KONFLAKSI NIFAS
NIFAS (GANGGUAN
(GANGGUAN
TRAKTUS
TRAKTUS URINARIA
URINARIA PADA
PADA MASA
MASA
NIFAS)
NIFAS)
DOSEN
DOSEN PEMBIMBING
PEMBIMBING :: ZULLIATI,
ZULLIATI, M.Keb
M.Keb
KELOMPOK 5
AYU LESTARI : 11194442010232
RAHIMAH : 11194442010246
MELANIE PUTRIA : 11194442010242
HELPA : 11194442010239
URAIAN MATERI
1.Pengertian gangguan Tractus Urinaria
2.Contoh gangguan Tractus Urinaria
Retensio Urine
Inkontinesia urine
3.Infeksi saluran kemih
Pengertian Gangguan Traktusurinaria
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah melahirkan plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 (enam) minggu (Sarwono : 2006).
Pada masa ini merupakan masa yang cukup penting bagi tenaga kesehatan khususnya bidan untuk melakukan
pemantauan karena pelaksanaan yang kurang maksimal dapat menyebabkan ibu mengalami berbagai masalah, bahkan
berlanjut pada komplikasi nifas. Salah satunya akan dibahas pada makalah ini yakni gangguan pada traktus urinaria (sistem
perkemihan).
Gangguan traktus urinaria ini disebabkan oleh banyak hal yang nantinya akan dibahas dalam pembahasan selanjutnya.
Traktus urinaria sendiri merupakan sebutan lain dari sistem perkemihan yang di dalamnya termasuk ginjal, ureter, kandung
kemih, dan uretra.
Traktus urinaria atau yang bisa di sebut saluran perkemihan terdiri dari dua buah ginjal, dua buah ureter,satu buah kandung
kemih (vesika urinaria),dan satu buah urethra.
gangguan atau infeksi traktus urinaria merupakan suatu infeksi atau gangguan pada saluran kemih yang melibatkan
ginjal, ureter, buli-buli, ataupun uretra, infeksi saluran kemih (ISK) adalah istilah umum menunjukan keberadaan
mikroorganisme (MO) dalam urin(Sukandar, E :2004).
2.2 Contoh gangguan Traktus urinaria
A. Retensio Urine
B. Inkontinensia urine
C. Infeksi saluran kemih (ISK)
A. Retensio urine
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi yang terjadi akibat terbentuknya
koloni kuman di saluran kemih.
Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah
suatu keadaan adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy,
2001).
Diantaranya infeksi saluran kemih yang mungkin terjadi selama masa nifas, yaitu :
•Sistitis
•Pielonefritis
• Sistitis
Sistitis adalah inflamasi pada mukosa buli-buli yang sering disebabkan oleh infeksi bakteria (Basuki P
Purnomo : 2011).
Sistitis adalah peradangan pada vesika urinaria dan sangat sering ditemui (Jurnal Askep Gangguan
Sistem Perkemihan).
•
Tanda dan gejala :
• Sering berkemih
• Disuria
• Nyeri suprapubis
• Hematuria
• Koloni bakteriuria >100.000
• Pielonefritis
Merupakan infeksi bakteri pada jaringan ginjal yang dimulai dari saluran kemih bagian
atas kemudian naik ke ginjal (Jurnal Askep Ganggguang Sistem Perkemihan).
Pielonefritis adalah reaksi inflamasi akibat infeksi yang terjadi pada pielum dan
parenkim ginjal (Basuki P. Purnomo : 2011).
Tanda dan gejala :
• Demam >37,8°C disertai menggigil
• Nyeri punggung bagian bawah dan suprapubis
• Anoreksia, mual, dan muntah
• Sering berkemih
• Bakteri, nitrat, SDM, SDP, dan protein dalam urin
2.3.Diagnosis dan Penatalaksanaannya Retensio Urine
A. Retensio Urine
1)Penatalaksanaan
• Bladder trainning (melatif kandung kemih) dengan menstimulasi pengeluaran urin.
• Ketika kandung kemih menjadi sangat mengembang diperlukan kateterisasi, kateter Foley ditinggal dalam kandung kemih selama 24-48 jam untuk menjaga kandung kemih tetap
kosong dan memungkinkan kandung kemih menemukan kembali tonus otot normal dan sensasi. Bila kateter dilepas, pasien harus dapat berkemih secara spontan dalam waktu 2-6 jam.
Setelah berkemih secara spontan, kandung kemih harus dikateter kembali untuk memastikan bahwa residu urin normal (≤ 50 mL).
• Terapi dengan air hangat atau dingin (Hidrotherapy)
• Berikan antibiotik atau anti-inflamasi
• Upayakan berkemih spontan
B. Inkontinensia Urin
1)Penatalaksanaan
• Anamnesis
• Kaji penyebab terjadinya inkontinensia urin sehingga dapat diketahui penanganan untuk membantu penyembuhannya. Misalnya : berat ringannya, lamanya, tingkat ketergangguan,
penyekit lain, atau terapi sebelumnya.
• Pasang kateter sementara untuk mengetahui adanya kemungkinan sembuh
• Jika disebabkan oleh fistula, terlebih dahulu fistula dilakukan operasi rekonstruksi setelah tiga bulan
• Lakukan senam Kegel untuk meningkatkan resistensi uretra dengan cara memperkuat otot panggul
• Pemberian obat
• Antikolinergik (Oksibutinin, Propantheline bromide, dan Tolterodine tartrate) untuk meningkatkan aktifitas buli-buli
• Dyclomine dan Flavoxate untuk melemaskan otot polos
• Antidepresan trisiklik (Imipramine) untuk meningkatkan resistensi uretra
C.Infeksi saluran kemih
1)Penatalaksanaan
• Kunjungan awal, kaji riwayat ISK dan lakukan urinalisis serta kultur untuk
memeriksa ISK asimtomatik
• Bila negatif lakukan langkah berikut :
• Bila kultur awal negatif, tidak dibutuhkan penangan lanjutan
• Bila kultur positif, obati pasien dan ulang kultur urin. Minta pasien
memeriksakannya kembali
• Bila pasien menunjukan gejala sistitis, langkahnya adalah :
• Lakukan urinalisis tangkap-bersih
• Bila (-) meski ada gejala, pertimbangkan kultur gonokokus dan klamidia
• Bila (+) pertimbangkan terapi walaupun hasil kultur belum selesai
• Periksa pasien untuk nyei tekan CVA
• Pertimbangkan untuk memberikan 200 mg Pyridium per oral, 3 kali/hari
selama tiga hari untuk meredakan disuria.
PENANGAN AWAL DAN LANJUTAN
Penanganan awal dan lanjutaan Urologi adalah salah satu bidang di dunia di
mana tindakan operasi sebagian besar telah berganti dari pembedahan
terbuka menjadi minimal invasif, terutama tindakan endoskopi untuk
penyakit batu saluran kemih bagian atas dan stent ureter telah menjadi
bagian penting didalamnya. Beberapa tindakan endourologi meliputi
ureteroscopy (URS), dan percutaneous nephrolithotomy (PCNL) (Purnomo,
2003). Al Ghazo et al., menyebutkan sampel terbanyak dalam penelitiannya
berasal dari tindakan endourologi dibandingkan operasi terbuka, dengan
tindakan ureteroscopy (URS)- litotripsi yang mendominasi. Begitupula
dengan Aydin et al., menyebutkan sampel penelitian yang terbanyak juga
berasal dari penderita dengan tindakan endourologi.
KESIMPULAN