Anda di halaman 1dari 10

ANTIHIPERTENSI


Agung P. Pulukadang
Aprilia Putri Efendy
Dianingsi Hipi
Dwi Mulyana S. Baladraf
Findriyani Paus
Inang Bumulo
Rizka Veronika Kidam
Patofisiologi

Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya
angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I converting
enzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologis penting
dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung
angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh
hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi
angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru,
angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II
inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan
tekanan darah melalui dua aksi utama.
• Meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan
rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar
pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur
osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya
ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar
Aksi Pertama

tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi
osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan
ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik
cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah
meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan
tekanan darah
• Menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks
adrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid
yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk
mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron
akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan
Aksi Kedua
cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya
konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan
cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler
yang pada gilirannya akan meningkatkan volume
dan tekanan darah
Prevalensi

Prevalensi hipertensi diperkirakan
akan terus meningkat, dan
diprediksi pada tahun 2025
sebanyak 29% orang dewasa di
seluruh dunia menderita hipertensi,
sedangkan diIndonesia angkanya
mencapai 31,7%. Hipertensi
esensial merupakan 95% dari
seluruh kasus hipertensi

Wilayah Afrika memiliki prevalensi hipertensi


Tertinggi sebesar 27%. Asia Tenggara berada di
posisi ke-3 tertinggi dengan prevalensi sebesar
25% terhadap total penduduk. WHO juga
memperkirakan 1 di antara 5 orang perempuan
di seluruh dunia memiliki hipertensi. Jumlah
ini lebih besar diantara kelompok laki-laki,
yaitu 1 di antara 4.
Etiologi

Hipertensi Berdasarkan Etiologi
yaitu :

Hipertensi Hipertensi
Primer/Hipertensi Sekunder/Hipertensi
Essensia Non Essensial
Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis pasien hipertensi meliputi:
 nyeri kepala saat terjaga,
 kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan
darah intrakranial
 Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi,
 Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat,
 Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus,
 Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler,
 Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing,
muka merah, sakit kepala, keluaran darah dari hidung secara tiba-tiba,
tengkuk terasa pegal dan lain-lain.
Terapi Farmakologi

Terapi farmakologi Berdasarkan JNC 7, terapi
farmakologis antihipertensi diberikan berdasarkan
pertimbangan berat ringannya derajat hipertensi
meliputi:
Hipetensi derajat 1
Hipertensi derjat 2
Tatalaksana Fitoterapi

Penyakit ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi yang
beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan pada
umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Selanjutnya gagal ginjal adalah suatu
keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang ireversibel,
pada suatu derajat yang memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap berupa
dialysis atau transplantasi ginjal.Penatalaksanaan penyakit ginjal kronik meliputi :
1. Terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya
2. Pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid ( comorbid condition )
3. Memperlambat perburukkan fungsi ginjal.
4. Pencegahan dan terapi terhadap penyakit kardiovaskular
5. Pencegahan dan terapi terhadap komplikasi
6. Terapi pengganti ginjal berupa dialysis atau transplantasi ginjal.
Evaluasi Pengobatan

Evaluasi penggunaan obat antihipertensi bertujuan untuk
memastikan penggunaan obat yang rasional kepadapenderita
hipertensi. Dimana penggunaan obat yang rasional sangat
penting untuk meningkatkan keberhasilan terapi. Evaluasi
pada pengobatan anti hipertensi terdiri dari :
a. Tepat diagnosis
b. Tepat indikasi
c. Tepat pemilihan obat
d. Tepat dosis
TERIMAKASIH 

Anda mungkin juga menyukai