Anda di halaman 1dari 37

DERMATOT

ERAPI
Preseptor: dr. Hendra Gunawan, SpKK(K)., Ph.D

Presentan:
Deslita Savitri Ramadhiani - 130112200669
Della Ayu Amirah - 130112200563
Shuffi Galuh Aditiyanti - 130112200705
DERMATOTERAPI
Merupakan pengobatan untuk penyakit kulit
Jenis terapi:

Medikamentosa Bedah Kulit Penyinaran Psikoterapi

● Topikal ● Bedah scalpel ● Radioterapi ● Neurodermatitis


● Sistemik ● Bedah listrik ● Sinar UV (kombinasi
● Bedah kimia ● Sinar laser dengan
(chemo) medikamentosa)
● Bedah beku
(cryo)
DERMATOT
ERAPI
TOPIKAL
PRINSIP DERMATOTERAPI
TUJUAN
1. Mengembalikan keadaan kulit yang sakit ke keadaan fisiologis (homeostasis), dengan cara:
● Mengeringkan
● Membasahi (hidrasi)
● Melembutkan
● Lubrikasi
● Mendinginkan
● Memanaskan
● Melindungi (proteksi) dari lingkungan luar

1. Menghilangkan gejala yang mengganggu (gatal, panas, nyeri, dll.)


PRINSIP PEMILIHAN
● Daerah tubuh yang memerlukan pengobatan

● Keadaan kulit yang terlibat

● Konsentrasi obat

● Jangka waktu yang diperlukan untuk terapi

● Kepatuhan pasien
ABSORPSI OBAT
TOPIKAL
Melalui 3 kompartemen
- Permukaan kulit
- Stratum corneum
- Jaringan sekitar dan pembuluh darah
Stratum Corneum

Difusi melalui epidermis

Papilla Dermis

Vaskular
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
ABSORPSI
Stratum Korneum
Oklusi
Frekuensi aplikasi
Jumlah aplikasi
Faktor lainnya
1. STRATUM KORNEUM
● Ketebalannya bervariasi, oleh sebab itu absorpsi obat topikal
juga bervariasi.
● Proses absorpsinya melalui 2 rute:
○ transepidermal
○ transappendageal (lewat folikel rambut, kelenjar ekrin,
dan sebaseus)
● Alkohol, solvents, surfactant bisa mendenaturasi SC 🡪
meningkatkan penetrasi
2. OKLUSI
● Oklusi dengan penutup yang ketat dan kedap udara atau
dengan salep → meningkatkan hidrasi serta membatasi obat
tercuci atau tergesek → meningkatkan penetrasi
● Oklusi → mempercepat onset dan meningkatkan efektivitas
obat
● Karena efektivitasnya tinggi, maka tingkat efek samping dan
toksisitasnya juga tinggi.
● Oklusi juga berisiko menyebabkan infeksi, folikulitis, dan
miliaria.
● Contoh oklusi = dressing airtight (balutan kedap udara),
penggunaan salep berminyak, penggunaan obat dalam dressing
(tape)
3. FREKUENSI

PEMAKAIAN
Pengaruhnya kecil dalam meningkatkan efektivitas obat
● Tidak semua obat harus diaplikasikan sesering mungkin.
● Obat yang poten biasanya tidak perlu sering-sering diaplikasikan.
4. JUMLAH PEMAKAIAN
● Jumlah obat yang dipakai cukup untuk melingkupi area yang
terkena 1 FTU = 0.5 gr = 2 % BSA
● Terlalu banyak → terasa tidak nyaman (lengket, berminyak)
→ pasien tidak patuh memakai
● Edukasi pada pasien untuk mengaplikasikan obat dalam
jumlah yang cukup
● Untuk menentukan jumlah pemakaian, dapat menggunakan
konsep Fingertip Unit (FTU).
5. FAKTOR LAINNYA
● Menggesekkan (spt menggaruk, dll) obat terlalu sering atau memijatkan obat ke kulit
○ Meningkatkan surface area
○ Meningkatkan supply darah local ke daerah tersebut → meningkatkan absorpsi sistemik
○ Efek eksfoliatif → meningkatkan penetrasi obat
● Adanya folikel rambut pada daerah yang diobati → memiliki barrier yang lebih sedikit → meningkatkan
efikasi obat
● Memperkecil ukuran partikel zat aktif → surface area zat meningkat → meningkatkan absorpsi
VEHICULUM
(BAHAN
DASAR)
VEHIKULUM (BAHAN
- DASAR)
Vehikulum : zat inaktif/ inert yang digunakan
dalam sediaan topikal sebagai pembawa
obat/ zat aktif agar dapat berkontak dengan
kulit

1. Monofasik
terdiri dari cairan, salep, bedak

2. Bifasik (campuran 2 bahan dasar)


a. bedak kocok (lotion): cairan + bedak
b. krim: cairan + salep
c. pasta salep + bedak

3. Trifasik (campuran 3 bahan dasar)


Linimen (pasta pendingin): cairan + bedak + Prinsip dermatoterapi topikal :
salep Kering -> kering
Basah -> basah
MONOFASI
K
CAIRAN
Terdiri atas: Fungsi Indikasi
1. Solusio : larutan dalam air
2. Tingtura: larutan dalam alkohol - Membersihkan
- Mengeringkan Lesi basah dan akut
Solusio terbagi menjadi: - Proteksi
1. Kompres - Menghangatkan
2. Rendam (bath) - Mendinginkan
3. Mandi (full bath) - Induksi epitelisasi
- Anti-pruritik
- Prinsip pengobatan cairan: membersihkan
kulit yang sakit dari debris dan sisa obat
topikal.
kontraindikasi
- Hasil akhir: keadaan yang basah jadi kering,
permukaan bersih, epitelialisasi, dan Lesi kering
menghilangkan gejala.
KOMPRES TERBUKA
Dasar
Penguapan cairan kompres disusul oleh absorpsi eksudat atau pus

Indikasi
Dermatitis eksudatif (dermatitis akut atau kronik eksaerbasi), infeksi kulit dengan eritema
yang mencolok dan ulkus kotor yang mengandung pus dan krusta

EFEK
- Kulit yang semula eksudatif menjadi kering
- Permukaan kulit dingin
- Vasokonstriksi
- Eritema berkurang

CARA
- Kain kasa (absorban, non iritan, tipis 3 lapis) dicelup ke cairan kompres →
diperas → dibalutkan → didiamkan
- 2x sehari selama 3 jam
- Bila kering dibasahkan lagi
KOMPRES TERTUTUP
SINONIM
Kompres Impermeabel
DASAR
Vasodilatasi, bukan untuk penguapan
INDIKASI
Pada kelainan yang dalam, misalnya limfogranuloma verenium
CARA
Digunakan pembalut tebal dan ditutup dengan bahan yang impermeabel
misalnya selofan atau plastik
SALEP
Definisi Indikasi
Bahan berlemak atau seperti lemak dan konsistensi
seperti mentega pada suhu ruangan. Bahan - Lesi kering, tebal atau kronik.
dasarnya biasanya vaselin, tetapi dapat pula lanolin - Lesi dalam dan kronik
atau minyak. - Lesi bersisik dan berkusta.

Fungsi :
1. Hidrasi
Kontraindikasi
2. Oklusi - Lesi basah
3. Protekif (tidak ada penguapan) - Lesi di area berambut (menyebabkan
4. Melicinkan pada bayi di area lipatan (lubrikasi) perlekatan dan tidak nyaman
5. Penetratif (meningkatkan penetrasi bahan)
6. Memanaskan (bila ditutup bahan impermeable
u/ lesi krusta/skuama tebal Aplikasi
- Diaplikasikan dengan tangan
- 1x sehari dengan cotton bud/kain
BEDAK
- Vehikulum solid berbentuk partikel amat kecil
- Bahan dasar : talkum venetum
- Dioleskan diatas kulit sehingga membuat lapisan tipis yang tidak melekat

A. Sifat
1. Mendinginkan
2. Melicinkan
3. Mengurangi pergeseran pada kulit yang berlipat
4. Proteksi mekanis
B. Indikasi
5. Lesi kering, lesi superficial, lesi vesikel/bula, area intertriginosa dan kaki.
6. Mempertahankan vesikel/bula agar tidak pecah (e.g. varisela dan herpes zoster)

C. Kontraindikasi
7. Lesi basah, tertuama eksudatif (pus + bedak → krusta)

D. Efek negatif
Caking/kering, terinhalasi, pengerasan kulit
BIFASIK
LOTION
- Disebut juga : bedak kocok
- Campuran bedak dan air ditambah gliserin

a. Sifat
1. Mendinginkan
2. Mengeringkan
3. Anti gatal

a. Indikasi
Lesi superfisial dan kering

b. Kontra indikasi
Lesi basah, daerah badan yang berambut

c. Efek negatif
Harus dikocok sebelum pakai
KRIM
- Disebut juga emulsi
- Kombinasi minyak/lemak dan air dengan emulgator

a. Sifat
Mendinginkan, emolien, penetrasi bahan aktif baik

b. Jenis
1. Water in Oil (W/O) → air merupakan fase dalam dan minyak merupakan fase luar (cold cream)
2. Oil in Water (O/W) → minyak merupakan fase dalam dan air merupakan fase luar (vanishing cream)

a. Indikasi
1. Dermatosis subakut & luas
2. Dermatosis berambut, lipatan kulit (O/W)
3. Dermatosis yang kering (W/O)
4. Obat-obat kosmetik

a. Kontraindikasi
Dermatosis yang masih produktif/basah
PASTA
- Campuran bedak dan salep
- Terdiri dari >=50% bedak dalam salep, dengan bedak yang tidak larut
- Lebih “kaku” konsistensinya

a. Sifat
Protektif, mengeringkan, lebih tidak berminyak dan tidak okulsif (dari salep), impermeable barrier

b. Indikasi
1. Lesi agak basah/lesi subakut

a. Kontraindikasi
1. Lesi produktif, eksudatif
2. Daerah berambut, genital, lipatan badan
TRIFASIK
PASTA PENDINGIN
- Linimen/Pasta pendingin (bedak + cairan + salep)

a. Sifat
astringent, counterirritant, antipruritus, emolien, analgesik

b. Indikasi
Dermatosis subakut

c. Kontraindikasi
1. Dermatosis madidans (basah)
2. Daerah berambut
PENGGUNAAN VEHIKULUM
BERDASARKAN LOKASI

Keterangan :
PEMILIHAN VEHIKULUM
BAHAN AKTIF
BAHAN AKTIF
- Merupakan faktor yang mempunyai khasiat tertentu untuk pengobatan
topical

- Penetrasi bahan aktif melalui kulit dipengaruhi oleh:


- Konsentrasi obat
- Kelarutannya dalam vehikulum
- Besar partikel
- Viskositas
- Efek vehikulum terharap kulit
BAHAN AKTIF
1. Glukokortikoid 10. Antiiflamasi

2. Retinoid 11. Antimikrobial

3. Antibiotik 12. Antiparasit

4. Antifungal 13. Antiperspiran

5. Antihistamin 14. Antipruritik

6. Agen sitotoksik & antimetabolik 15. Astringen

7. Antiviral 16. Agen bleaching

8. Imunomodulator & imunosupresan 17. Keratolitik

9. Analgesik 18. Terapi kutil


No Nama Konsentrasi Bentuk/Kegunaan Efek/Sifat

- Astringen
5% (Larutan
1 Aluminium asetat Diencerkan 1 : 10 - Antiseptik
Burowi)
ringan

Antiseptik untuk
2 Asam asetat 5% Kompres infeksi
Pseudomonas

- Astringen
3 Asam borat 3% Salep, krim, pasta - Antiseptik
lemah

5% (salep - Antiseptik
4 Asam benzoate Salep
Whitfield) - Fungisidal
No Nama Konsentrasi Bentuk/Kegunaan Efek/Sifat

- Rendah (1-2%)
- Antiseptik
- Tinggi (3-20%)
5 Asam salisilat Kompres (1%) - Antipruritik
- Sangat tinggi
- Antimikotik
(40%)

5% yang dicampur
Asam dengan garam
6 Salep atau krim Antimikotik
undeslianat seng (Zn
undecylenic) 20%

Tidak larut dalam air,


lebih larut dalam minyak
7 Benzokain ½-5% Anestesia
(1 : 35), dan lebih larut
lagi dalam alkohol
No Nama Konsentrasi Bentuk/Kegunaan Efek/Sifat
Emulsi dengan
Benzil - Scabisid
8 konsentrasi 20% Liquid
benzoate - Pedikulosid
atau 25%

Bedak/bedak kocok,
9 Camphora 1-2% Antipruritus
salep, krim
Bedak/bedak kocok,
10 Mentol ¼ - 2% Antipruritus
salep, krim

Tingtur untuk
Serbuk kuning, larut
11 Podofilin 25% kondiloma
dalam alcohol
akuminatum

Untuk dermatitis
Selenium
12 Sampo 1% Sampo seboroik & tinea
disulfid
versicolor
No Nama Konsentrasi Bentuk/Kegunaan Efek/Sifat

- Antiseboroik
- Anti-akne
Pasta, krim, salep, dan - Anti-scabies
13 Sulfur 4-20%
bedak kocok - Antibakteri gram
positif
- Anti jamur

- Antipruritus
- Anti radang
14 Ter 2-5% Salep - Antiekzem
- Antiakantosis
keratoplastik

Untuk iktiosis dan


15 Urea 10% Krim
xerosis kutis
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai