Uji Kemanfaatan OT
Uji Kemanfaatan OT
In vitro (dalam gelas) mengacu pada teknik melakukan prosedur yang diberikan dalam
lingkungan yang terkendali di luar organisme hidup.
Salah satu kelemahan tetap dari percobaan in vitro adalah bahwa mereka gagal untuk
mereplikasi kondisi seluler yang tepat dari suatu organisme, khususnya mikroba.
In vivo
In vivo (bahasa Latin untuk "dalam makhluk hidup") mengacu pada eksperimen
menggunakan keseluruhan, organisme hidup sebagai lawan dari organisme parsial atau
mati. Penelitian pada hewan dan uji klinis adalah dua bentuk penelitian in vivo. Pengujian
in vivo sering dilakukan secara in vitro karena lebih cocok untuk mengamati efek
keseluruhan percobaan pada subjek yang hidup.
Meskipun ada banyak alasan untuk meyakini penelitian in vivo memiliki potensi untuk
menawarkan wawasan konklusif tentang sifat obat dan penyakit, ada sejumlah cara bahwa
kesimpulan ini dapat menyesatkan. Misalnya, terapi dapat menawarkan manfaat jangka
pendek, tetapi membahayakan jangka panjang.
In silico
Dalam silico adalah ungkapan yang digunakan untuk berarti "dilakukan pada komputer atau melalui simulasi
komputer." Ekspresi dalam silico pertama kali digunakan di depan umum pada tahun 1989 di bengkel "Cellular
Automata: Theory and Applications" di Los Alamos, New Mexico. Pedro Miramontes, seorang matematikawan dari
Universitas Otonomi Nasional Meksiko (UNAM), mempresentasikan laporan "Hambatan Fisikokimia DNA dan
RNA, Automata Seluler dan Evolusi Molekul." seluruhnya di komputer.
Meskipun dalam studi silico merupakan cara penyelidikan yang relatif baru, telah mulai digunakan secara luas
dalam studi yang memprediksi bagaimana obat berinteraksi dengan tubuh dan dengan patogen. Sebagai contoh,
sebuah penelitian tahun 2009 menggunakan emulasi perangkat lunak untuk memprediksi bagaimana obat-obatan
tertentu yang sudah ada di pasaran dapat mengobati beberapa jenis tuberkulosis yang resistan terhadap beberapa
obat dan kebal obat.
Ada berbagai teknik in silico, tetapi dua yang dibahas paling sehubungan dengan Protokol Marshall adalah:
Teknik sekuensing bakteri - Sebagai alternatif metode in vitro untuk mengidentifikasi bakteri, berbagai metode in silico yang mengurutkan DNA dan
RNA bakteri telah dikembangkan. Penggunaan yang paling umum digunakan adalah polimerase chain reaction (PCR). PCR mengambil satu atau
beberapa potong salinan DNA dan meningkatkannya, menghasilkan jutaan atau lebih salinan dari rantai DNA tertentu. PCR telah memungkinkan
para peneliti untuk mendeteksi bakteri yang terkait dengan berbagai kondisi dengan sensitivitas yang semakin tinggi.
Pemodelan molekuler - Bagian dari Marshall Pathogenesis didasarkan pada penelitian silico, menunjukkan bagaimana obat-obatan dan zat lain
berinteraksi dengan reseptor. Secara khusus, Trevor Marshall, PhD, telah menggunakan emulasi berbasis komputer untuk menunjukkan bahwa 25-D,
salah satu metabolit vitamin D, dan Capnine, zat yang diproduksi oleh bakteri, mematikan Reseptor Vitamin D. Kesimpulan ini sejak itu telah
divalidasi oleh pengamatan klinis.
Simulasi sel utuh - Seperti yang dijelaskan di sini, para peneliti telah membangun model komputer dari bagian sel bakteri yang secara akurat
mensimulasikan perilaku sel hidup.
Persyaratan uji klinis OT
Pada fase ini obat dicobakan untuk pertama kalinya pada sekelompok kecil penderita
Tujuannya untuk melihat apakah efek farmakologik pada fase I berguna atau tidak untuk
terapi
Pada fase II awal dilakukan secara terbuka, karena masih eksploratif
Pada fase II akhir uji dibandingkan dengan plasebo atau obat standart
Fase II akhir dilakukan secara tersamar ganda
Fase II mencakup dosis efek, untuk menentukan dosis optimal yg akan digunakan
selanjutnya
Subjek yg digunakan 100 – 200 penderita
Uji klinik fase III
Uji ini dilakukan untuk memastikan suatu khasiat, dan untuk mengetahui
kedudukannya dibandingkan dengan standart
Penelitian ini harus dapat menjawab pertanyaan tentang :
Efek bila dilakukan secara luas dan diberikan oleh dokter yg kurang ahli
Efek samping yg belum terlihat pada fase II
Dampak pada penderita yg tidak diseleksi secara ketat
Pengujian dilakukan secara acak dan tersamar ganda
Pembanding yg digunakan pada uji ini adalah plasebo, obat yg sama tapi dosis
berbeda, obat standart dengan dosis equiefektif
Jumlah penderita yg diikutsertakan paling sedikit 500 orang
Bila hasil uji klinik fase III menunjukkkan obat aman dan efektif maka obat dapat
diizinkan untuk dipasarkan
Uji klinik fase IV
Uji klinik fase III membandingkan dua atau lebih terapi dengan
menggunakan satu atau lebih parameter pengukuran, maka perlu
dibuat rancangan atau desain yg dapat dipertanggung jawabkan.
Rancangan tersebut ialah parallel atau Randomized controlled trial
(RCT) dan RCT cross over
Jenis pengobatan
Dalam uji klinik, jenis pengobatan dan pembandingnya harus didefinisikan secara jelas
Informasi yg perlu dicantumkan meliputi jenis obat dan formulasinya, dosis dan frekuensi
pengobatan, waktu dan cara pemberian, serta lamanya pengobatan.
Penggunaan pembanding juga harus jelas apakah pembanding positif (obat standart) atau
negatif (plasebo)
Plasebo tidak dianjurkan untuk
penyakit yg dapat berakibat fatal dan serius
pengacakan
Uraian tentang latar belakang yg dirumuskan dengan tajam untuk menjawab pertanyaan
penelitian
Pertanyaan penelitian adalah ketidakpastian akan sesuatu dalam populasi yang ingin
dipastikan oleh kalian dengan melakukan pengujian
Tujuan harus memenuhi kaedah berikut ini : layak, menarik, baru, etis, dan relevan
Contoh :
Pertanyaan penelitian : apakah jamu godok dapat menurunkan kadar gula darah tikus winstar?
Tujuan penelitian : untuk mengetahui apakah jamu godok dapat menurunkan kadar gula darah
tikus winstar
Menetapkan tujuan
Ciri – ciri pertanyaan penelitian yg buruk :
Terlalu banyak variabel yg mau diukur
Jumlah subjek yg sulit dipenuhi
Mengulang apa yg sudah diketahui orang
Menarik bagi anda tapi tidak menarik bagi org lain
Tidak bermanfaat untuk kemajuan ilmu pengetahuan
Metode pengukuran diluar kemampuan
Terlalu mahal atau terlalu lama
Sebaiknya jangan mulai menulis protokol sebelum mengecek ide kalian dengan
kaedah penelitian
Menetapkan tujuan
Dengan kontrol
Pararel
Cross over
Latin square
Faktorial
Pengacakan pasangan serasi
Randomisasi grup
Tanpa kontrol
Time series
Kontrol diri sendiri
Meta analisis
Desain pararel
Perlakuan uji
Sampel
Randomisasi
Perlakuan kontrol
Desain menyilang
Tiap subjek menjadi kontrol bagi dirinya sendiri
Cocok untuk penyakit kronik
Populasi sampel lebih sedikit (50% dari pararel)
Tidak cocok untuk penyakit yg sembuh dalam 1x terapi
Ada carry over effect dan order effect
Contoh desain menyilang :
Asma kronik
Reumatoid
Heiperkolesterolemia
hipertensi Perlakuan uji Perlakuan kontrol
Sampel Washout
Obat A + obat B
Obat A + plasebo B
Sampel
Randomisasi
Obat B + plasebo A
Plasebo B + plasebo A
Uji kemanfaatan tanpa kontrol