Anda di halaman 1dari 35

HEMOROID INTERNA

GRADE IV
IDENTITAS PASIEN
• Nama : An. N
• Usia : 12 tahun
• Jenis kelamin : Perempuan
• Agama : Islam
• Pekerjaan : Pelajar
• Alamat : Wanamukti, Semarang
• Tanggal MRS : 25 Mei 2021
• Tanggal Pemeriksaan : 25 Mei 2021
KELUHAN UTAMA

Pasien laki-laki datang ke IGD RS dengan


keluhan keluar darah dari anus secara terus
menerus sejak 1 jam yang lalu.
PRIMARY SURVEY
 Airway
• saat ditanya identitas, pasien dapat menjawab dan berbicara dengan jelas.
• Airway clear
 Breathing
• Inspeksi: dada mengembang (+) simetris, ICS melebar (-)
• Palpasi: nyeri (-), fraktur costa (-), krepitasi (-)
• Auskultasi: suara dasar vesikuler, ronkhi(-), wheezing (-)
• RR: 20x/menit
• Breathing clear
.
 Circulation
• HR: 140x/menit, TD: 70/60 mmHg, Suhu: 36,5o C
• Look: sianosis (-), perdarahan aktif (+)
• Akral dingin (+), CRT >2 detik
• Perdarahan (+)
 Pada hemoroid grade IV terjadi prolapse permanen  menentukan sumber
perdarahan
 Berikan lidokain suppositoria
 jepit dengan ujung klem arteri pada sumber perdarahan.
 Atau dengan kateter urin  oleskan gel lubricant pada selang kateter setelah itu
dimasukkan ke dalam anus. Masukkan 15-20cc aquabides ke dalam selang kateter
untuk mengembangkan balon kateter agar menekan sumber perdarahan hemoroid.
Tarik selang untuk memastikan telah terfiksasi dengan benar setelah itu difiksasi
luar menggunakan plester sampai perdarahan berhenti.
 Perdarahan berhenti
 Circulation
• Pasang IV line -> Fluid challenge RL infuse 2cc – 4cc/kgBB dalam 10 menit 
perbaikan TD 90/60
• Resusitasi kristaloid NaCl 0,9% 1-2L atau 20-30 cc/kgBB dalam 30 menit- 1jam 
perbaikan TD 120/80, nadi 70x/mnt, akral hangat, CRT < 2 detik.
• Pasang kateter urinEvaluasi output urin : 0,5 – 1,5 cc/kg/jam
• Circulation clear
 Disability
• Compos mentis GCS 15
• pupil = bulat, isokor, reflek pupil +/+
• disability clear
 Exposure
• Jejas (-)
• Exposure clear.
SECONDARY SURVEY

• Pasien datang ke IGD RS dengan keluhan keluar darah terus menerus


dari anus sejak 1 jam yang lalu dan tidak berhenti. Sejak 5 tahun yang
lalu muncul keluhan terasa panas di sekitar anus saat pasien mengejan
karena BAB yang keras dan keluar darah berwarna merah segar tetapi
dapat berhenti spontan. Pada 2 tahun yang lalu, pasien merasakan keluar
benjolan sebesar kacang tanah dari dalam anus saat mengejan dan batuk
tetapi benjolan dapat kembali ke dalam anus secara spontan. Pasien lalu
memeriksakan ke puskesmas dan diberi obat antiwasir dan antibiotik.
Setelah obat habis pasien sempat kontrol sebanyak 3x.
SECONDARY SURVEY

• Sejak 1 tahun terakhir, benjolan membesar seukuran kelereng dan dapat


masuk kembali apabila pasien mendorong menggunakan jari tangan dan
semakin sering keluar darah yang menetes saat BAB. Lalu pasien
kontrol kembali ke puskesmas setiap 2 bulan. 1 hari yang lalu benjolan
sebesar biji salak sudah tidak dapat dimasukkan kembali. 1 jam yang
lalu setelah pasien BAB keluar darah pada anus tidak berhenti. Pasien
BAB 3 hari sekali dan harus mengejan karena BAB yang keras. Pasien
tidak mengeluh adanya perubahan ukuran feses. Keluhan mual (-),
muntah (-), nafsu makan turun(-), penurunan berat badan (-), pusing
setelah keluar darah saat BAB (+), lemas setelah keluar darah saat BAB
(+).
SECONDARY SURVEY

• RPD  Konstipasi
• RPK  Riwayat keluhan serupa pada keluarga tidak ada, riwayat penyakit
hipertensi tidak ada, riwayat penyakit DM tidak ada.
• R.Sosek  Pasien dulu tidak konsumsi sayur dan minum air putih 1L/hari, tetapi
setelah periksa ke puskesmas dan diagnosis hemoroid pasien konsumsi sayur setiap
dua hari sekali dan minum air putih 2L/hari. Pasien mengaku di rumahnya
menggunakan jamban jongkok. Sehari-hari pasien bekerja sebagai buruh warung
yang tugasnya mengangkat-angkat karung beras.
PEMERIKSAAN FISIK
 Keadaan Umum : Pasien tampak kesakitan ringan dengan VAS 2/10, lemas
 Kesadaran : Compos Mentis, GCS 15
 TTV : Tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 70x/menit, Respiratory Rate 20x/menit, suhu
36,5°C
 Antropometri : TB 170cm, BB 65kg, IMT 22.5
 Generalisata
o Kepala : normocephal, rambut hitam, jejas (-). Kepala dalam batas normal.
o Mata : konjungtiva anemis (+/+), sclera ikterik (-/-), reflek pupil (+/+). Pada mata ada
tanda anemia.
o Hidung : deformitas (-), secret (-/-). Hidung dalam batas normal.
o Mulut : sianosis (-), Tonsil T1/T1, Laring hiperemis (-). Mulut dalam batas normal.
o Telinga : normotia (+/+), serumen (-/-). Telinga dalam batas normal.
o Leher : pembesaran KGB (-), pembesaran kelenjar tiroid (-). Leher dalam batas normal.
PEMERIKSAAN FISIK
 Thorax
o Paru
• Inspeksi: warna kulit sama sekitar, massa (-). Kesimpulan : inspeksi dalam batas normal.
• Palpasi: nyeri tekan (-), massa (-). Kesimpulan : palpasi dalam batas normal
• Perkusi: sonor seluruh lapang paru. Kesimpulan : perkusi dalam batas normal
• Auskultasi: suara dasar paru vesikuler, ronchi (-), wheezing (-). Kesimpulan : auskultasi
dalam batas normal.
PEMERIKSAAN FISIK
 Thorax
o Jantung
• Inspeksi: ictus cordis tak tampak. Kesimpulan : inpeksi dalam batas normal
• Palpasi: denyutan ictus cordis (-), sternal lift (-), pulsus epigastrium (-), pulsus parasternal
(-), thrill (-). Kesimpulan : palpasi dalam batas normal.
• Perkusi: batas jantung kanan bawah ICS V linea parasternalis dextra, batas jantung kiri
bawah: ICS V 1-2 cm medial linea midclavicularis sinistra, batas pinggang jantung: ICS III
linea parasternalis sinistra, batas atas jantung: ICS II linea parasternalis sinistra.
Kesimpulan : konfigurasi jantung dalam batas normal.
• Auskultasi: katub aorta S1<S2 bising (-) gallop (-), katub pulmonal: S1<S2 bising (-) gallop
(-), katub trikuspidalis: S1>S2 bising (-) gallop (-), katub mitral:S1>S2 bising (-) gallop (-)
regular. Kesimpulan : auskultasi dalam batas normal.
PEMERIKSAAN FISIK
 Abdomen
o Inspeksi: dinding perut datar, warna sama dengan jaringan sekitar, jaringan parut (-), jejas (-),
Kesimpulan : inspeksi dalam batas normal
o Auskultasi: peristaltic 10x/menit, bruit (-). Kesimpulan : dalam batas normal
o Perkusi: timpani seluruh regio, liver span 8cm, perkusi limpa : timpani. Kesimpulan : perkusi
dalam batas normal.
o Palpasi: nyeri tekan (-), massa (-), hepar tidak teraba, limpa tidak teraba. Kesimpulan : palpasi
dalam batas normal.
PEMERIKSAAN FISIK
 Status Lokalis
o Inspeksi region analis : tampak benjolan pada arah jam 7 dengan ukuran 2x1cm, hiperemis
(+), darah (-)
o Palpasi region analis : teraba benjolan = konsistensi lunak, batas tegas, permukaan rata, mudah
digerakkan, nyeri tekan (+), tidak dapat direposisi.
DIAGNOSIS SEMENTARA
 Diagnosis : Hemoroid interna grade IV
 Diagnosis banding : karsinoma recti, polips recti, prolapse recti
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Persiapan Operasi
o Darah Rutin
Darah rutin Hasil Nilai rujukan
Hemoglobin 12,5 gr/dl 13-18g/dl
Hematokrit 42,1% 40%-50%
Eritrosit 5,1 juta/mm3 4,4-5,6 juta sel/mm3
Leukosit 11.600/mm3 3200-11,000/mm3
Trombosit 313.000/mm3 170,000-380,000/mm3
o Kimia Klinik
Kimia Klinik Hasil Nilai Rujukan
Ureum 26 mg/dl 10-50 g/dl
Kreatinine 0,9 mg/dl 0,7-1,1 g/dl
Glukosa darah sewaktu 147 mg/dl < 200 mg/dl

Dalam batas normal


o Elektrolit

Kimia Klinik Hasil Nilai Rujukan


Na 136,4 mEq/L 135-148 mEq/L
K 3,8 mEq/L 3,5-5,3 mEq/L
Ca 0,99 mEq/L 1,15-1,29 mEq/L
Cl 101 mEq/L 98-107mEq/L
DIAGNOSIS

Hemoroid interna grade IV


TATALAKSANA
 IVFD NaCl 0,9% 1-2L 20tpm
 Antihemoroid  Ardium 500mg/8jam
 Anti fibrinolitik  Tranexamic acid 1000ml bolus IV/8jam
 Laksatif (pencahar)  Laxadine 20ml/24jam
 Anti nyeri  Ketorolac 3% 1amp/8jam IV
 Konsul ke spesialis bedah untuk tindakan hemoroidektomi
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Hemoroid berasal dari kata haima yang berarti darah dan rheo
yang berarti mengalir, sehingga pengertian hemoroid secara harafiah
adalah darah yang mengalir. Namun secara klinis diartikan sebagai
pelebaran vasa/vena di dalam pleksus hemoroidalis yang tidak merupakan
keadaan patologik. Tetapi akan menjadi patologik apabila tidak mendapat
penanganan/pengobatan yang baik. Hemorid tidak hanya sekedar
pelebaran vasa saja, tetapi juga diikuti oleh penambahan jaringan sekitar
vasa atau vena.
EPIDEMIOLOGI
• Hemoroid adalah penyebab perdarahan saluran cerna bawah paling sering.
• Salah satu studi prospektif dengan jumlah 976 sampel menemukan hemoroid
dialami oleh 38,93% sampel yang menjalani pemeriksaan kolonoskopi untuk
program skrining kanker kolorektal. Sebagian besar pasien menderita hemoroid
derajat I (72,89%).
• Studi pada salah satu rumah sakit di indonesia menunjukkan prevalensi hemoroid
pada pasien dengan keluhan perdarahan saluran cerna bawah sebesar 44,7%. Studi
tersebut menyimpulkan hemoroid merupakan penyebab tersering perdarahan saluran
cerna bawah.
ANATOMI
Canalis analis merupakan bagian
terbawah dari usus besar dengan
panjang +/- 3cm, berjalan ke bawah dari
ampula recti sampai anus.

Otot-otot yang berfungsi mengatur


mekanisme kontinensia
 M. levator ani
 M. sphincter ani internus
 M. sphincter ani externus

Perbatasan tengah canalis analis ditandai


linea dentata yaitu tempat pertemuan
antara ectoderm dan endoderm.
ANATOMI
Vena hemoroidalis superior berasal dari
pleksus hemoroidalis internus dan berjala
ke arah kranial ke dalam vena mesenterika inf
erior dan seterusnya melalui vena lienalis ke
vena porta. Pembesaran vena hemoroidalis
dapat menimbulkan keluhan hemoroid.

 Hemoroid interna : dari plexus


hemorrhoidalis interna yg terbentuk vena
rectalis superior et media

 Hemoroid externa : plexus hemorrhoidalis


externa yg dibentuk oleh vena rectalis
inferior
ETIOLOGI
 Faktor risiko
• Penuaan
• Lemahnya dinding pembuluh darah
• Wanita hamil
• Konstipasi
• Konsumsi makanan rendah serat
• Peningkatan tekanan intrabdomen
• Batuk kronik
• Sering mengedan
• Penggunaan toilet yang berlama-lama (misal: duduk dalam waktu yang lama di toilet)
PATOFISIOLOGI
• Anal canal memiliki lumen triradiate (bantalan) yang dilapisi dari jaringan mukosa 
memiliki plexus vena hemoroidalis  agar membesar untuk mencegah terjadinya
inkontinensia.

• Efek degenerasi, mengejan, kurang konsumsi serat, kehamilan  memperlemah jaringan


penyokong dan meningkatkan tekanan intra abdominal  bantalan tersebut yang akan
mengakibatkan prolapsus.  terganggu aliran balik venanya Perdarahan

• Sel mast  mediator, sitokin, histamine, leukotrin  vasokonstriksi dan peningkatan


vasopermeabilitas  vena submukosal meregang  ekstravasasi sel darah merah dan
perdarahan sel mast melepaskan platelet-activating factor  agregasi dan thrombosis
PATOFISIOLOGI
• degeneratif jaringan penyangga fibro elastik yang disebut park ligament  prolaps
permanen  arus balik darah mengalami gangguan  plexus vena hemoroidalis semakin
membesar

• hemoroid yang mengalami trombosis  rekanalisasi dan resolusi  sel mast:


 tryptase dan chymase  degradasi jaringan stroma
 heparin  migrasi sel endotel
 sitokin  TNF-α
 interleukin 4  pertumbuhan fibroblas dan proliferasi
• Terbentuk jaringan parut
KLASIFIKASI
 Hemoroid interna adalah pleksus vena hemoroidalis
superior diatas garis mukokutan dan ditutupi oleh
mukosa. Hemoroid interna (didalam/diatas linea dentata).
 Derajat 1: Bila terjadi pembesaran hemoroid yang
tidak prolaps ke luar kanal anus. Hanya dapat dilihat
dengan anorektoskop.
 Derajat 2: Pembesaran hemoroid yang prolaps dan
menghilang atau masuk sendiri ke dalam anus secara
spontan.
 Derajat 3: Pembesaran hemoroid yang prolaps dapat
masuk lagi ke dalam anus dengan bantuan dorongan
jari.
 Derajat 4: Prolaps hemoroid yang permanen. Rentan
dan cenderung untuk mengalami trombosis dan
infark.
KLASIFIKASI
 Hemoroid eksterna (diluar/dibawah linea dentata ). Hemoroid eksterna yang merupakan pelebaran
dan penonjolan pleksus hemoroid inferior terdapat disebelah distal garis mukokutan di dalam
jaringan di bawah epitel anus.
DIAGNOSIS HEMOROID
 Anamnesis = perdarahan saat BAB, darah berwarna merah segar, darah dapat
menetes keluar dari anus beberapa saat setelah defekasi. prolaps suatu massa
saat defekasi, massa ini mula-mula dapat kembali spontan sesudah defekasi,
tetapi kemudian harus dimasukkan secara manual dan akhirnya tidak dapat
dimasukkan lagi. pengeluaran lender, iritasi di daerah perianal, gejala anemi:
pusing, lemah, pucat, nyeri (bila telah terjadi trombosis)

 Pemeriksaan fisik = periksa tanda-tanda anemia: konjugtiva pucat, kulit pucat,


wajah pucat, tampak lemah, hemoroid prolaps: epitel penutup yang menonjol
keluar dapat mengeluarkan mucus yang dapat dilihat apabila penderita
mengejan. rectal toucher: hernia interna interna tidak teraba karena tekanan
vena tidak cukup tinggi dan biasanya tidak nyeri
DIAGNOSIS HEMOROID
 Pemeriksaan penunjang = Anoskopi untuk menilai mukosa rektal dan
mengevaluasi tingkat pembesaran hemoroid. Sigmoidoskopi untuk mengevaluasi
perdarahan rektal dan rasa tak nyaman seperti fissure anal, fistula, colitis, polip.
rectal, dan kanker
DIAGNOSIS BANDING
 Kondiloma akuminata
 Proktitis
 Rektal prolapse
 Ca recti
KOMPLIKASI
 Komplikasi
• Apabila perdarahan aktif dapat menyebabkan syok hipovolemik
• Keadaan kronis menyebabkan anemia
TATALAKSANA
 IVFD NaCl 0,9% 1-2L 20tpm
 Antihemoroid  Ardium 500mg/8jam
 Anti fibrinolitik  Tranexamic acid 1000mg bolus IV/8jam
 Laksatif (pencahar)  Laxadine syrup 20ml/24jam
 Anti nyeri Ketorolac 3% 1amp/8jam IV
 Konsul ke spesialis bedah untuk tindakan hemoroidektomi

Anda mungkin juga menyukai