Anda di halaman 1dari 13

Aklhak dalam Keluarga (II)

Kelompok 2 :
• Udaimatun Nur H.S 201810170311018
• Rian Khosy Riswanda201810170311029
• Moch Rifqi Thoriqul P 201810170311032
• Risya Karunia 201810170311036
Keluarga sakinah itu seperti apa?

Menurut bahasa Sakinah mawadah warahmah memiliki makna:


Tentram,cinta kasih/harapan dan kasih sayang

Menurut Al-qur’an:
Dari surat Al-rum (30):21 menjabarkan tentang seorang istri diciptakan ditujukan
agar suamu dapat membangun keluarga sakinah yang harmonis, bahagia lahir batin
dan penuh kasih sayang
Unsur-Unsur Membangun Keluarga Sakinah

1. Lurusnya niat dan kuatnya hubungan dengan Allah, menikah bukan hanya semata sebagai menghindari dosa zina karena
perintah tersebut tertera jelas di Al-qur’an sehingga harus dilaksanakan dengan sesuai aturan nya agar menjadi bernilai
ibadah
2. Kasih sayang , saling mencintai berlandaskan karena allah(mahabbah fi allah) menjadi komponen terpenting sehingga
akan terciptanya anggota yang saling memiliki ketaatan kpd Allah SWT
3. Terbuka,santun dan bijak, saling mengenali satu sama lain baik karakter maupun tingkah laku sehingga dapat
menyesuaikan perbedaan dengan sikap yang santun dan bijak
4. Komunikasi dan musyawarah, setelah terbuka komunikasi dan musyawarah akan lebih mudah karena hal ini sebagai
sarana pengungkapan kasih sayang, penerimaan atau penolakan dan juga penambah keakraban
5. Tasamuh( toleran dan pemaaf), Dua insan yang menyatu tidak akan langsung bisa adpatasi maka dari itu kedua insan
tersebut harus bisa memiliki toleransi dan memaafkan apa yang menjadi kekurangan satu sama lain dan berusaha
mentupi kekurangan satu sama lain yang tertulis di surat Al-baqarah (2):187
6. Sabar dan syukur, setelah pemaaf dan toleran kesabaran adalah keridhaan menerima kelemahan/kekurangan pasangan
suami/isteri yang memang diluar kesanggupannya. Penerimaan terhadap suami/isteri harus penuh sebagai satu “paket”,
dia dengan segala hal yang melekat pada dirinya, adalah hal yang harus diterima secara utuh. Begitupun penerimaan
orang tua kepada anak-anak dengan segala potensi dan kecenderungannya
Pengertian Hak dan Kewajiban Suami Istri Dalam
Perkawinan
Dalam pengertian hak dan kewajiban pada perkawinan, maka pada pengertian hak dan
kewajiban dalam perkawinan membutuhkan subyek dan obyeknya. Jadi, kata kewajiban dan hak
disandingkan dengan kata suami dan istri, diperjelas menjadi kewajiban suami adalah sesuatu yang
harus suami laksanakan dan penuhi untuk istrinya. Sedangkan kewajiban istri adalah sesuatu yang
harus istri laksanakan dan lakukan untuk suaminya. Begitu juga dengan pengertian hak suami adalah
sesuatu yang harus diterima suami dari isterinya. Sedangkan hak istri adalah sesuatu yang harus
diterima istri dari suaminya (Syahrani, 2006: 86).

Dengan demikian kewajiban yang dilakukan oleh suami merupakan upaya untuk memenuhi
hak isteri. Demikian juga kewajiban yang dilakukan istri merupakan upaya untuk memenuhi hak
suami,sebagaimana yang Rasulullah SAW jelasakan : “Ketahuilah bahwa kamu mempunyai hak yang
harus dipikul oleh istrimu dan istrimu juga mempunyai hak yang harus kamu pikul”. (Hasan: Shahih
ibnu Majah no.1501.Tirmidzi II:315 no:1173 dan ibnu Majah I:594 no:1851).
Dalam ajaran Islam, pernikahan merupakan akad yang sangat kuat dan salah satu ibadah
yang terikat dengan aturan-aturan yang telah digariskan oleh Allah SWT. dan RasulNya.
Oleh karena itu, pernikahan bukan perkara main-main, dan untuk menuju ke sebuah
ikatan pernikahan, calon suami isteri haruslah mempunyai bekal pengetahuan tentang
bagaimana cara membina rumah tangga yang sakinah mawaddah dan rahmah sesuai
nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur’an. Hak dan kewajiban suami itri selazimnya
dipelajari dan diingatkan terus dalam kehidupan rumah tangga, sebab banyaknya bahtera
rumah tangga yang rusak sebab kurangnya kepahaman mengenai hak dan kewajiban
masing-masing. Terdapat lima kewajiban istri yang menjadi hak suami, dan lima
kewajiban suami yang menjadi hak istri.
Kewajiban Suami Terhadap Istri Kewajiban Istri Terhadap Suami
Yang Juga Merupakan Hak Istri Yang Juga Merupakan Hak Suami
Menurut Al-Quran Menurut Al-Quran

Mahar 01 Taat Kepada Suami

Nafkah, Pakaian, dan Tempat Tinggal 02 Menjaga Diri Saat Suami Tidak Ada

Menggauli Istri Secara Baik 03 Memahami Urusana Bercinta

Menunjukkan Wajah Yang Manis dan


Menjaga Istri Dari Dosa 04 Menyenangkan Suami

Memberikan Cinta dan Kasih Sayang


Kepada Istri
05 Menjaga Harta dan Kehormatan Suami
Manajemen Konflik Antara
Suami dan Istri
Konflik merupakan hal yang melekat dalam kehidupan manusia. Setiap individu dalam kehidupannya
selalu berperang dengan konflik. Seiring jaman yang semakin maju, konflik akan sering terjadi seiring
dengan meningkatnya irama kehidupan sehari-hari dan kegiatan dunia usaha yang berjalan semakin
cepat. Unsur-unsur yang selalu ada dalam setiap konflik :
1. Adanya ketegangan yang diekspresikan
2. Adanya sasaran atau tujuan atau pemenuhan kebutuhan yang dilihat berbeda atau yang
sesungguhnya bertentangan
3. Kecilnya kemungkinan untuk pemenuhan kebutuhan yang dirasakan
4. Adanya kemungkinan bahwa masing-masing pihak dapat menghalangi pihak lain dalam
pencapaian tujuannya.
5. Adanya saling ketergantungan.

Sedangkan Manajemen Konflik adalah sebuah proses mengelola konflik dengan menyusun sejumlah
strategi yang dilakukan oleh pihak-pihak berkonflik sehingga mendapatkan resolusi yang diinginkan.
Dalam sudut pandang demokrasi, manajemen konflik akan berbicara perihal bagaimana konflik
ditangani secara konstruktif, membawa pihak yang berkonflik ke dalam suatu proses yang kooperatif,
serta merancang sistem kooperatif yang praktis untuk mengelola perbedaan secara konstruktif.
Melalui manajemen konflik, konflik akan dikelola sehingga dapat membatasi aspek negatif dan
meningkatkan aspek positif dari konflik yang terjadi.
Jenis-jenis konflik :

Konflik bisa terjadi kapanpun, dimanapun, dan dengan siapapun. Oleh karena
itu konflik yang terjadi dalam masyarakat banyak jenisnya. Pickering (2000)
mengkategorikan konflik menjadi 4 yaitu :

1.Konflik diri
2.Konflik antar individu
3.Konflik dalam kelompok
4.Konflik antar kelompok

Konflik yang timbul dalam suatu rumah tangga antara suami dan istri setidaknya
ada dua kemungkinan, yakni :

1.Terjadinya “Nusyuz” dari salah satu pihak.

Nusyuz secara bahasa berasal dari kata nazyaya-yansyuzunasyazan wa


nusyuzan, yang berarti meninggi, menonjol, durhaka, menentang, atau bertindak
kasar. Sikap tidak patuh dari salah seorang diantara suami dan isteri atau
perubahan sikap suami atau isteri

2.Terjadinya perselisihan dan cekcok antara suami dan isteri


Gaya-Gaya Manajemen Konflik

Ada 5 macam dalam menghadapi konflik yang terjadi yaitu :

1. Penyelesaian konflik dengan cara mempersatukan (integrating)

2. Strategi kerelaan untuk membantu (obliging)

3. Teknik dominasi (dominating)

4. Teknik menghindar (avoiding)

5. Gaya penyelesaian konflik dengan cara kompromi (compromising)


Penyelesaian konflik dari Pihak Suami (Istri yang Bermasalah)

Dalam al-Quran didapati bagaimana menyelesaikan ketika ada masalah yang datangnya dari pihak istri.
FirmanAllah yang artinya: “Perempuan-perempuan yang kamu khawatirkan akan nusyuz, hendaklah kamu beri
nasihat kepada mereka, tinggalkanlah mereka di tempat tidur (pisah ranjang), dan (kalau perlu) pukullah mereka.
Tetapi jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari alasan untuk menyusahkannya. Sungguh, Allah
Mahatinggi, Mahabesar.” ( Q.,s. An-Nisa / 34 )

Kata nusyuz pada ayat ini, maknanya adalah: istri metasa lebih tinggi dari suaminya, dan kesombongan tersebut
sampai pada urusan ranjang dengan melakukan maksiat, tidak melakukan apa yang seharusnya dikerjakan/
membangkang/tidak taat kepada suami. Marah-marah dan berpaling dari suaminya. Untuk menyikapi
sikap/perilaku istri tersebut. maka dilakukanlah:

1. Memberikan Nasehat, Pengajaran dan peringatan.

2. Mejauhi dari Tempat Tidur

3. Memukul (dcngan tidak menyakiti)


Penyelesaian Konflik dari Pihak Istri(suami yang bermasalah)

Sedangkan jika yang bermasalah adalah suami. maka istri boleh melakukan perdamaian. sebagaimana dalam firman-Nya: “Dan
jika seorang perempuan khawatir suaminya akan nusyuz atau bersikap tidak acuh, maka keduanya dapat mengadakan perdamaian
yang sebenarnya, dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka) walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir. Dan jika kamu
memperbaiki (pergaulan dengan istrimu) dan memelihara dirimu (dari nusyuz dan sikap acuh tak acuh), maka sungguh, Allah
Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (Q,.s. An-Nisa / 128 )

kekhawatiran yang mana jelas akan tejadi apa yang ditakutkan, seperti kata suami kepada istrinya: “Sesungguhnya Engkau di
mataku kelihatan jelek, sudah tua, dan aku ingin menikah dengan perempuan muda yang masih cantik." Jadi kekhawatiran istri
berdasarkan fakta yang jelas, bukan sekedar prasangka, curiga atau cembiiru yang berlebihan. Jika terjadi hal demikian, maka
hendaknya istri mengadakan musyawarah dengan suaminya, mengadakan pendekatan, perdamaian di samping berusaha untuk
mengembalikan cinta kasih dan sayang dari suaminya yang sudah mulai pudar.

Usaha perdamaian yang dilakukan istri, bukan berarti suatu keharusan dari istri utuk nierelakan sebagian haknya yang tidak
dipenuhi suaminya, tetapi untuk memperlihatkan kepada suaminya akan keikhlasan hatinya. sehingga diliarapkan suami ingat
kembali kepada tugas dan kewajibannya.
Penyelesaian Konflik dari Pihak Suami maupun Istri (masalah dari suami, istri
atau kedua-duanya)

Jika pada pembahasan sebelumnya lebih spesifik pada penyelesaian konflik untuk istri ataupun suami, maka pada bagian
ini, konflik sudah meluas/lebih umum, bisa dari istri, sttami atau kedua-duanya. Dalam hal ini Allah swt berfirman yang
artinya: “Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, maka kirimlah hakam dari keluarga laki-laki dan
seorang hakam dari keluarga perempuan. Jika kedua hakam itu betmaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi
taufik kepada suami istri itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagl Maha Mengenal.” (Q., s. An-Nisa’ / 35)

Untuk menyelesaikan perselisihan keduanya, maka perlu diutus “hakam” dari kedua belah pihak. Menurut Prof. Hamka,
yang pokok artinya sama dengan Hakim. Hakam ialah orang yang mendamaikan antara dua orang yang berselisih atau
boleh juga disebut sebagai juru damai (mediator). Amir syarifuddin menyebutkan bahwa hakam adalah seorang bijak yang
dapat menjadi penengah dalam menghadapi konflik keluarga. Sedangkan menurut Hamka, pengertian hakam adalah
penyelidik duduk perkara yang sebenarnya sehingga mereka dapat mengambil keputusan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai