Anda di halaman 1dari 15

KOMUNIKASI

TERAPEUTIK PADA KLIEN


DI IGD
Jhordan Junior Alodjaha (191111055)
Kezia Fryneslia Asnat Ndoen (191111056)
Krispianus Dakosta (191111057)
Lea Aldona Veronika Famani (191111058)
Lia Gracia Bire (191111059)
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi interpersonal antara
perawat dan klien yang dilakukan secara sadar ketika perawat dan
klien saling memengaruhi dan memperoleh pengalaman bersama
yang bertujuan untuk membantu mengatasi masalah klien yang
pada akhirnya mencapai kesembuhan klien (Anjaswarni,tri.
2016).
DEFINISI
Gawat darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan
tindakan medis segera guna penyelamatan nyawa dan pencegahan
kecacatan lebih lanjut (UU No 44 Tahun 2009).
1. Pasien Gawat Darurat :
Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaaan gawat atau menjadi gawat dan terancam
nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat), bila tidak mendapat pertolongan
secara darurat (secepatnya). Contohnya gawat nafas, gawat jantung, traumatic, shock, henti
nafas, henti jantung, multi fraktur,dll.
Penanganan :

Konsep Dasar A. untuk airway (jalur napas)


B. Untuk breath (pernapasan)

Keperawatan C. untuk circulation (sirkulasi)

Kegawat 2. Pasien Gawat Tidak Darurat :


Pasien dalam keadaan darurat tapi tidak perlu tindakan darurat, misalnya kanker stadium

Daruratan lanjut, TB kulit, dll.

Penanganan :
Pasien dengan kondisi cedera atau gejala dalam tahap sedang, misalnya pasien dengan
benda asing yang masuk ke mata, keseleo pergelangan kaki, migrain atau sakit telinga.
Kondisi-kondisi tersebut masuk dalam kategori kategori serius namun bukan kegawatan.
Pasien yang masuk di kategori ini membutuhkan perawatan setidaknya dalam waktu satu
jam setelah tiba di UGD
3. Pasien Darurat Tidak Gawat :
Pasien yang datang dengan kondisi tidak mengancam jiwa (tidak
gawat) dan tidak membutuhkan pertolongan secepatnya, misalnya
luka lecet, pasien poli ke IGD
Penanganan :
Pasien dengan kondisi cedera atau gejala ringan, yang biasanya
Lanjutan ... telah dialami lebih dari seminggu, seperti ruam atau rasa sakit dan
nyeri ringan, masuk dalam kategori kelima atau kondisi yang
tidak mendesak. Pasien dalam kategori ini dapat menunggu
hingga paling lama dua jam, sebelum ditangani dokter
4. DOA :
Death On Arrival : Pasien yang datang dalam keadaan meninggal
(Nur,akbar.2017).
Aspek  Cemas
Psikologis Pada  Histeris
Situasi Gawat  Mudah marah

Darurat
Peran perawat sebagai pelaksana keperawatan di IGD: Pemberi
asuhan (care giver), pelindung (advocate), penasehat (counselor).
Pendidik, koordinator, kolaborator, konsultan. Fungsi perawat
IGD yaitu Independen, devenden, dan kolaborasi

Peran & Fungsi (Nur,akbar.2017).

Perawat IGD * Independen (mandiri)

* Devenden (Tergantung pada dokter)


* Kolaborasi (Interde-penden)
1) Cepat tepat
2) Penyelamatan hidup yang stabil
3) Sistem monitoring kondisi ppasien harus setiap saat
Prinsip Umun 4) Alat kesehatan penyelamatan hidup siap digunakan
Pelayanan 5) Keamanan diri pasien dan perawat harus dijaga
Keperawatan 6) Informasi dan pendidikan
IGD 7) Sistem dokumentasi yang dipakai dapat digunakan secara
cepat, mudah dan tepat
8) Etik dan legal keperawatan haarus dijaga (Nur,akbar.2017).
Supaya komunikasi yang kita lakukan dapat mencapai tujuan
yang diharapkan, seorang perawat harus menguasai teknik-teknik
berkomunikasi agar terapeutik dan menggunakannya secara
efektif pada saat berinteraksi dengan klien, Berikut ini teknik
komunikasi Stuart & Sundeen (1998) yang dikombinasikan
dengan pendapat ahli lainnya, Mendengarkan dengan penuh
Teknik perhatian (listening)

Komunikasi a) Mendengarkan dengan penuh perhatian

Pada Gawat b) Menunjukkan penerimaan (accepting)

Darurat c) Menanyakan pertanyaan yang berkaitan


d) Memfokuskan (focusing)
e) Merefleksikan (Menyampaikan hasil observasi)
f) Identifikasi tema
g) Memberi informasi (informing)
Sekalipun perawat sudah memahami tentang cara berkomunikasi yang efektif
dengan klien.pada kenyataan nya terkadang perawat tidak mampu melakukannya
dengan baik. Hal ini mungkin disebabkan adanya hambatan, baik yang datangnya
dari klien maupun dari perawat itu sendiri. Ada lima jenis hambatan yang spesifik
yaitu resistans, tranferens, kontentransferens, pelanggaran batas, dan pemberian
hadiah (Suryani, 2005).
1. Resistens : Beberapa bentuk resistens menurut Stuart G. W. (1998) dalam
(Suryani, 2005) dalam (Suryani, 2005).
Hambatan a. Sugesti
Dalam b. Gejala penyakit semakin mencolok

Komunikasi Di c. Pesimis terhadap masa datang

IGD d. Adanya hambatan intelektual yang dapat diidentifikasikan dari ucapan


atau perilaku klien
e. Berperilaku tidak wajar
f. Bicara hal yang bersifat “dangkal”
g. Secara verbal mengungkapkan pemahaman tetapi perilakunya tetap
destruktif
h. Menolak untuk berubah
2. Transferens
Transferens merupakan respon tak sadar berupa perasaan atau
perilaku terhadap perawat yang sebetulnya berawal dari
berhubungan dengan orang- orang tertentu yang bermakna
baginya pada waktu dia masi kecil.
Adapun motivasi kllien, analisis resistens dan transferens
merupakan alat untuk memperoleh kembali kesadaran diri klien
Lanjutan ... atas motivasinya dan belajar bertanggung jawab dalm semua
tindakan dan tingkah lakunya. Hal-hal yang harus dilakukan
adalah (Suryani, 2005) :

a) Mendengarkan
b) Klarifikasi dan refleksi
c) Menggali perilaku
3. Kontertransferens
Biasanya timbul dalam bentuk respons emosional, hambatan terapeutik ini berasal
dari perawat yang diangkitkan atau dipancing oleh sika klien. Menurut Thomas
M.D (1991) dan Stuard G.W (1998) dalam (Suryani, 2005), perawat harus segera
menganalisis diri jika beberapa hal berikut terjadi saat merawat klien:
a) Love dan caring berlebihan
b) Benci dan marah berlebihan
c) Cemas dan rasa bersalah yang muncul berulang-ulang
d) Tidak mampu berempati terhadap klien

Lanjutan ... e) Perasaan tertekan selama atau setelah proses


f) Tidak bijaksana dalam membuat kontrak dengan klien, terlambat atau terlalu
lama dan lain-lain
g) Mendukung ketergantungan klien
h) Berdebat dengan klien atau memaksa klien sebelum klien siap
i) Menolong klien untuk hal yang tidak berhubungan dengan sasaran asuhan
keperawatan
j) Menghadapi klien dengan hubungan pribadi atau sosial
k) Melamunkan klien
Menurut Stuard GW (1998) dalam (Suryani, 2005), terdapat 5
cara mengidentifikasi terjadinya kontertransferens :
a) Perawat harus dapat menguji diri sendiri atas apa yang
diharapkan kepada kliennya,
b) Perawat harus mampu menguji diri sendiri melalui latihan
menjalin hubungan, terutama ketika klien menentang atau
mengkritik,
Lanjutan ... c) Perawat harus dapat menemukan sumber masalahnya,

d) Ketika kontertransferens terjadi, perawat harus bisa melatih diri


untuk mengontrolnya,
e) Jika perawat membutuhkan pertolongan dalam mengatasi
kontertransferens, pengawasan secara individu maupun kelompok
dapat lebih membantu.
4. Pelanggaran Batas
Pelanggaran batas bisa terjadi jika perawat melampaui batas
hubungan yang terapeutik dan membina hubungan sosial ekonomi
atau hubungan personal dengan klien.Untuk mencegah terjadinya
pelanggaran batas dalam berhubungan dengan klien, perawat
sejak awal interaksi perlu menjelaskan atau membuat kesepakatan
bersama klien tentang hubungan yang mereka jalin.
Lanjutan ... 5. Pemberian Hadiah
Pemberian hadiah adalah masalah yang kontroversial dalam
keperawatan.Di satu pihak ada yang menyatakan bahwa
pemberian hadiah dapat membantu dalam mencapai tujuan
terapeutik, tapi dipihak lain ada yang menyatakan bahwa
pemberian hadiah bisa merusak hubungan terapeutik (Suryani,
2005).
 Anjaswarni,tri. 2016."Komunikasi Dalam Keperawatan
".Jakarta:Pusdik SDM kesehatan
 Nur,akbar.2017. Buku Saku: "Keperawatan &
Kebidanan.Makasar":Celebes Media Perkasa
 Suryani.2005."Komunikasi Terapeutik: Teori Dan
Praktik".Jakarta EGC
Daftar Pustaka  Priharjo.robert. 1995. "Pengantar Etika Keperawatan.
Yogyakarta" : Kanisius
 UU RI No 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
(www.hukumonline.com)
Terimah Kasih ☺️

Anda mungkin juga menyukai