pelayanan pertanahan. Itu
artinya pemegang kebijakan dan pembuat regulasi di bidang pertanahan tetap dijalankan oleh Pemerintah
Pusat, sementara Pemerintah Daerah hanya sebatas menjalankan kebijakan dan melaksanakan produk hukum
di bidang pertanahan yang telah diterbitkan oleh Pemerintah Pusat.

2
Bahwa wewenang yang dipunyai oleh Pemerintah Daerah di bidang
pertanahan hanya sebatas yang bersifat lokalitas, dan tidak bersifat
nasional. Karena pemberian otonomi kepada daerah sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tersebut adalah berada dalam
bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia, dengan demikian kebebasan
untuk mengatur dan mengurus bidang pertanahan akan tetap dilaksanakan
dalam rangka kebijakan dasar dan pokok-pokok ketentuan hukum
pertanahan yang berlaku secara nasional.

3
Dalam Undang-undang No. 22 Tahun 1999 ditetapkan bahwa
otonomi daerah mengubah kebijakan kewenangan pengurusan bidang
pertanahan, yang sebelumnya bersifat sentralistik diubah menjadi
desentralistik.

Kemudian Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 dinyatakan tidak


berlaku lagi dan digantikan Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah. Dalam Pasal 13 dan Pasal 14 UU No. 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah ditegaskan bahwa salah satu urusan
wajib yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah Provinsi dan
Pemerintah Kabupaten/Kota meliputi pelayanan pertanahan

4
Dengan demikian, urusan pelayanan pertanahan yang
berkaitan dengan kegiatan pendaftaran tanah tetap diselenggarakan
oleh Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia, yang
dalam pelaksanaanya dilaksanakan oleh Kepala Kantor Pertanahan
Kabupaten/Kota.

5
Keputusan Presiden No. 34 Tahun 2003 menetapkan 9 (sembilan) kewenangan
Pemerintah di bidang pertanahan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota.

 Pemberian izin lokasi;  Penetapan subyek dan obyek


 Penyelenggaraan pengadaan redistribusi tanah, serta ganti
tanah untuk kepentingan kerugian tanah kelebihan
pembangunan maksimum dan tanah absentee;
 Penyelesaian sengketa tanah  Penetapan dan penyelesaian
garapan; masalah tanah ulayat;
 Penyelesaian masalah ganti  Pemanfaatan dan penyelesaian
kerugian dan santunan tanah masalah tanah kosong;
untuk pembangunan;  Pemberian izin membuka tanah;
dan
 Perencanaan penggunaan tanah
wilayah kabupaten/kota.

6
 Izin Lokasi  Sengketa tanah Garapan
- Pusat: pemberian izin lokasi lintas daerah provinsi - Pusat: penyelesaian sengketa tanah Garapan lintas
- Provinsi: pemberian izin lokasi lintas daerah daerah provinsi.
kabupaten/kota dalam daerah provinsi - Privinsi: penyelesaian sengketa tanah Garapan lintas
- Kab/Kota: pemberian izin lokasi lintas dalam 1 daerah kab/kota dalam 1 daerah provinsi.
kabupaten/kota - Kab/Kota: penyelesaian sengketa tanah Garapan
dalam daerah kab/kota.
 Pengadaan tanah untuk kepentingan umum
- Pusat: pelaksanaan pengadaan tanah utk  Ganti kerugian dan santunan tanah untuk
kepentingan umum. pembangunan
- Provinsi: penetapan lokasi pengadaan tanah utk - Pusat: penyelesaian masalah ganti kerugian dan
kepentingan umum provinsi. santunan tanah untuk pembangunan oleh pemerintah
- Kab/Kota: - pusat
- Provinsi: : penyelesaian masalah ganti kerugian dan
santunan tanah untuk pembangunan oleh pemerintah
provinsi.
- Kab/Kota: penyelesaian masalah ganti kerugian dan
santunan tanah untuk pembangunan oleh pemerintah
kab/kota.

7
 Tanah ulayat
 Subyek dan obyek redistribusi tanah, serta ganti - Pusat: -
kerugian tanah maksimum dan tanah absantee - Provinsi: penetapan tanah ulayat yang lokasinya
- Pusat: penetapan subyek dan obyek redistribusi lintas daerah kabupaten/kota dalam 1 daerah
tanah, serta ganti kerugian tanah maksimum dan provinsi.
tanah absentee lintas daerah provinsi. - Kab/Kota: penetapan tanah ulayat yang lokasinya
- Provinsi: penetapan subyek dan obyek redistribusi lintas daerah kabupaten/kota.
tanah, serta ganti kerugian tanah maksimum dan
tanah absentee lintas daerah kab/kota dalam 1  Tanah kosong
daerah provinsi. - Pusat: -
- Kab/Kota penetapan subyek dan obyek redistribusi - Provinsi: penyelesaian masalah tanah kosong lintas
tanah, serta ganti kerugian tanah maksimum dan daerah kab/kota dalam 1 daerah provinsi.
tanah absentee lintas daerah kab/kota. - Kab/Kota: penyelesaian masalah tanah kosong
dalam daerah kab/kota; dan invetarisasi dan
pemanfaatan tanah kosong dalam daerah kab/kota.

8
 Izin membuka lahan
- Pusat: -
- Provinsi: -
- Kab/Kota: penerbitan izin membuka tanah.

 Penggunaan tanah
- Pusat: perencanaan penggunaan tanah yang
hamparannya lintas daerah provinsi
- Provinsi: perencanaan penggunaan tanah yang
hamparannya lintas daerah kab/kota dalam 1 daerah
provinsi.
- Kab/Kota: perencanaan penggunaan tanah yang
hamparannya dalam daerah kab/kota .

9
Sifat Kewenangan Pemerintah
Kabupaten/Kota di Bidang
Pertanahan
● mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan, dan
pemeliharaan bumi, air, dan ruang angkasa;
● Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang
dengan bumi, air, dan ruang angkasa;
● Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang
dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air, dan ruang
angkasa.

11
Kewenangan Dinas Pertanahan Kabupaten/Kota

Penyelenggaraan tata guna tanah dan Penyelenggaraa pengaturan dan


Penyelenggaraan pengaturan dan
tata ruang. pengurusan hak-hak atas tanah
penguasaan tanah

Penyelenggaraan pengukuran dan Penyelenggaraan administrasi Penanganan penyelesaian masalah


pendaftaran tanah pertanahan dan sengketa pertanahan serta
peningkatan partisipasi masyarakat.

Penetapan kerangka dasar kadastral


daerah dan pelaksanaan
pengukuran kerangka dasar
kadastral daerah

12
KESIMPULAN
● Ada urusan pertanahan yang didesentralisasikan
oleh Pemerintah kepada Pemeringtah
Kabupaten/Kota, yaitu meliputi pemberian izin
lokasi, penyelenggaraan pengadaan tanah untuk Kewenangan di bidang pertanahan merupakan
kepentingan pembangunan, penyelesaian wewenang Pemerintah Pusat.
Wewenang tersebut diselenggarakan oleh Kepala
sengketa tanah garapan, penyelesaian masalah
Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia,
ganti kerugian dan santunan tanah untuk dalam pelaksanaannya dilakukan Kepala Kantor
pembangunan, penetapan subyek dan obyek Pertanahan Kabupaten/Kota, yang merupakan tugas
redistribusi tanah, serta ganti kerugian tanah pembantuan atau medebewind.
kelebihan maksimum dan tanah absentee,
penetepan dan penyelesaian masalah tanah
ulayat, pemanfaatan dan penyelesaian masalah
tanah kosong, pemberian izin membuka tanah,
perencanaan penggunaan tanah wilayah
kabupaten/kota.

13
SESI DISKUSI

1. m. isyraqi aufar s
Terkait dengan Kepres No. 34/2003 tentang Kewenangan Pemerintah Pemerintah di bidang pertanahan yang dilaksanakan oleh
Pemerintah Kabupaten/Kota, mengenai penyelesaian masalah ganti kerugian dan santunan tanah untuk pembangunan. Seperti kasus
pembebasan tanah di Tuban, siapa yang menjadi ujung tombak dalam penyelesaian masalah tersebut?
Jawab:
Kasus yang terjadi di Tuban adalah sengketa tanah antara Pertamina dengan masyarakat setempat yang tidak mau menyerahkan
tanahnya untuk dijadikan sebagai lahan kilang minyak. Dimana tujuan dari pembangunan ini adalah untuk kepentingan umum dan
bersifat nasional. Didasarkan pada UU Nomor 2 tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah bagi Kepentingan Umum yang di dalamnya
mencakup pembebasan tanah, yang dimana Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah menjamin tersedianya tanah untuk
pembangunan demi kepentingan umum. Dalam proses pengadaannya, semua pemangku dan pengampu kepentingan harus ikut
terlibat. Jadi, yg menjadi ujung tombaknya disini tidak ditekankan kepada satu pihak saja, namun semua pihak karena merupakan
pembangunan untuk kepentingan umum, bukan untuk keuntunngan beberapa pihak saja. Dan apabila dalam prosesnya terjadi
kendala dan diwajibkan melakukan ganti kerugian tanah, maka pihak yang menguasai atau memiliki objek pengadaan tanah lah yang
bertanggung jawab(Pertamina). Dan proses ganti kerugian harus diadakan secara layak dan adil. Seperti yang kita ketahui, kasus
sengketa di Tuban berujung damai, setelah Pertamina melaksanakan 14 ganti kerugian berupa uang kepada masyarakatnya.
SESI DISKUSI

2. RARA JUNIAR VARINA


Mengapa tidak ada aturan Pusat/Provinsi tentang izin membuka lahan?
Jawab: Karena untuk memudahkan pihak yang ingin membuka lahan dalam memperoleh izin pembukaan lahan. Apabila masalah
pelayanan pertanahan masih menjadi tugas dari pemerintah pusat/provinsi, tentunya akan menyulitkan beberpa pihak yang hendak
membuka lahan. Untuk itulah mengapa pemerintah pusat melimpahkan kewenangan pelayanan pertanahan kepada pemerintah
Kab/Kota dimana, kewenangan ini dilaksanakan oleh Kantor Kepala Pertanahan Kabupaten/Kota.

15
SESI DISKUSI
3. AZQY SAPUTRA
Hukum pertanahan yang berada di berbagai daerah di belahan dunia ada yang bertentangan dgn hukum adat, sdgkan di indonesia
tidak bisa dihilangkan yang namanya tentang hukum adat. bagaimana cara pemda menanggapi hal tersebut. Jadi, langkah apa yang
harus dilakukan Pemda dalam menghadapi trouble tsb?
Jawab:
Hal yg dilakukan Pemda sesuai yg sudah dibuat UU Pertanahan berdasarkan Hukum Adat sebagai negara bangsa maka akan didapat
beberapa layer kepemilikan tanah dimana layer
Layer 1. Hak Milik Bangsa Indonesia,
Layer 2. Hak Milik bersama masyarakat adat, Hak Milik Perorangan (WNI), Hak Milik Pemerintah (diperoleh dari ganti rugi) dan
sisanya Hak Milik Bangsa dalam penguasaan Negara yang disebut dengan Tanah Negara (dikelola Pemerintah),
Layer 3. Hak Pakai Badan Hukum, Perorangan, Pemerintah diatas Hak Milik WNI, Hak Milik Bersama masyarakat adat, Pemerintah
atau Tanah Negara dengan perjanjian sewa dalam waktu yang lama maupun bagi hasil sesuai penggunaan dan pemanfaatan tanahnya.
Namun apabila penerima HaK Pakai (dengan akte kontrak sewa) menterlantarkan tanahnya maka dengan sendirinya tanah tersebut
kembali pada pemilik layer dibawahnya dan kontrak berakhir secara hukum. Dengan cara demikian mencegah terjadinya tanah
terlantar dan spekulasi tanah oleh mafia tanah serta kepemilikan tanah rakyat (WNI) akan terproteksi dalam era globalisasi. jadi
otomatis hukum adat harus mengikuti pembagian sesuai layer yg 16 diberikan oleh pemda.
17
Team Presentation

Khairuman Riswanda Kristina Hutagaol


29.1175 29.0133

18

Anda mungkin juga menyukai