Anda di halaman 1dari 8

TATA CARA MEMBUAT EKSEPSI

DAN BANTAHAN POKOK


PERKARA
Oleh :
Heru Sugiyono, SH., MH.
 Pada dasarnya jawaban bukanlah suatu kewajiban
yang harus diberikan oleh Tergugat di dalam
persidangan. Melainkan adalah hak Tergugat untuk
membantah dalil-dalil yang Penggugat sampaikan di
surat gugatannya.
 Jawaban terhadap surat gugatan dibuat dengan
tertulis, sebagaimana yang diatur dalam Pasal 121
ayat (2) HIR yang berbunyi: “ketika memanggil yang
digugat, maka sejalan dengan itu hendak diserahkan
juga sehelai salinan surat tuntutan, dengan
memberitahukan kepadanya bahwa ia kalau mau
boleh menjawab tuntutan itu dengan surat”.
 Jawaban diberikan oleh Tergugat kepada
Majelis Hakim dan Penggugat pada sidang
pertama setelah gagalnya proses mediasi yang
difasilitasi oleh pengadilan. Namun apabila
Tergugat belum siap, maka Majelis Hakim
akan memberikan kesempatan lagi pada
sidang berikutnya untuk menyertakan jawaban
tersebut.
 Cara yang dianggap sesuai dengan tuntutan teknis peradilan,
dalam hal jawaban sekaligus berisi eksepsi dan bantahan
terhadap pokok perkara, yaitu:
a. Mendahulukan eksepsi pada bagian depan. Dalam jawaban
dibuat suatu judul “Dalam Eksepsi” yang ditempatkan pada
bagian depan mendahului uraian bantahan pokok perkara.
b. Menyusul kemudian, uraian bantahan pokok perkara
dengan judul “Dalam Pokok Perkara”.
Jika Tergugat mengajukan gugatan rekonpensi, bisa
diuraikan setelah Bantahan Pokok Perkara dengan judul
“Dalam Rekonpensi”
c. Bagian terakhir, berupa kesimpulan yang berisi pernyataan
singkat eksepsi dan bantahan pokok perkara.
 Eksepsi ditujukan kepada hal-hal yang
menyangkut syarat-syarat atau formalitas
gugatan, yaitu jika gugatan yang diajukan
mengandung cacat atau pelanggaran formil yang
mengakibatkan gugatan tidak sah yang
karenanya gugatan tidak dapat diterima.
 Bantahan dalam pokok perkara adalah bantahan
yang dilakukan oleh Tergugat yang menyinggung
mengenai pokok perkara atau pembuktian
mengenai benar atau tidaknya dalil yang diajukan
oleh Penggugat dalam surat gugatannya.
 Rekonvensi adalah gugatan yang diajukan Tergugat
sebagai gugatan balasan terhadap gugatan yang
diajukan Penggugat kepadanya, pada saat berlangsung
proses pemeriksaan gugatan yang diajukan Penggugat
(Pasal 132 a ayat (1) HIR).
 Sistem kumulasi rekonvensi dengan konvensi,
administrasi yustisial menegakkan asas berikut :
- Nomor register gugatan rekonvensi menumpang dan
menjadi satu dengan nomor register gugatan konvensi
- Biaya panjar perkara gugatan rekonvensi dianggap
dengan sendirinya menurut hukum telah melekat pada
panjar gugatan konvensi.
Formulasi Surat Jawaban
Formulasi Surat Jawaban meliputi :
 Judul

 Tempat dan Tanggal Surat Jawaban Dibuat

 Ditujukan kepada Ketua Majelis Hakim

 Identitas Tergugat

 Eksepsi (jika ada)

 Tanggapan terhadap Pokok Perkara

 Gugatan Rekonpensi (jika ada)

 Permohonan Tergugat

 Tanda Tangan

Anda mungkin juga menyukai