Page 2
dan alat di luar waktu yang ditentukan dapat dilakukan dengan
pengawasan trainer / asisten Skill Lab.
20. Bila terdapat kerusakan dan/atau kehilangan alat skill lab pada
kegiatan no.13, maka kelompok yang bersangkutan wajib
mengganti/ memperbaiki alat tersebut.
21. Bila kerusakan dan atau kehilangan alat skill lab terjadi pada saat
kegiatan praktikum regular, maka kelompok yang bersangkutan
wajib mengganti/ memperbaiki alat tersebut sampai dapat
digunakan dan tidak mengganggu kegiatan praktikum.
Page 3
10. Trainer wajib menyerahkan lembar check list penilaian skill lab
kepada koordinator skill lab pada hari itu juga.
11. Apabila trainer berhalangan hadir harus menghubungi
koordinator skill lab minimal 3 hari sebelum kegiatan skill lab.
Atau diperbolehkan mencari ganti trainer dengan persetujuan
koordinator skill lab.
12. Trainer turut merperhatikan busana mahasiswa yang islami dan
waktu sholat serta pelaksanaannya.
Page 4
Alur kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan
jalannya skill lab diatur oleh koordinator skill lab. Koordinator skill
lab membawahi laboran skill lab yang mempunyai anggota 1 atau
lebih laboran yang bertugas dalam pelaksanaan skill lab, perawatan
serta penggunaan sarana dan prasarana skill lab.
1. Pertemuan pertama
a) Skill lab diawali dengan melakukan feedback and reflection
terhadap mahasiswa dengan cara memberi kesempatan kepada
salah seorang mahasiswa untuk mencoba topik ketrampilan
yang akan dipelajari. Setelah itu memberi motivasi kepada
mahasiswa tentang pentingnya topik yang akan dipelajari.
1/4 x 2 jam TM = 30 menit
b) Memberi penjelasan dan contoh tentang topik ketrampilan
yang diajarkan
1/4 x 2 jam TM = 30 menit
c) Memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk mencoba
ketrampilan yang diajarkan
1/2 x 2 jam TM = 60 menit
d) Setiap selesai pertemuan pertama mahasiswa diberikan
kesempatan untuk mengulangi latihannya dalam kegiatan
belajar mandiri dan diberikan kewajiban untuk melakukan
refleksi diri dengan cara menuliskan kekurangan dan
Page 5
kelemahan masing-masing individu dalam melakukan
ketrampilan yang telah diajarkan, ditulis di buku refleksi diri.
2. Pertemuan kedua
a) Kegiatan diawali dengan membacakan refleksi diri masing-
masing : x 2 jam TM = 30 menit.
b) Memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk memperbaiki
hasil refleksi dirinya masing-masing. x 2 jam TM = 90 menit.
Page 6
MODUL SKILL LAB BLOK 14
TOPIK 1 :
TEKNIK ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN KASUS DM
TOPIK 2 :
TEKNIK ANAMNESIS DAN KONSELING KASUS TIROID
TOPIK 3 :
PEMERIKSAAN GULA DARAH DAN PEMBERIAN INSULIN
TOPIK 4 :
PEMASANGAN IUD DAN PAPSMEAR
TOPIK 5
KB IMPLAN
Page 7
TOPIK 1 :
ANAMNESIS DAN KONSELING DM
TUJUAN
Tujuan Intuksional Umum ( TIU ) :
Mahasiswa mampu melakukan teknik anamnesis dan konseling DM
dengan benar.
Tujuan Intrusional Khusus ( TIK ) :
1. Mahasiswa mampu menerapkan teknik komunikasi dan
anamnesis pada kasus DM dengan benar
2. Mahasiswa mampu melakukan konseling penyakit dan
penatalaksanaan kasus DM dengan benar.
DIAGNOSIS DM
DM (Diabetes Mellitus) merupakan suatu kelompok penyakit
metabolic dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Diagnosis
DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah.
Diagnosis tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya glukosuria.
Guna penentuan diagnosis DM, pemeriksaan glukosa darah
yang dianjurkan adalah pemeriksaan secara enzimatik dengan bahan
darah plasma vena.Penggunaan bahan darah utuh (whole blood),
vena ataupun kapiler tetap dapat dipergunakan dengan
memperhatikan angka-angka kriteria diagnostic yang berbeda sesuai
pembakuan oleh WHO. Sedangkan untuk tujuan pemantauan hasil
pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan
glukosa darah kapiler.
Pemeriksaan Penyaring
Pemeriksaan penyaring ditujukan pada mereka yang
mempunyai risiko DM namun tidak menunjukkan adanya gejala DM.
Pemeriksaan penyaring bertujuan untuk menemukan pasien dengan
Page 8
DM, TGT (toleransi glukosa terganggu), maupun GDPT (glukosa darah
puasa terganggu), sehingga dapat ditangani lebih dini secara
tepat.Pasien dengan TGT dan GDPT juga disebut sebagai prediabetes,
merupakan tahapan sementara menuju DM. Kedua keadaan tersebut
merupakan factor risiko untuk terjadinya DM dan penyakit
kardiovasculer di kemudian hari.
Pemeriksaan penyaring dikerjakan pada kelompok yang
memiliki salah satu factor risiko DM sebagai berikut :
1. Usia 45 tahun
2. Usia lebih muda, terutama dengan IMT 23 kg/m2. Yang disertai
dengan factor risiko :
Kebiasaan tidak aktif
Turunan pertama dari orang tua dengan dm
Riwayat melahirkan bayi dengan bb lahir bayi 4000gram,
atau riwayat dm gestational
Hipertensi (140/90 mmhg)
Kolesterol hdl 35mg/dl dan atau triglicerida 250 mg/dl
Menderita polycystic ovarial syndrome (pcos) atau keadaan
klinis lain yang terikat dengan resistensi insulin
Adanya riwayat toleransi glukosa yang terganggu (tgt) atau
glukosa darah puasa terganggu (gdpt) sebelumnya
Memiliki riwayat penyakit kardiovasculer
Kriteria Diagnostik
Berbagai keluhan dapat diketemukan pada diabetisi.
Kecurigaan adanya DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan
klasik DM seperti tersebut di bawah ini :
1. Keluhan klasik DM berupa : poliuria, polidipsi, polifagi, dan
penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya
2. Keluhan lain dapat berupa : lemah badan, kesemutan, gatal, mata
kabur, dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulva pada
wanita
Page 9
Gejala klasik DM + glukosa darah sewaktu 200mg/dl (11,1 mmol/l)
Glukosa darah sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada
suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir
Atau
Gejala klasik DM + kadar glukosa darah puasa 126 mg/dl
(7,0mmol/l) Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori
tambahan sedikitnya 8 jam
Atau
Kadar glukosa darah 2 jam pada TTGO 200 mg/dl (11,1mmol/l)
TTGO dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban
glukosa yang setara dengan 75 g glukosa anhidrus yang dilarutkan ke
dalam air.
Apabila pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM, maka
daapt digolongkan ke dalam kelompok TGT atau GDPT tergantung
dari hasil yang diperoleh.
TGT glukosa darah plasma 2 jam setelah beban antara 140-199
mg/dl (7,8-11,0mmol/l)
GDPT glukosa darah puasa antara 100-125 mg/dl (5,6-6,9mmol/l)
Klasifikasi DM
1. DM tipe 1 (destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi
insulin absolute).
a. Melalui proses imunologik
b. Idiopatik
2. DM tipe 2 (bervariasi mulai yang predominan resistensi insulin
disertai defisiensi insulin relative sampai yang predominan
gangguan sekresi insulin bersama resistensi insulin.
3. DM tipe lain :
a. Defek genetic fungsi sel beta
b. Defek genetic kerja insulin
c. Penyakit eksokrin pancreas
d. Endokrinopati
e. Karena obat/zat kimia
f. Infeksi
Page 10
g. Imunologi
h. Sindroma genetik lain
Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan secara umum adalah meningkatnya kualitas
hidup diabetisi.
Tujuan penatalaksanaan :
1. Jangka pendek : hilangnya keluhan dan tanda DM,
mempertahankan rasa nyaman dan tercapainya target
pengendalian glukosa darah.
2. Jangka panjang : tercegah dan terhambatnya progresivitas
penyulit mikroangiopati, makroangiopati dan neuropati. Tujuan
akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas dini
DM.
3. Untuk mencapat tujuan tersebut perlu dilakukan pengendalian
glukosa darah, tekanan darah, berat badan dan profil lipid, melalui
pengelolaan pasien secara holistic dengan mengajarkan perawatan
mandiri dan perubahan perilaku.
Pilar Penatalaksanaan DM
Pengelolaan DM dimulai dengan terapi gizi medis dan latihan
jasmani selama beberapa waktu (2-4 minggu). Apabila kadar glukosa
darah belum mencapai sasaran, dilakukan intervensi farmakologis
dengan obat hipoglikemik oral (OHO) dan atau suntikan insulin.
Pada keadaan tertentu OHO dapat diberikan secara tunggal
atau langsung kombinasi, sesuai indikasi. Dalam keadaan
dekompensasi metabolic berat, misalnya ketoasidosis, stress berat,
berat badan yang menurun dengan cepat, adanya ketonuria, insulin
dapat segera diberikan.
1. Edukasi
Keberhasilan pengelolaan DM mandiri membutuhkan partisipasi
aktif pasien, keluarga dan masyarakat.Tim kesehatan
mendampingi pasien dalam menuju perubahan perilaku.Untuk
Page 11
mencapai keberhasilan perubahan perilaku, dibutuhkan edukasi
yang komprehensif dan upaya peningkatan motivasi.
Topik-topik pokok pembahasan edukasi DM kepada
penyandang DM sebagai berikut :
1. Pengetahuan umum tentang diabetes seperti : gejala, diagnosis,
klasifikasi dan macam pengobatan
2. Evaluasi nutrisi dan pengembangan perencanaan makan, interaksi
obat dan makanan, hubungan makanan dan kegiatan jasmani.
Perencanaan makan :
Anjuran makan seimbang seperti anjuran makan sehat pada
umumnya
Tidak ada makanan yang dilarang, hanya dibatasi sesuai
kebutuhan
Teratur dalam jadwal, jumlah dan jenis makanan
Makanlah makanan sumber karbohidrat dan biasakanlah
makan di waktu pagi
Hindari minuman beralkohol
Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari :
A. Karbohidrat dan pemanis
Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% total asupan
energy
Makanan harus mengandung lebih banyak karbohidrat
terutama yang berserat tinggi
Makan 3 kali sehari untuk mendistribusikan asupan
karbohidrat dalam sehari
Tidak dianjurkan pemanis dari bahan yang mengandung
fruktosa
B. Lemak
Asupan lemak yang dianjurkan sebesar 20-25% total asupan
energy
Diusahakan makanan yang berasal dari asam lemak tidak jenuh
tunggal, membatasi makanan dari asam lemak jenuh maupun
asam lemak tidak jenuh ganda
C. Protein
Page 12
Asupan protein yang dianjurkan sebesar 15-20% total asupan
energy
D. Garam
Anjuran asupan garam tidak lebih dari 3000mg sehari atau
sama dengan 6-7 g (1 sendok teh garam dapur)
Pembatasan natrium sampai 2400 mg atau sama dengan 6
gr/hari terutama pada mereka yang hipertensi
E. Serat
Anjuran serat yang dikonsumsi sebesar 25 gr/hari,
diutamakan serat larut
Kegiatan jasmani :
Prinsip latihan jasmani bagi pasien DM antara lain :
Frekuensi : jumlah latihan jasmani per minggu, sebaiknya
dilakukan secara teratur 3-5 kali per minggu
Intensitas : ringan dan sedang, dinilai dari pemeriksaan
frekuensi sebelum dan sesudah latihan jasmani
Time (durasi) : lamanya sekali latihan 30-60 menit
Tipe (jenis) : latihan jasmani yang menjaga kebugaran atau
stamina (latihan aerobic seperti jalan kaki, bersepeda santai,
jogging dan berenang). Bila kadar glukosa darah > 250 mg/dl,
jangan melakukan latihan jasmani berat (contoh main
sepakbola, lari marathon).
3. Hubungan latihan jasmani/olah raga dan kemungkinan
terjadinya hipoglikemia
4. Pemantauan glukosa darah dan keton urin, pemilihan metode-
metode pemeriksaan, peralatannya, pencatatan data dan
pemanfaatannya sebagai sumber informasi,
perubahan/penyesuaian perencanaan makanan.
Pemantauan Glukosa Darah Mandiri (PGDM) :
Tes dilakukan pada waktu : sebelum makan, 2 jam sesudah
makan, sebelum tidur malam, keadaan klinis hipoglikemia
Penyandang DM dengan kontrol buruk/tidak stabil dilakukan
tes setiap hari sampai target tercapai
Page 13
Penyandang DM dengan kontrol baik/stabil dilakukan tes
sebanyak 1-2 kali /minggu atau bisa 2 minggu sekali bila
penyandang DM belum ditemukan komplikasi kronik atau
tidak timbul penyakit akut yang menyertai.
5. Kerja insulin (atau obat oral). Macam-macam cara pengobatan,
pemilihan insulin yang sesuai dengan indikasi dan teknik
penyuntikan insulin yang baik.
Obat Hipoglikemik Oral (OHO) :
Obat diberikan sebagai obat tunggal atau kombinasi. Macam-
macam OHO berdasarkan cara kerjanya :
a) Pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue) : Sulfonilurea,
Glinid
b) Penambah sensitivitas insulin : Tiozolidindion
c) Penghambat glukoneogenesis : Biguanid / metformin
d) Penghambat absorbs glukosa di usus halus : Acarbose
Cara meminum obat :
Sulfonilurea : 15-30 menit sebelum makan
Metformin : pada saat/sesaat sesudah suapan terakhir
Acarbose : bersama suapan pertama makan
Glinid : sesaat/sebelum makan
Tiozolidindion : tidak bergantung pada jadwal makan
Dosis obat diawali dari dosis kecil dan ditingkatkan secara
bertahap sesuai respon kadar glukosa darah
Efek samping obat :
Sulfonilurea : berat badan naik, hipoglikemia
Metformin : diare, dyspepsia, asidosis laktat
Acarbose : mudah/sering flatus (kentut)
Glinid : berat badan naik, hipoglikemia
Tiozolidindion : edema perifer
6. Penyesuaian dosis insulin, sasaran kadar glukosa darah dan HbA1c
yang ingin dicapai, keuntungan dan kerugian pemantauan glukosa
darah.Insulin diperlukan pada keadaan :
DM tipe 1
DM tipe 2 dengan penurunan berat badan yang cepat
Page 14
Komplikasi akut hiperglikemia (ketosis, ketoasidosis,
hiperglikemia hiperosmoler non ketotik, hiperglikemia dengan
asidosis laktat)
Gagal dengan kombinasi OHO dosis hampir maksimal
Stress berat (infeksi sistemik, operasi besar, infark miokard,
stroke)
Kehamilan dengan DM/Dm gestational
Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO
7. Sebab, gejala, pengobatan dan pencegahan terjadinya
hipoglikemia, hiperglikemia, ketoasidosis diabetic.Sebab-sebab
tingginya kadar glukosa darah :
Rendahnya tingkat kepatuhan keteraturan minum obat,
misalnya lupa meminum obat, bosan meminum obat, lupa
jumlah tablet obat yang diminum dan kapan harus
meminumnya (sebelum/saat/sesaat sesudah suapan terakhir)
Kurangnya pengetahuan nutrisi, misalnya pemilihan jenis dan
jumlah makanan yang tidak sesuai dengan perencanaan
makanan, kebutuhan kalori dalam sehari yang belum sesuai,
makan yang kurang frekuensinya dalam sehari (kurang dari
tiga kali sehari dan tidak ada makanan selingan)
Obat : dosis yang belum sesuai, timbul efek samping sehingga
pasien tidak mau minum obat (contoh : meteorismus,
mudah/sering kentut)
Penyakit akut atau penyulit lain yang menyertai : pneumonia,
ISK, gangrene di telapak kaki/kaki diabetic, post operasi besar
(op. batu ginjal, reseksi usus, dll)
8. Sikap yang perlu diambil bila sedang sakit dan prosedur
penanganan gawat darurat.Pengaturan pada sakit :
Dalam keadaan sakit, glukosa darah cenderung meningkat, oleh
karena itu perlu pemeriksaan kadar glukosa darah dilakukan lebih
sering. Kurangnya pemasukan kalori pada keadaan sakit, dapat
menyebabkan hipoglikemia, sehingga perlu pemeriksaan kadar
glukosa darah lebih sering guna penyesuaian dosis OHO ataupun
insulin.
Page 15
9. Komplikasi menahun : deteksi, cara pengobatan, pencegahan dan
rehabilitasi. Komplikasi Akut :
a) Hiperglikemi : ketoasidosis diabetic, hiperosmolar non ketotik
b) Hipoglikemi, bila : kadar glukosa darah < 60 mg/dl atau kadar
glukosa darah < 80 mg/dl dengan gejala klinis (gejala
neurogenik dan neuroglikopenia).
c) Gejala neurogenik : Cholinergik (berkeringat, lapar, semutan di
sekitar oral), adrenergic : tremor, takikardi, pucat, berdebar-
debar, gelisah
d) Gejala neuroglikopenia : lemah, sakit kepala, gangguan visus,
bicara lamban dan pelo, vertigo & dizziness, kesulitan berpikir,
lelah, mengantuk, perubahan afektif (depresi, marah), bicara
ngaco, koma, kejang.
Komplikasi Menahun :
a) Makroangiopati yang melibatkan : pembuluh darah jantung,
pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak
b) Mikroangiopati : retinopati diabetic, nefropati diabetic
c) Neuropati
10. Pemeliharaan dan pemeriksaan gigi, kuku dan kulit secara
teratur. Elemen kunci edukasi perawatan kaki termasuk kuku :
Tidak boleh berjalan tanpa alas kaki, termasuk di pasir
Periksa kaki setiap hari, dan laporkan kepada dokter apabila
ada kulit terkelupas atau melepuh, bengkak, luka atau keluar
darah
Selalu menjaga kaki dalam keadaan bersih, keringkan dengan
handuk termasuk sela-sela jari
Mengoleskan lotion pelembab ke daerah kaki yang kering
Gunting kuku kaki lurus mengikuti bentuk normal jari kaki
Gunakan alas kaki yang baik yang sesuai ukuran dan enak
dipakainya
Periksa alas kaki dari benda asing sebelum memakainya
11. Fasilitas kesehatan yang tersedia, asuransi kesehatan, instansi,
organisasi, dan lembaga yang berhubungan dengan diabetes,
mengenai fungsi, keuntungan dan tanggung jawabnya.
Page 16
12. Strategi perubahan perilaku, sasaran pengobatan, mengurangi
factor risiko dan membantu mengatasi/ menyelesaikan masalah.
Page 17
Kebutuhan kalori pada wanita lebih kecil daripada pria.Kebutuhan
kalori wanita sebesar 25 kal/kgBB dan untuk pria sebesar 30
kal/kgBB.
2. Umur
Umur > 40 tahun : -5%
40-59 tahun : -5%
60-69 tahun : -10%
70 tahun : -20%
3. Aktifitas
Aktifitas ringan (duduk-duduk, nonton TV, dll): +10%
Aktivitas sedang (kerja kantoran, perawat, dokter, dll): +20%
Aktivitas berat (olahragawan, tukang becak, dll): +30%
Stress metabolik (infeksi, operasi, stroke, dll) : +10-30%
Kehamilan trimester 1 dan 2 : +300 kalori
Kehamilan trimester 3 dan menyusui : +500 kalori
Makanan dibagi dalam 3 porsi besar untuk makan pagi (20%),
makan siang (30%) serta 2-3 porsi ringan (10-15%) di antara
makan besar.
Page 18
Page 19
Lembar Kebutuhan Kalori Pasien DM :
Nama :
Jenis Kelamin : Laki-Laki/perempuan
Umur :
Pekerjaan :
Data Klien :
Tinggi badan :
Berat badan :
BB idaman : 90%
x(TB-100) =
BB idaman : (TB-100) =.kg (bila TB wanita < 150cm, pria <
160cm)
Status gizi : Obese/overweight/underweight/normal
Kalori Basal :
Laki-laki :..x30 kalori/kg =..kalori
Wanita :. x25 kalori/kg =kalori
Koreksi / penyesuaian :
1. Umur
Umur > 40 tahun : -5% x kalori basal =.kalori
2. Aktifitas
Aktifitas ringan : +10% x kalori basal =..kalori
Aktivitas sedang : +20% x kalori basal =..kalori
Aktivitas berat : +30% x kalori basal =..kalori
3. BB gemuk/obese : -20% x kalori basal = .kalori
BB lebih/overweight : -10% x kalori basal =kalori
BB kurang : +20% x kalori basal =.kalori
4. Stress metabolik (infeksi, operasi, stroke, dll) : +15% x kalori
basal =..kalori
5. Kehamilan trimester 1 dan 2 : +300 kalori
6. Kehamilan trimester 3 dan menyusui : +500 kalori
Total kebutuhan =.. kalori
Porsi Makan Pagi : 20% x total kebutuhan = .kalori
Page 20
Porsi makan siang : 30% x total kebutuhan =.kalori
Porsi ringan (antara makan besar) :
Makan pagi-siang : 15% x total kebutuhan = .kalori
Makan siang-malam : 15% x total kebutuhan = .kalori
Porsi makan malam : 20% x total kebutuhan =..kalori
Page 21
Checklist Anamnesis dan Konseling Kasus DM
Page 22
4. Obat hipoglikemik oral
5. Insulin
6. Perencanaan makan (sesuai lembar kebutuhan
kalori)
7. Perawatan kaki dan kuku
8. Kegiatan jasmani
9. Pengaturan pada saat sakit
10. Komplikasi
11 Mengucapkan hamdalah setelah melakukan pemeriksaan
dan menyimpulkan hasilnya
Jumlah
Keterangan :
0 = tidak dilakukan :
1 = dilakukan, < 50% benar ;
2 = dilakukan >50% benar
3 = dilakukan dengan sempurna
Penilaian ketrampilan : ( skor seluruh aspek yg dinilai) x 100
maksimal skor
Page 23
Lembar Kerja I
Anamnesis dan Konseling Kasus DM (Pertemuan 1)
Lembar Kerja 2
Anamnesis dan Konseling Kasus DM (Pertemuan 2)
Page 24
- Tempat : Ruang Skill lab
- Peralatan :
Pemeriksaan dewasa
- Pasien simulasi : minimal 1 laki-laki/perempuan/kelompok
- Kegiatan :
1. Mahasiswa membacakan refleksi diri masing-masing. Waktu 10
menit.
2. Memberikan kesempatan mahasiswa untuk memperbaiki hasil
refleksinya dengan melakukan pemeriksaan kepada pasien
simulasi secara bergantian, dan dengan membentuk kelompok
kecil mahasiswa yang terdiri dari 3 orang per kelompok.
Masing-masing melakukan ketrampilan yang dipelajari secara
bergantian, dengan 1 orang sebagai Dokter, 1 sebagai Pasien
dan 1 sebagai pengamat (membawa checklist). Waktu 90 menit.
3. Trainer memberikan tanggapan dan arahan di masing-masing
kelompok.
Page 25
TOPIK 2 :
TUJUAN
Tujuan Intuksional Umum ( TIU ) :
mahasiswa mampu melakukan teknik anamnesis dan pemeriksaan
tiroid dengan benar.
Tujuan Intrusional Khusus ( TIK ) :
1. Mahasiswa mampu menerapkan teknik anamnesis dan
komunikasi pada kasus tiroid dengan benar
2. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan tiroid dengan benar.
Inspeksi:
Pada saat istirahat atau menengadah dan ketika pasien menelan.Pada
pemeriksaan ini penderita dalam posisi duduk atau berdiri
berhadapan dengan pemeriksa.Baju atas penderita dilepas. Yang
dinilai :
1. Amati gerakannya pada saat menelan (simetris/tidak)
2. Warna
3. Tekstur permukaan (tampak licin/keras/kering)
4. Struma terlihat/tidak
5. Adakah jaringan parut
Page 26
Palpasi :
Palpasi kelenjar tiroid termasuk isthmus dan lobus lateral. Pada
pemeriksaan ini, pemeriksa pada posisi sebelah kanan, agak(tidak
persis) di belakang penderita dan palpasi dilakukan dari kanan
belakang penderita.Raba dengan jari-jari kedua tangan. Yang dinilai :
1. Bentuk
2. Jumlah (multiple/soliter)
3. Ukuran (pjg x lbr x tinggi)
4. Konsistensi (lunak/keras)
5. Nyeri tekan (+/-)
6. Dapat digerakkan dari dasar (+/-)
7. Infiltrasi ke jaringan sekitarnya (+/-)
Auskultasi :
Auskultasi kelenjar tiroid untuk menentukan adanya vaskularisasi
yang ditandai dengan adanya bising +/-.Pada pemeriksaan ini,
pemeriksa berhadapan dengan penderita atau penderita tidur
terlentang dan diauskultasi dengan menggunakan diafragma
stetoskop.
Tanda-Tanda Hipertiroid :
Tremor halus (fine tremor)
Cara memeriksa tremor halus : Kedua tangan penderita diluruskan
ke depan dan kertas diletakkan di atasnya, ujung jari-jari akan
menunjukkan tremor halus yang jelas pada kertas.
Tes proximal myopati
Penderita pada posisi duduk, kemudian satu kaki diangkat
dipertahankan selama satu menit.
Pembertons sign : bila kedua tangan diangkat ke atas, struma
akan menekan vasa sehingga akan terbentuk bendungan darah di
daerah muka dan otak, sehingga penderita pusing-pusing sampai
sinkop.
Page 27
1. Exoptalmus : bulbus oculi menonjol keluar
2.Stellwags sign : mata jarang berkedip
3.Von graefes sign : jika melihat ke bawah maka palpebra superior
sukar atau sama sekali tidak dapat mengikuti bulbus oculi,
sehingga sclera bagian atas daapt dilihat dengan jelas antara
palpebra superior dan kornea.
4.Moebius sign : sukar mengadakan atau menahan konvergensi
(kelemahan akomodasi)
5.Jofroys sign : tidak dapat mengerutkan dahi jika melihat ke atas
6.Rosenbach sign : tremor dari palpebra jika mata tertutup
7.Darlimpe : retraksi kelopak mata atas (membelalak)
Index Wayne :
Gejala Skor Tanda Skor
Ya/tidak ya/tidak
Sesak bila bekerja +1 Kelenjar tiroid +3/-3
teraba
Berdebar-debar +2 Bising kelenjar +2/-2
tiroid
Kelelahan +2 Exopthalmus +2
Lebih suka udara panas -5 Kelopak mata +1
tertinggal
Lebih suka udara dingin +5 Gerakan +4/-2
hiperkinetik
Keringat berlebihan +3 Tangan panas +2/-2
Kegugupan/kegelisahan +2 Tremor halus +1
jari
Nafsu makan bertambah +3 Tangan basah +1/-1
Nafsu makan berkurang -3 Fibrilasi atrium +4
BB naik -3 Nadi teratur :
BB turun +3 < 80x/mnt -3
80-90 x/mnt 0
> 90 x/mnt +3
Jumlah Jumlah
Keterangan :
Nilai <10 : Eutiroid, nilai 10 19 : meragukan, nilai > 20 : Hipertiroid
Page 28
Index New Castle
Keterangan Grade Skor
Usia 15-24 0
25-34 +4
35-44 +8
45-54 +12
>55 +16
Gangguan jiwa Ada / tidak ada -5/0
Keragu-raguan Ada / tidak ada -3/0
Kegelisahan Ada / tidak ada -3/0
Nafsu makan meningkat Ada / tidak ada +5/0
Struma Ada / tidak ada +3/0
Bising kelenjar tiroid Ada / tidak ada +18/0
Eksopthalmus Ada / tidak ada +9/0
Kelopak mata tertinggal Ada / tidak ada +2/0
Tremor halus jari Ada / tidak ada +7/0
Rata-rata nadi permenit > 90 +16
80-90 +8
< 80 0
Keterangan :
Nilai : (-11) - (+23) : Eutiroid
Nilai : (+24) (+39) : meragukan
Nilai : (+40) (+80) : Hipertiroid
Skenario 1 :
Seorang laki-laki 30 tahun, BB 45kg, datang dengan keluhan
gondoknya semakin lama semakin membesar disertai sesak bila
melakukan aktifitas, berdebar-debar dan berat badan dirasakan
semakin turun. Kata istrinya akhir-akhir ini penderita gampang
tersinggung.
Tentukan status gondok penderita apakah eutiroid atau hipertiroid
dengan menggunakan index Wayne atau New Castle.
Page 29
Skenario 2 :
Seorang perempuan, umur 45 tahun, BB 90 kg, datang ke dokter
dengan riwayat 2 tahun yang lalu pernah berobat ke RS dikatakan
sakit gondok dan dilakukan operasi tiroidektomi. Pasien mengeluh
akhir akhir ini penderita merasakan badan tidak enak, BAB sulit
dan BB semakin bertambah. Tentukan status hipotiroid penderita
post tiroidektomi dengan Index Billewicks.
Index Billewicks.
Keterangan Skor ada/tidak ada Skor
Keluhan :
Keringat sedikit Ada / tidak ada +6/-2
Kulit kering Ada / tidak ada +3/-6
Tidak tahan dingin Ada / tidak ada +4/-5
BB bertambah Ada / tidak ada + 1 / -1
Konstipasi Ada / tidak ada + 2 / -1
Suara serak Ada / tidak ada +4/-6
Kesemutan Ada / tidak ada +5/-1
Pendengaran Ada / tidak ada +2/-1
berkurang
Tanda :
Gerakan lambat Ada / tidak ada + 11 / - 3
Kulit Kasar Ada / tidak ada +7/-7
Kulit dingin Ada / tidak ada +3/-2
Udem perianal Ada / tidak ada +4/-6
Nadi < 60 x / menit Ada / tidak ada +4/-4
Reflek tendo achiles Ada / tidak ada + 15 / - 6
melambat
Keterangan :
Nilai : + 19 : Hipotiroid
Nilai 24 19 : meragukan
Nilai 24 : Eutiroid
Page 30
Lembar Check list Penilaian Anamnesis dan Pemeriksaan Tiroid
No Aspek yang dinilai Nilai
Komunikasi 0 1 2 3
1 Mengucapkan salam (assalamualaikum) dan
memperkenalkan diri
2 Menanyakan identitas
3 Menanyakan keluhan utama
4 Menanyakan riwayat penyakit sekarang, meliputi :
1. Lokasi
2. Onset
3. Kualitas
4. Kuantitas
5. Kronologis
6. Factor yg memperberat dan memperingan
7. Gejala penyerta
5 Menanyakan riwayat penyakit dahulu dan factor risiko yg
berhubungan dengan penyakit sekarang
6 Menanyakan riwayat pengobatan yang sudah dilakukan
7 Menanyakan riwayat penyakit keluarga
8 Menanyakan riwayat social ekonomi
9 Menyimpulkan dan memberikan kemungkinan diagnosis
penyakit
10 Memberikan nasihat sehubungan dengan
prognosis/merujuk penderita/anjuran pemeriksaan
penunjang yang dimungkinkan atau menghindari factor
risiko
Pemeriksaan Fisik
1. Mengucapkan salam, menjelaskan kepada penderita
tentang apa yang akan dilakukan serta membaca
basmalah sebelum melakukan pemeriksaan
2. Mempersilakan penderita untuk berbaring atau duduk
3. Cuci tangan sebelum melakukan pemeriksaan
4. Inspeksi :
1. Amati gerakannya pada saat menelan (simetris/tidak)
2. Warna
Page 31
3. Tekstur permukaan (tampak licin/keras/kering)
4. Struma terlihat/tidak
5. Jaringan parut
5. Palpasi :
1. Bentuk
2. Jumlah (multiple/soliter)
3. Ukuran (pjg x lbr x tinggi)
4. Konsistensi (lunak/keras)
5. Nyeri tekan (+/-)
6. Dapat digerakkan dari dasar (+/-)
7. Infiltrasi ke jaringan sekitarnya (+/-)
6. Auskultasi
7. Pemeriksaan tanda-tanda hipertiroid (bila hipertiroid) :
Tremor halus (fine tremor)
Tes proximal myopati
Kelainan pada mata
Exoptalmus
Stellwags sign
Von graefes sign
Moebius sign
Jofroys sign
Rosenbach sign
Darlimpe
Pembertons sign
8. Menentukan status penderita menggunakan indeks
Wayne dan New Castle atau Billewicks
9. Mengucapkan hamdalah setelah melakukan pemeriksaan
dan menyimpulkan hasilnya
Jumlah
Keterangan :
0 = tidak dilakukan :
1 = dilakukan, < 50% benar ;
2 = dilakukan >50% benar
3 = dilakukan dengan sempurna
Penilaian ketrampilan : ( skor seluruh aspek yg dinilai) x 100
maksimal skor
Page 32
Lembar Kerja I
Anamnesis dan Pemeriksaan Kasus Tiroid (Pertemuan 1)
A. Tempat : Ruang Skill lab
B. Peralatan : set pemeriksaan dewasa
C. Pasien Simulasi : 1 laki-laki/kelompok
D. Kegiatan :
1. Trainer menunjuk salah satu mahasiswa untuk feedback and
reflection dengan cara memberi kesempatan kepada salah
seorang mahasiswa untuk mencoba topik ketrampilan
pemeriksaan anamnesis dan pemeriksaan kasus tiroid kepada
pasien simulasi. Setelah itu memberi motivasi kepada
mahasiswa tentang pentingnya topik yang akan dipelajari.
Waktu 30 menit.
2. Trainer memberikan penjelasan, koreksi, dan contoh tentang
topic yang akan dipelajari. Waktu 30 menit.
3. Memberikan kesempatan mahasiswa untuk mencoba
ketrampilan dengan membentuk kelompok kecil mahasiswa
yang terdiri dari 3 orang per kelompok. Masing-masing
melakukan ketrampilan anamnesis dan pemeriksaan kasus
tiroid secara bergantian, dengan 1 orang sebagai Dokter, 1
sebagai Pasien dan 1 sebagai pengamat (membawa checklist).
Waktu 60 menit.
4. Trainer memberikan tanggapan dan arahan di masing-masing
kelompok.
Lembar Kerja 2
Anamnesis dan Pemeriksaan Kasus Tiroid(Pertemuan 2)
A. Tempat : Ruang Skill lab
B. Peralatan : set pemeriksaan dewasa
C. Pasien simulasi : 1 laki-laki/kelompok
D. Kegiatan :
1. Mahasiswa membacakan refleksi diri masing-masing. Waktu 10
menit.
Page 33
2. Memberikan kesempatan mahasiswa untuk memperbaiki hasil
refleksinya dengan membentuk kelompok kecil mahasiswa
yang terdiri dari 3 orang per kelompok. Masing-masing
melakukan ketrampilan anamnesis dan pemeriksaan kasus
tiroid secara bergantian, dengan 1 orang sebagai Dokter, 1
sebagai Pasien dan 1 sebagai pengamat (membawa checklist).
Waktu 90 menit.
3. Trainer memberikan tanggapan dan arahan di masing-masing
kelompok.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudoyo A. W., Setiyohadi B., Alwi I., Setiati S., dll. Editor. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Edisi IV. Pusat penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI. Jakarta : Juni 2006.
2. Bagian Ilmu Penyakit dalam FK Unissula. Skill lab Ilmu penyakit
Dalam. Semarang, 2007.
Page 34
Page 35
Page 36
TOPIK 3 :
Page 37
3. Nomor kode dimasukkan dengan menekan dan menahan tombol
c, selanjutnya menekan tombol > dan nomor kode akan
bertambah.
4. Tombol > ditekan dan dilepaskan sampai diperoleh nomor kode
yang sama dengan nomor pada tabung strip dengan tetap
menekan tombol c. Untuk mengubah kode dengan cepat : tombol
c dan > ditekan dan ditahan sampai nomor yang dikehendaki, lalu
lepaskan.
5. Bila nomor kode alat sudah sama dengan nomor pada tabung
strip, pemeriksaan dapat dilanjutkan. Nomor kode akan
tersimpan dalam alat.
Prosedur Pengukuran
Page 38
4. Sampel darah ditempelkan pada strip. Darah akan terserap
secara otomatis ke dalam strip. Pastikan strip terisi penuh. Alat
akan segera mengukur dengan menghitung mundur dari angka
11 sampai 1.
5. Tunggu 11 detik untuk memperoleh hasil pengukuran. Hasil akan
tersimpan otomatis di dalam alat.
6. Strip dilepasksan dengan cara menarik strip keluar dan dibuang.
7. Alat siap untuk melakukan pengukuran berikutnya. Jika tidak
meakukan pengukuran lagi, alat dimatikan dengan menekan
tombol power atau diamkan saja karena alat akan mati sendiri
secara otomatis dalam waktu 3 menit.
Catatan : sebelum pemeriksaan sampel, lakukanlah
pemeriksaan terhadap kadar glukosa cairan kontrol yang telah
disediakan untuk memastikan reagen/alat baik, dan prosedur sudah
dilakukan dengan benar. Kadar glukosa cairan kontrol harus berada
dalam rentang 2 SD terhadap rerata kadar glukosa yang sudah
ditetapkan terhadap cairan kontrol.
Jika kadar glukosa cairan kontrol 3 SD, pemeriksaan
terhadap sample tidak dapat dilanjutkan. Lakukanlah terlebih dahulu
pengecekan terhadap kemungkinan kesalahan terhadap reagen/alat
dan prosedur. Setelah itu ulangi lagi pemeriksaan terhadap cairan
kontrol, jika nilai yang didapatkan masih 3 SD, lakukanlah
kalibrasi terhadap alat.
Pemeliharaan Alat :
1. Alat disimpan dalam ruangan pada suhu 0-400C dengan
kelembaban <85% dan dihindarkan dari sinar matahari
langsung.
2. Kebersihan alat dijaga dan jangan diletakkan alat pada tempat
yang panas dan lembab (misalnya dalam mobil, kamar mandi)
3. Alat jangan sampai terjatuh.
4. Hindari dari masuknya air, darah, debu atau kotoran pada lubang
untuk memasukkan strip.
Page 39
5. Bila perlu dibersihkan, gunakan isopropyl alcohol atau deterjen
ringan.
Tabel. Harga Normal Kadar Gula darah
Page 40
Pemberian Insulin
Pengertian
Pemberian hormon insulin eksogen untuk mengganti defisiensi
hormon insulin dalam tubuh agar dapat mengontrolkadar gula darah
Indikasi :
1.Pasien DM type 1
2. pasien DM type 2 yang tidak responsive dengan terapi lain
3.DM dengan stress fisik berat
4.DM gestasional
5. Ketoasidosis
6. Koma hiperosmoler non ketotik
7. Alergi OHO
8.gangguan fungsi hati dan ginjal berat
Page 41
Dosis inisial insulin
Page 42
Teknik Penyuntikan Insulin
Berikut bagian-bagian pen insulin :
Page 43
2. Memasang jarum
Pasang jarum
Buka penutup luar dan dalam jarum (jangan dibuang)
Page 44
4. Mengatur dosis
5. Melakukan injeksi
Page 45
lapisan lemak tepat di bawah kulit dan jaringan otot yang ada
dibawahnya (jaringan subkutis). Di tubuh, jaringan-jaringan
seperti itu ada di bagian atas dan luar lengan, di pinggul, di
atas pinggang belakang, di perut kecuali daerah sekitar pusar
dan pinggang
Page 46
Suntikkan secara tegak lurus (90 derajat) dengan menekan tombol push-
button. Disuntikkannya sambil diliat dosisnya sudah mencapai 0 atau
belum.
Page 47
Setelah dicabut jarumnya, tidak usah diusap-usap, karena tidak ada
darah yang keluar.
Buka jarum dan penutup jarum kemudian buang.
.
Perlu diperhatikan daerah mana saja yang dapat dijadikan
tempat menyuntikkan insulin. Bila kadar glukosa darah tinggi,
Page 48
sebaiknya disuntikkan di daerah perut dimana penyerapan akan lebih
cepat. Namun bila kondisi kadar glukosa pada darah rendah,
hindarilah penyuntikkan pada daerah perut.
Secara urutan, area proses penyerapan paling cepat adalah dari
perut, lengan atas dan paha. Insulin akan lebih cepat diserap apabila
daerah suntikkan digerak-gerakkan. Penyuntikkan insulin pada satu
daerah yang sama dapat mengurangi variasi penyerapan.
Penyuntikkan insulin selalu di daerah yang sama dapat
merangsang terjadinya perlemakan dan menyebabkan gangguan
penyerapan insulin. Daerah suntikkan sebaiknya berjarak 1inchi (+
2,5cm) dari daerah sebelumnya.
Lakukanlah rotasi di dalam satu daerah selama satu minggu, lalu
baru pindah ke daerah yang lain.
Bila proses penyuntikkan terasa sakit atau mengalami
perdarahan setelah proses penyuntikkan, maka daerah tersebut
sebaiknya ditekan selama 5-8 detik. Untuk mengurangi rasa sakit
pada waktu penyuntikkan dapat ditempuh usaha-usaha sebagai
berikut:
1. Menyuntik dengan suhu kamar
2. Pastikan bahwa dalam alat suntik tidak terdapat gelembung
udara
3. Tunggulah sampai alkohol kering sebelum menyuntik
4. Usahakanlah agar otot daerah yang akan disuntik tidak tegang
5. Tusuklah kulit dengan cepat
6. Jangan merubah arah suntikkan selama penyuntikkan atau
mencabut suntikan
7. Jangan menggunakan jarum yang sudah tampak tumpul
Page 49
Jenis alat suntik (syringe) insulin
1. Siring (syringe) dan jarumSiring dari bahan kaca sulit
dibersihkan, mudah pecah dan sering menjadi kurang
akurat.Siring yang terbaik adalah siring yang terbuat dari plastik
sekali pakai. Walaupun banyak pasien diabetes yang
menggunakan lebih dari sekali pakai, sangat disarankan hanya
dipakai sekali saja setelah itu dibuang.
2. Pena insulin (Insulin Pen). Siring biasanya tertalu merepotkan
dan kebanyakan pasien diabetes lebih suka menggunakan
penainsulin. Alat ini praktis, mudah dan menyenangkan karena
nyaris tidak menimbulkan nyeri. Alat ini menggabungkan semua
fungsi didalam satu alat tunggal.
3. Pompa insulin (insulin pump) diciptakan untuk mneyediakan
insulin secara berkesinambungan. Pompa harus disambungkan
kepada pasien diabetes (melalui suatu tabung dan jarum). Gula
Page 50
(Glucose) darah terkontrol dengan sangat baik dan sesuai dengan
kebutuhan.
Page 51
Lembar Kerja I
Anamnesis dan Pemeriksaan Kasus DM (Pertemuan 1)
Lembar Kerja 2
Anamnesis dan Pemeriksaan Kasus DM (Pertemuan 2)
Page 52
- Lancet
- Pen insulin
- Pasien simulasi : -
- Kegiatan :
1. Mahasiswa membacakan refleksi diri masing-masing. Waktu 10
menit.
2. Memberikan kesempatan mahasiswa untuk memperbaiki hasil
refleksinya dengan melakukan pemeriksaan kepada pasien
simulasi secara bergantian, dan dengan membentuk kelompok
kecil mahasiswa yang terdiri dari 3 orang per kelompok.
Masing-masing melakukan ketrampilan yang dipelajari secara
bergantian, dengan 1 orang sebagai Dokter, 1 sebagai Pasien
dan 1 sebagai pengamat (membawa checklist). Waktu 90 menit.
3. Trainer memberikan tanggapan dan arahan di masing-masing
kelompok.
Page 53
9. Mengucapkan terima kasih kepada pasien
10. Mematikan alat
Penyuntikan Insulin
1. Cuci tangan/menggunakan alkohol 70%
2. Tutup vial insulin harus diusap dengan cairan alkohol
70%.
3. Untuk semua insulin, kecuali insulin kerja cepat, harus
digulung-gulung secara perlahan-lahan denga kedua
telapak tangan. Hal ini bertujuan untuk melarutkan
kembali suspensi. (Jangan dikocok).
4. Ambillah udara sejumlah insulin yang akan diberikan. Lalu
suntikkanlah ke dalam vial untuk mencegah terjadi ruang
vakum dalam vial. Hal ini terutama diperlukan bila akan
dipakai campuran insulin.
5. Setelah insulin masuk ke dalam alat suntik, periksa
apakah mengandung gelembung atau tidak. Satu atau dua
ketukan pada alat suntik dalam posisi tegak akan dapat
mengurangi gelembung tersebut.
6. Penyuntikan dilakukan pada jaringan bawah kulit
(subkutan). Pada umumnya suntikan dengan sudut 90
derajad. Pada pasien kurus dan anak-anak, kulit dijepit
dan insulin disuntikkan dengan sudut 45 derajat agar
tidak terjadi penyuntikkan otot (intra muskular).
7. Mengucapkan hamdalah setelah melakukan pemeriksaan dan
menyimpulkan hasilnya
Jumlah
Keterangan :
0 = tidak dilakukan :
1 = dilakukan, < 50% benar ;
2 = dilakukan >50% benar
3 = dilakukan dengan sempurna
Penilaian ketrampilan : ( skor seluruh aspek yg dinilai) x 100
maksimal skor
Page 54
DAFTAR PUSTAKA
Page 55
TOPIK 4
PAP SMEAR DAN PEMASANGAN IUD
Pertemuan 1
PAP SMEAR
TUJUAN
Tujuan Intuksional Umum ( TIU ) :
mahasiswa mampu melakukan teknik pemeriksaan Pap Smear
dengan benar.
Tujuan Intrusional Khusus ( TIK ) :
1. Mahasiswa mampu mengetahui tujuan dan indikasi pemeriksaan
Pap Smear.
2. Mahasiswa mampu melakukan dan menerapkan pemeriksaan Pap
Smear pada kasus-kasus tertentu dengan benar.
3. Mahasiswa mampu menerapkan prinsip asepsis antisepsis dengan
benar
Dasar Teori
Pap Smear merupakan pemeriksaan sederhana yang
dikembangkan oleh Dr. George N. Papanicalaou untuk penapisan
awal dari gejala kanker leher rahim. Pap smear merupakan
pemeriksaan sitologi eksfoliative dengan memeriksa sel-sel epitel
cervix yang lepas. Pemeriksaan ini lebih mudah, murah, sederhana,
aman dan akurat. Di negara maju, skrinning Pap Smearterbukti dapat
menemukan lesi prakanker, menurunkan insiden dan menurunkan
angka kematian akibat kanker serviks sampai 70-80%.
Tujuan tes Pap adalah menemukan sel abnormal atau sel yang
dapat berkembang menjadi kanker termasuk infeksi HPV. Kanker
serviks merupakan penyakit menular seksual, bila penyakit
prakanker/ displasia ditemukan lebih dini kemungkinan angka
penyembuhan mencapai 80-90 % tergantung beratnya lesi dan cara
pengobatannya.
Kapan Melakukan Pap Smear?
Pemeriksaan Pap Smear dilakukan paling tidak setahun sekali
bagi wanita yang sudah menikah atau yang telah melakukan
Page 56
hubungan seksual. Para wanita sebaiknya memeriksakan diri sampai
usia 70 tahun.
Pap Smear dapat dilakukan kapan saja, kecuali pada masa haid.
Persiapan pasien untuk melakukan Pap Smear adalah tidak sedang
haid, tidak coitus 1 3 hari sebelum pemeriksaan dilakukan dan tidak
sedang menggunakan obat obatan vaginal.
Alur Pemeriksaan Pap Smear
Pengambilan sampel dapat dilakukan oleh dokter umum, dokter
spesialis maupun bidan/ para medis.Sedangkan yang memproses
sampel adalah analis/ teknisi laboratoriun dan yang mendiagnosa
hasil adalah ahli patologi anatomi (dokter spesialis PA).
Sampel / Bahan yang Diperiksa
Bahan yang dapat dijadikan sampel adalah dari cervical/ vaginal
smear, sputum, bronchial washing/ brushing, nasopharyngeal smear/
washing/ brushing, urin, cairan lambung/ pleura/ ascites/ sendi,
liquor cerebrospinal, aspirat AJH, inprint neoplasma. Sampel yang
biasa digunakan adalah dari cervical/ vaginal smear.
Sarana Prasarana yang Diperlukan dalam Pap Smear
Sarana prasarana yang diperlukan dalam pemeriksaan pap smear
antara lain :
Ruangan khusus
Meja ginekologi
Tenaga ahli dan terampil
Spekulum steril
Peralatan yang menunjang untuk pemeriksaan pap smear (spatula,
cytobrush, obyek glass, cairan untuk fiksasi, tabung fiksasi,
mikroskop)
Alat tulis (misal spidol marker, label, pensil)
Formulir pap smear, medical records
Laboratorium sitologi dengan petugas terampil/ ahli dalam
menginterpretasikan hasil
Transportasi pengiriman hasil pap smear
Page 57
Sistem informasi untuk meyakinkan klien dalam melakukan
kunjungan ulang, kualitas sistem asuransi untuk memaksimalkan
keakuratan.
Fiksasi Sampel
Fiksasi sampel adalah cara mengawetkan sampel dengan bahna kimia
tertentu agar sel yang terkandung dalam sampel tidak rusak/ lisis.
Bahan kimia untuk fiksasi antara lain : alkohol 96 %, alkohol 70 %,
methanol, alkohol 50 %, either alkohol 95 %. Bahan kimia yang
biasa digunakan untuk fiksasi sampel adalah alkohol 96%.
Alat Pengambilan Sampel
Alat pengambilan sampel untuk pap smear dengan menggunakan
spatula yang dapat terbuat dari kayu maupun plastik. Jenis spatula
antara lain : cervix brush, cytobrush, plastic spatula, maupun wooden
spatula.
Teknik pemeriksaan Pap smear
Dua hari menjelang pemeriksaan, ibu dilarang melakukan
senggama maupun memakai obat-obatan yang dimasukkan ke
dalam liang senggama.
Waktu yang baik untuk pemeriksaan adalah beberapa hari setelah
selesai menstruasi.
Terlebih dahulu mengisi informed consent dan formulir Pap Smear
secara lengkap dan sesuaikan dengan nomor urut pengambilan.
Ibu dalam posisi litotomi, pasang spekulum vagina tanpa
menggunakan pelicin, dan tanpa melakukan periksa dalam
sebelumnya.
Setelah portio tampak, maka spatula dimasukkan ke dalam kanalis
servikalis dan permukaan cerviks, lalu spatula diputar 360 searah
jarum jam.
Lendir yang didapat dioleskan pada objek glass berlawanan arah
jarum jam.
Apusan hendaknya dilakukan sekali saja, lalu difiksasi atau
direndam dalam larutan alkohol 96% selama 30 menit.
Page 58
Sediaan dapat dikirim secara basah (tetap direndam dalam
alkohol) atau dikirim secara kering dengan mengeringkan sediaan
setelah direndam dalam alkohol.
Selanjutnya sediaan tadi dikirim ke Ahli Patologi Anatomi untuk
diperiksa.
Hal yang Harus Diperhatikan dalam Pembuatan Sediaan Apus
Hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan sediaan apus adalah
membuat sediaan apusan tipis merata; segera fiksasi sesuai metode
pewarnaan PAP; membuat sediaan sedikit mungkin mengandung
darah; menjaga kebersihan obyek glass yang digunakan; menghindari
bahan kimia yang merusak sel; menyiimpan ditempat yang bersih,
kering dan aman; memberi label pada obyek glas yang digunakan.
Page 59
Pemeriksaan tes Pap dilakukan setelah 2 tahun aktif dalam
aktifitas seksual.
Interval penapisan. Wanita dengan tes Pap negatif berulang kali
diambil setiap 2 tahun, sedang wanita dengan kelainan atau hasil
abnormal perlu evaluasi lebih sering.
Pada usia 70 tahun atau lebih tidak diambil lagi dengan syarat
hasil 2 kali negatif dalam 5 tahun terakhir.
Daftar Pustaka
Page 60
Lembar Kerja I
PAP SMEAR (Pertemuan 1)
Page 61
Page 62
Checklist Teknik Pap Smear
Page 63
Penilaian ketrampilan : ( skor seluruh aspek yg dinilai) x 100
maksimal skor
Page 64
Pertemuan 2
PEMASANGAN IUD
TUJUAN
Tujuan Intuksional Umum ( TIU ) :
Mahasiswa mampu melakukan teknik pemasangan IUD dengan
benar.
Tujuan Intrusional Khusus ( TIK ) :
1. Mahasiswa mampu mengetahui tujuan, indikasi dan kontra
indikasi pemasangan IUD dan implan.
2. Mahasiswa mampu melakukan pemasangan IUD dengan benar.
3. Mahasiswa mampu mengetahuidan menjelaskan teknik
pemasangan implan dengan benar.
4. Mahasiswa mampu menerapkan teknik komunikasi yang benar
pada prosedur pemasangan IUD.
Pendahuluan
Macam-Macam Metode Kontrasepsi :
I. Metode Sederhana
1. Tanpa KB
a) KB Alamiah = Natural Family Planning / Fertility Awareness
Methods, Periodik Abstinens / Metode Rhytem / Pantang
Berkala
Metode Kalender (Ogino-Knaus)
Metode suhu badan basal (Termal)
Metode lendir serviks (Billings)
Metode simpto-termal
b) Coitus interruptus
2. Dengan alat
a) Mekanis (barrier)
Kondom pria
Barrier intra vaginal : Diafragma, kap serviks, spons, kondom
wanita
Page 65
b) Kimiawi : Spermisid (vaginal cream, foam, jelly, suppositoria,
tablet/busa, soluble film)
II. Metode Modern
1. Kontrasepsi Hormonal
a) Per oral : pil oral kombinasi (POK), mini pil, morning after pil
b) Injeksi/suntikan : DMPA, NET-EN, Microspheres,
Microcapsules
c) Sub kutis : implant (alat kontrasepsi bawah kulit = AKBK)
Implant non biodegradable (norplant, norplant-2, ST-1435,
implanon)
Implant biodegradable (Capronor, Pellets)
2. Intra Uterine Devices (IUD, AKDR)
3. Kontrasepsi mantap :
a) Pada wanita :
Penyinaran : Radiasi sinar x, Radium, Cobalt, sinar laser,
dll.
Operatif (MOW) : Ligasi tuba fallopii, elektrokoagulasi tuba
fallopii, fimbriektomi, salpingektomi, ovarektomi bilateral,
histerektomi, fimbriotexy (fimbrial cap), ovariotexy
Penyumbatan tuba fallopii secara mekanis :
Penjepitan tuba fallopii : Hemoclip, tubal band/falope
ring/yoon band, spring loaded clip, filshie clip
Solid plugs (intra tubal devices) : solid silastric intra
tubal device, polyethylene plug, ceramic and proplast
plugs, Dacron and Teflon plugs
Penyumbatan tuba fallopii secara kimiawi : phenol
(carbonic acid) compounds, quinacrine, methyl-2-
cyanoacrylate (MCA), Ag-nitrat, gelatin-resorcinol
formaldehyde (GRF), ovabloc
b) Pada pria :
Operatif (MOP) : vasektomi/vasektomi tanpa pisau (VTP)
Penyumbatan vas deferens secara mekanis : vaso-clips,
plugs, intra vas devices, vas values
Page 66
Penyumbatan vas deferens secara kimiawi : quinacrine,
ethanol, Ag-nitrat
Penapisan Klien
Tujuan utama penapisan klien sebelum pemberian suatu metode
kontrasepsi (misalnya pil KB, suntikan atau AKDR) adalah untuk
menentukan apakah ada :
Kehamilan
Keadaan yang membutuhkan perhatian khusus
Masalah (misalnya diabetes atau tekanan darah tinggi) yang
membutuhkan pengamatan dan pengelolaan lebih lanjut
Untuk sebagian besar klien keadaan ini bisa diselesaikan
dengan cara anamnesis terarah, sehingga masalah utama dapat
dikenali atau kemingkinan hamil dapat disingkirkan. Tanyakan
kepada klien hal-hal di bawah ini, bila semua jawaban klien adalah
tidak, klien yang bersangkutan bisa memakai metode yang
diinginkannya.
Page 67
6. Anemia yang berat (Hb < 9 g% atau
Hematokrit < 27)
7. Riwayat infeksi saluran kemih (ISK), infeksi
menular seksual (IMS) atau infeksi panggul
8. Berganti-ganti pasangan
9. Kanker serviks
Pemeriksaan Fisik
10. Tanyakan pada klien apakah sudah
mengosongkan kandung kemihnya
11. Jelaskan apa yang akan dilakukan dan
persilakan klien untuk mengajukan
pertanyaan
12. Cuci tangan dengan air dan sabun, keringkan
dengan kain bersih
Mengawali pemeriksaan dengan bismillah
13. Palpasi daerah perut dan periksa apakah ada
nyeri, tumor atau kelainan lainnya di daerah
supra pubik
Pemeriksaan Panggul
14. Bantulah klien untuk berbaring dalam posisi
litotomi
15. Jelaskan pada klien mengenai pemeriksaan
panggul yang akan dilakukan
16. Kenakan kain penutup pada klien untuk
pemeriksaan panggul
17. Pakai sarung tangan baru (sekali pakai) atau
sarung tangan (pakai ulang) yang steril atau
DTT
18. Atur peralatan dan bahan-bahan yang akan
dipakai dalam tempat (kontainer) steril atau
DTT
19. Siapkan lampu periksa yang terang untuk
melihat serviks
20. Lakukan inspeksi pada genitalia eksterna
Page 68
21. Masukkan spekulum vagina dengan benar
22. Lakukan pemeriksaan spekulum :
Periksa adanya lesi atau keputihan pada
vagina
Inspeksi serviks dan uretra
Ambil bahan dari vagina dan serviks untuk
pemeriksaan mikroskopik bila ada indikasi
(dan bila ada fasilitas pemeriksaan)
23. Keluarkan spekulum dengan hati-hati dan
letakkan kembali pada tempat semula
24. Lakukan pemeriksaan bimanual :
Pastikan gerakan serviks bebas
Tentukan besar dan posisi uterus
Pastikan tidak ada tanda kehamilan
Pastikan tidak ada infeksi atau tumor pada
adnexa
25. Lakukan pemeriksaan rektovaginal bila ada
indikasi (kesulitan menentukan besar uterus
retroversi, adanya tumor pada cavum
douglassi)
26. Buka sarung tangan sekali pakai dan buang ke
tempat sampah yang sudah ditentukan (untuk
sarung tangan pakai ulang rendam dalam
larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi)
27. Diakhiri dengan ucapan alhamdulillah dan
terimakasih atas kerjasamanya serta
menyampaikan hasil dan tindak lanjut bila
perlu.
Pemeriksaan Mikroskopik (bila ada
indikasi dan tersedia)
1. Lakukan pemeriksaan dengan kertas pH
(lakmus)
2. Lakukan pemeriksaan dengan larutan saline
Page 69
dan KOH
3. Identifikasi :
Sel epitel vagina
Trichomoniasis (bila ada)
Moniliasis (bila ada)
Clue cells (bila ada)
4. Lakukan pemeriksaan dengan pengecatan
Gram dan identifikasi :
Leukosit
Gram negatif diplokokus intraselular
Page 70
Setelah lengan melipat hingga menyentuh
tabung inserter (tangan kiri tetap menahan
posisi lengan tersebut), tarik tabung inserter
sampai bawah lipatan lengan
Angkat sedikit tabung inserter, dorong dan
putar untuk memasukkan ujung lengan IUD
yang sudah terlipat tersebut ke dalam tabung
inserter
4. Lampu periksa dipasang dan dinyalakan
5. Pakai kembali sarung tangan (steril atau DTT)
yang baru
6. Mengawali tindakan dengan bismillah
7. Pasang spekulum vagina untuk melihat serviks
8. Usap vagina dan serviks dengan larutan
antiseptik (misalnya povidon iodine 10%) 2
sampai 3 kali
9. Jepit serviks dengan tenakulum (pada posisi
pukul 12) secara hati-hati
10. Masukkan sonde uterus dengan teknik tidak
menyentuh (no touch technique) yaitu secara
hati-hati memasukkan sonde ke dalam rongga
uterus dengan sekali masuk tanpa menyentuh
vagina ataupun bibir speculum
11. Tentukan posisi dan kedalaman rongga uterus
12. Keluarkan sonde dan ukurkan kedalaman
rongga uterus pada tabung inserter yang masih
berada di dalam kemasan sterilnya dengan
menggeser leher biru pada tabung inserter,
kemudian buka seluruh plastik penutup
kemasan
13. Keluarkan inserter dari tempat kemasannya
tanpa menyentuh permukaan yang tidak steril
(no touch technique), hati-hati jangan sampai
pendorongnya terdorong (lengan IUD akan lepas
Page 71
dari inserter) atau pendorongnya terjatuh
14. Pegang inserter sedemikian sehingga leher biru
dalam posisi horizontal (sejajar arah lengan
IUD), kemudian masukkan tabung inserter
secara hati-hati (no touch technique) ke dalam
uterus sampai leher biru tersebut menyentuh
serviks atau sampai terasa adanya tahanan
15. Pegang serta tahan tenakulum dan pendorong
dengan satu tangan
16. Lepaskan lengan IUD dengan menggunakan
teknik withdrawal yaitu menarik keluar tabung
inserter sampai pangkal pendorong dengan
tetap menahan pendorong (pendorong tidak
boleh bergerak)
17. Keluarkan pendorong dari tabung inserter,
kemudian inserter didorong kembali ke serviks
sampai leher biru menyentuh serviks atau
terasa adanya tahanan (langkah ini akan
menempatkan kedua lengan IUD tepat di ujung
kavum uteri)
18. Keluarkan sebagian dari tabung inserter dan
gunting benang IUD kurang lebih 3-4 cm dari
serviks
19. Keluarkan seluruh tabung inserter
20. Lepaskan tenakulum dengan hati-hati
21. Periksa serviks, dan bila ada perdarahan dari
tempat bekas japitan tenakulum, tekan dengan
kasa selama 30-60 detik
22. Keluarkan spekulum dengan hati-hati
23. Tindakan Pasca Pemasangan
24. Rendam seluruh peralatan yang sudah dipakai
dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
untuk dekontaminasi
25. Buang bahan-bahan yang sudah tidak dipakai
Page 72
lagi (kasa, sarung tangan sekali pakai) ke tempat
yang sudah disediakan. Untuk sarung tangan
pakai ulang celupkan kedua tangan yang masih
memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin
0,5%, kemudian lepaskan dengan cara
membeliknya dan rendam dalam larutan klorin
tersebut
26. Cuci tangan dengan air dan sabun, keringkan
dengan kain atau handuk bersih
27. Buat rekam medik dan lengkapi kartu IUD untuk
klien. Lakukan pencatatan pada buku
register/catatan akseptor.
28. Diakhiri dengan ucapan alhamdulillaah dan
terimakasih atas kerjasamanya serta
mendoakan semoga berhasil baik.
Pencabutan IUD
Pencabutan IUD
Kegiatan Score
0 1 2 3
Tindakan Pra Pencabutan
1. Jelaskan apa yang akan dilakukan dan persilakan
klien untuk mengajukan pertanyaan
2. Persiapkan peralatan yang diperlukan
3. Cuci tangan dengan air dan sabun
4. Lampu periksa dipasang dan dinyalakan
Tindakan Pencabutan
5. Mengawali tindakan dengan bismillah
6. Pakai sarung tangan baru (sekali pakai) atau
sarung tangan (pakai ulang) yang steril atau DTT
dengan cara aseptic
7. Pasang spekulum vagina untuk melihat serviks
8. Usap vagina dan serviks dengan larutan
antiseptik (misalnya povidon iodine 10%) 2
Page 73
sampai 3 kali
9. Jepit benang yang dekat serviks dengan klem
10. Tarik keluar benang IUD dengan perlahan untuk
mengeluarkan IUD
11. Tunjukkan IUD tersebut kepada klien
12. Keluarkan spekulum dengan hati-hati
13. Rendam seluruh peralatan yang sudah dipakai
dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit untuk
dekontaminasi
14. Buang bahan-bahan yang sudah tidak dipakai lagi
(kasa, sarung tangan sekali pakai) ke tempat yang
sudah disediakan. Untuk sarung tangan pakai
ulang celupkan kedua tangan yang masih
memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin
0,5%, kemudian lepaskan dengan cara
membeliknya dan rendam dalam larutan klorin
tersebut
15. Cuci tangan dengan air dan sabun, keringkan
dengan kain atau handuk bersih
16. Buat rekam medik tentang pencabutan IUD,
lakukan pencatatan pada buku register/catatan
akseptor.
17. Diakhiri dengan alhamdulillaah dan
menyampaikan hasil tindakkannya.
Lembar Kerja I
Pemasangan IUD (Pertemuan 1)
Page 74
- Implan
- Spekulum cocor bebek
- Lampu leher angsa
- Betadin dan tempatnya
- Baskom
- Tenakulum
- Sonde uterus
- Kasa
- Bengkok
- Handschoen
- Korentang
C. Pasien Simulasi : minimal 1perempuan usia 25-40 tahun
/kelompok
D. Kegiatan :
1. Trainer menunjuk salah satu mahasiswa untuk feedback and
reflection dengan cara memberi kesempatan kepada salah
seorang mahasiswa untuk mencoba topik ketrampilan yang
dipelajari kepada pasien simulasi. Setelah itu memberi motivasi
kepada mahasiswa tentang pentingnya topik yang akan
dipelajari. Waktu 30 menit.
2. Trainer memberikan penjelasan, koreksi, dan contoh tentang
topic yang akan dipelajari. Waktu 30 menit.
3. Memberikan kesempatan mahasiswa untuk mencoba
ketrampilanyang dipelajari dengan pasien simulasi secara
bergantian, dan dengan membentuk kelompok kecil mahasiswa
yang terdiri dari 3 orang per kelompok. Masing-masing
melakukan ketrampilan secara bergantian, dengan 1 orang
sebagai Dokter, 1 sebagai Pasien dan 1 sebagai pengamat
(membawa checklist). Waktu 90 menit.
4. Trainer memberikan tanggapan dan arahan di masing-masing
kelompok.
Page 75
Lembar Kerja 2
Pemasangan IUD (Pertemuan 2)
Page 76
Daftar Pustaka
Page 77
TOPIK 5
KB IMPLANT
TUJUAN
Tujuan Intuksional Umum ( TIU ) :
Mahasiswa mampu melakukan teknik pemasangan dan pelepasan
Implat dengan benar.
Tujuan Intrusional Khusus ( TIK ) :
1. Mahasiswa mampu mengetahui tujuan, indikasi dan kontra
indikasi pemasangan implan.
2. Mahasiswa mampu melakukan pemasangan implant
dengan benar.
3. Mahasiswa mampu menerapkan teknik komunikasi yang
benar pada prosedur pemasangan Implan.
Pendahuluan
Implan adalah alat kontrasepsi yang sisisipkan dibawah permukaan
kulit. Berupa tabung berisi hormon levonorgestrel (Norplant),
etonorgestrel (implanon)
Cara Kerja :
Hormon berada pada tabung silastikyang dilepaskan perlahan ke
pembuluh darah melalui proses difusi. Implant/norplant terdiri dari
6 tabung yang mempunyai masa kerja 5 tahun. Sedangkan implanon
berupa sebuah tabung yang mempunyai masa kerja 3tahun
Mekanisme pencegahan kehamilan :
6. Mencegah ovulasi
7. Membuat endometrium tidak siap nidasi
8. Mempertebal lender cervix
9. Menipiskan lapisan endometerium
Efektivitas
kegagalan klinis : 0,2%
Kegagalan praktek : 1-3 %
Page 78
Keuntungan Implant.
- Tidak menekan produksi ASI.
- Praktis, efektif.
- Tidak ada faktor lupa.
- Masa pakai panjang.
- Membantu mencegah anaemia.
- Khasiat kontrasepsi susuk berakhir segera setelah
pengangkatan.
- Dapat digunakan oleh ibu yang tidak cocok dengan hormon
estrogen.
Kekurangan Implant
- implant harus ditanam dan diangkat oleh petugas
kesehatanyang terlatih
-mahal
-mengganggu pola haid
-terlihat dibawah kulit
Pemasangan implant.
Pemasangan dilaksanakan pada bagian tubuh yang jarang
bergerak. Berdasarkan penelitian, lengan kiri merupakan
tempat terbaik untuk pemasangan, yang sebelumnya dilakukan
anaestesi lokal.
Page 79
tetap kering minimal selama 3 hari
untuk mempercepat penyembuhan dan mengurangi
kemungkinan infeksi.
b) Lengan akseptor kadang-kadang terasa membengkak dan
berwarna kebiru-biruan. Hal tersebut
biasanya akibat tindakan suntikan atau pemasangan implant
dan akan menghilang dalam 3 hari
hingga 5 hari.
c) Setelah 5 tahun implant atau 3 tahun untuk Implanon
pemakaian, implant dapat dilepas.
Kontraindikasi.
- Hamil atau diduga hamil.
- Tumor.
- Penyakit jantung, kelainan haid, darah tinggi, kencing manis.
Efek samping.
Pada dasarnya keluhannya sama dengan kontrasepsi suntik
yaitu.
- Gangguan haid.
- Jerawat.
- Perubahan libido.
- Keputihan.
- Peubahan berat badan
- dll.
Page 80
Check List Implant
Page 81
Pemasangan Kapsul Implan
Pemasangan Kapsul Implan
Kegiatan Score
0 1 2 3
Tindakan Pra pemasangan
1. Salam dan memperkenalkan diri
2. Informed consent ( melakukan ijin melakukan
tindakan)
3. Mempersiapkan alat dengan baik, termasuk:
Memastikan bahwa peralatan yang steril
atau telah didesinfeksi tingkat tinggi
(DTT) sudah tersedia
Membuka peralatan steril dari
kemasannya, termasuk membuka
kemasan implant yang terdiri atas 2
kapsul implant yang sudah berada di
dalam trokar dan pendorongnya.
Tempatkan ke dalam tempat yang steril
(atau biarkan dalam kemasannya bila
tidak tersedia tempat yang steril)
4. Periksa kembali rekam medik untuk memastikan
apakah klien cocok menggunakan implant dan
apakah ada masalah yang harus terus diawasi
selama pemasangan implant
5. Periksa kembali untuk meyakinkan bahwa klien
telah mencuci lengannya sebersih mungkin
dengan sabun dan air, serta membilasnya
sehingga tidak ada sisa sabun.
6. Bantu klien naik ke meja periksa
7. Letakkan kain yang bersih dan kering dibawah
lengan klien dan atur posisi lengan klien dengan
benar (lengan yang dipasang implant adalah
lengan yang tidak dominan aktif, untuk yang
Page 82
tidak kidal dipasang di lengan kiri)
8. Tentukan tempat pemasangan pada bagian dalam
lengan atas dengan mengukur 8 cm di atas
lipatan siku
9. Beri tanda pada tempat implant nantinya akan
dimasukkan
10. Cuci tangan dengan air dan sabun, keringkan
dengan handuk atau kain yang bersih
11. Pakai sarung tangan steril atau DTT (bila
terdapat bedak di sebelah luar sarung tangan,
hapus bedak dengan menggunakan kasa yang
telah dicelupkan ke dalam air steril atau DTT)
12. Usap tempat pemasangan dengan larutan
antiseptik, gerakkan kea rah luar secara
melingkar seluas 8-13cm dan biarkan kering
13. Pasang kain penutup (doek) steril atau DTT di
sekeliling lengan pasien
Pemasangan Kapsul Implan
Page 83
sepanjang bawah kulit dimana batang implant
akan ditempatkan)
18. Ulangi langkah nomor 16 dan 17, kira-kira
membentuk sudut 20-300 terhadap lokasi
suntikan anestesi sebelumnya (jumlah
keseluruhan obat anestesi yang diperlukan tidak
lebih dari 2 cc)
19. Tunggu 2-3 menit, lakukan uji efek anestesinya
sebelum melakukan insisi pada kulit
20. Buat insisi dangkal di kulit selebar 2 mm dengan
bisturi (sebagai alternatif, langkah ini dapat
digantikan dengan menusukkan trokar langsung
ke lapisan di bawah kulit/sub dermal)
21. Masukkan ujung trokar melalui tempat insisi
dengan sudut yang agak besar ( 300 permukaan
kulit)
22. Setelah ujung trokar menembus kulit, ubah sudut
trokar menjadi sejajar kulit (bila langkah ini
dikerjakan dengan benar, kulit akan terangkat)
23. Masukkan terus trokar sampai sedikit melewati
batas tanda pertama (pada pangkal trokar) tepat
berada pada pada luka insisi
24. Masukkan pendorongnya kedalam trokar,
kemudian dorong kapsul yang pertama yang
sudah terdapat didalam trokar, dengan cara
tahan pendorong di tempatnya dengan satu
tangan, dan tarik trokar keluar sampai mencapai
pegangan pendorong (dengan teknik ini batang
implant akan tertinggal di bawah kulit sesuai
yang direncanakan)
25. Tarik trokar dan pendorongnya secara bersama-
sama sampai batas tanda kedua (pada ujung
trokar) terlihat pada luka insisi, jangan
mengeluarkan trokar dari tempat insisi
Page 84
26. Tahan kapsul yang telah terpasang dengan satu
jari dan masukkan kembali trokar, ulangi lagi
langkah 23-25
27. Raba kapsul untuk memastikan kedua kapsul
implant telah terpasang (keduanya kira-kira
membentuk sudut 15-300)
28. Raba daerah insisi untuk memastikan seluruh
kapsul berada jauh dari insisi (ujung implant
tidak boleh menyembul di luka insisi)
Tindakan Pasca Pemasangan
Page 85
tempatnya (kasa, kapas, sarung tangan/alat
suntik sekali pakai)
9. Celupkan tangan yang masih memakai sarung
tangan ke dalam larutan klorin, kemudian buka
dan rendam selama 10 menit
10. Cuci tangan dengan sabun dan air, kemudian
keringkan dengan handuk atau kain bersih
11. Buat rekam medik tentang pemasangan implant,
lakukan pencatatan pada buku register/catatan
akseptor
12. Lakukan observasi selama 5 menit sebelum
memperbolehkan klien pulang
13. Edukasi
14. Profesionalisme
Page 86
dengan sabun dan air, serta membilasnya
sehingga tidak ada sisa sabun
7. Bantu klien naik ke meja periksa, letakkan kain
yang bersih dan kering di bawah lengan klien dan
atur posisi lengan klien dengan benar
8. Raba kapsul untuk menentukan jumlah kapsul
dan lokasi insisi guna mencabut kapsul dengan
memperhitungkan jarak yang sama dari ujung
kedua kapsul
9. Pastikan bahwa peralatan yang steril atau telah
didesinfeksi tingkat tinggi (DTT) sudah tersedia
10. Cuci tangan dengan air dan sabun, keringkan
dengan kain atau handuk bersih
11. Pakai sarung tangan steril atau DTT (bila
terdapat bedak di sebelah luar sarung tangan,
hapus bedak dengan menggunakan kasa yang
telah dicelupkan ke dalam air steril atau DTT)
12. Usap tempat pemasangan dengan larutan
antiseptik, gerakkan kea rah luar secara
melingkar seluas 8-13 cm dan biarkan kering
13. Pasang kain penutup (doek) steril atau DTT di
sekeliling lengan klien
Pencabutan Kapsul dengan Teknik Standar
14. Tusukkan jarum semprit di kulit tepat di lokasi
insisi pada kulit nantinya akan dilakukan
15. Suntikkan anestesi local (lidokain 1%-2%) 0,3-
0,5cc tepat di bawah kulit (intradermal) pada
tempat insisi yang telah ditentukan, sampai kulit
sedikit menggelembung
16. Teruskan penusukan jarum ke lapisan di bawah
kulit (subdermal) di bawah ujung akhir dari
kapsul sampai sepertiga panjang kapsul, lakukan
aspirasi untuk meyakinkan bahwa jarum tidak
masuk ke pembuluh darah.
Page 87
17. Suntikkan 0,5-1 cc obat anestesi sambil menarik
semprit ke arah tempat tusukan jarum di kulit
tetapi tidak sampai mencabut seluruh jarumnya
(dengan teknik ini, anestesi local akan merata di
sepanjang bawah kulit dan agar kapsul tetap
mudah diidentifikasi dengan perabaan)
18. Tunggu 2-3 menit, uji efek anestesinya sebelum
membuat insisi pada kulit
19. Buat insisi kecil dengan bisturi dengan jarak
sekitar 5 mm di bawah ujung dari kapsul yang
terdekat dengan siku
20. Tentukan lokasi kapsul yang termudah untuk
dicabut dan dorong pelan-pelan kea rah insisi
hingga ujung dari kapsul tampak
21. Jepit ujung kapsul dengan klem lengkung
(mosquito) dan bawa ke arah insisi
22. Bersihkan kapsul dari jaringan ikat yang
mengelilinginya dengan menggunakan kasa steril
atau bisturi
23. Keluarkan kapsul dengan cara menariknya
menggunakan klem atau pinset, taruh pada
mangkok yang berisi larutan klorin 0,5%
24. Lakukan langkah yang sama untuk kapsul
berikutnya yang akan dicabut (bila diperlukan
suntikkan lagi anestesi)
Keterangan :
0 = tidak dilakukan :
1 = dilakukan, < 50% benar ;
2 = dilakukan >50% benar
3 = dilakukan dengan sempurna
Penilaian ketrampilan : ( skor seluruh aspek yg dinilai) x 100
maksimal skor
Page 88
Lembar Kerja I
Pemasangan Implan (Pertemuan 1)
Page 89
Lembar Kerja 2
Pemasangan Implan (Pertemuan 2)
Page 90
Daftar Pustaka
Page 91