Anda di halaman 1dari 21

RATIH BAYUNINGSIH, M.

KEP

ASUHAN KEPERAWATAN
INFEKSI PERNAFASAN
ASMA

 Gangguan inflamasi kronis pada jalan nafas


tempat banyak sel (sel mast, eosinofil dan
limfosit T) memegang peranan.
  menyebabkan episode “mengi”
kambuhan, sesak nafas, dada sesak, dan
batuk pada malam hari atau pagi hari.
(National Asthma Education and Prevention,
1997).
Klasifikasi asthma
(National Heart, Lung and Blood Institue, 1995)

 Intermiten ringan
 Persisten ringan
 Persisten sedang
 Persisten berat
Etiologi

 Reaksi alergi
 Pada bayi: hubungan yang kuat antara infeksi
virus dan asma
 Predisposisi: genetik
 Pajanan pada zat kimia
 Perubahan cuaca
 Flu dan infeksi
 Emosi
 Aktivitas fisik
Manifestasi klinis

 Batuk : kering, paroksimal, iritatif, dan


nonproduktif, sputum berbusa, jernih dan
kental
 Sesak nafas, fase ekspirasi memanjang,
mengi
 Bibir merah gelap
 Sianosis
 Gelisah
 Ketakutan, berikeringat
 Hiperresonansi pada perkusi
 Bunyi nafas kasar dan keras
 Mengi di seluruh bidang paru
 Ronki kasar
 Mengi saat inspirasi dan ekspirasi, nada
meninggi
Evaluasi diagnostik

 Uji fungsi paru __. Metode diagnostik yang


objektif dan dapat diulang spirometri
(pada anak 5-6 tahun
 Pengukuran laju aliran ekspirasi pernafasan
puncak (peak expiratory flow rate, PEFR)
 Uji kulit: mengidentifikasi alergen spesifik
Penatalaksanaan

 Tujuan: mencegah disabilitas dan meminimalikan


morbiditas fisik dan psikologi
 Pengenalan priode akut pada keluarga dan
menghindari alergen yang timbul pada anak
 Terapi obat: mencegah dan mengendalikan gejala
asma, mengurangi keparahan dan
menghilangkan obstruksi aliran udara.
 Nebuliser (inhaler dosis terukur)
 Kortikosteroid: oral (jangka pendek), inhalasi (jangka
panjang)
 Natrium kromolin:obat nonsteroid 
menstabillkan membran sel mast, menghambat
aktivasi dan pelepasan mediator dari eosinofil
dan mengghambat penyempitan saluran nafas
 Agonis adrenergik b digunakan untuk pengobatan
eksaserbasi akut untuk pencegahan
bronkospasma akibat latihan
 Metilsantin (teofilin): untuk mengurang gejala dan
mencegah serangan asma  bronkodilator –
kontrol konsentrasi serum
 Latihan fisik  bronkospasme (exercise
Induced Broncospasme) sifatnya reversibel
setelah 5-10 menit….kegiatan renang dapat
ditoleransi
 Fisioterapi dada : mencakup latihan bernafas
dan latihan fiisik
Pengkajian

 Pemeriksaan fisik:
 Fokus pada pemeriksaan dada : bunyi nafas,
ferkuensi nafas
 Uji diagnostik: uji fungsi paru, dan uji kulit
Diagnosa keperawatan

 Resiko asfiksia b.d interaksi individu dengan


alergen
 Bersihan jalan nafas inefektif b.d respon
alregenik dan inflamasi pada percabangan
bronkus
 Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan
antara siplay dengan kebutuhan oksigen
 Perubahan prposes keluarga b.d sakit kronis
pada anak
TUBERKULOSIS

 Disebabkan oleh kuman Mycobacterium


Tuberculose
 Anak rentan terhadap mikroorganisme yang
menyerang manusia (mycobacterium
Tuberculose) dan sapi (mycobacterium bovis)
Predisposisi

 Hereditas (resistensi terhadap infesi dapat


dirturunkan)
 Gender (remaja putri tinggi)
 Usia (remaja lebih tinggi insidennya)
 Status nutrisi
 Infeksi yang bersamaa dengan infeksi lain:
HIV, campak, pertusis
Evaluasi diagnostik

 Uji tuberkulin  uji mantoux


 Reaksi positif jika individu telah mengalami
sensitivitas terhadap protein tuberkulin basilus
 Indurasi > 5 mm 
▪ Anak yg mengalami kontak dengan org yg dicurigai
menderita kasus TB
▪ Bukti klinis adanya TB
▪ Anak dengan imunosupresif HIV
 Indurasi > 10 mm
▪ Anak dengan peningkatan pajanan lingkungan lahir
▪ Terpajan dengan orang dewasa
▪ Anak usia < 4 tahun
 Indurasi > 15 mm
▪ Anak2 yang berusia 4 tahun atau lebih tanpa faktor
resiko
menurut kelompok kerja TBC anak (IDAI, DEPKES & WHO
2004), adalah dengan sistem skoring. Orangtua bisa
melakukan sendiri, kok, dalam menghitung skornya, ada 8
parameter sebagai berikut :
 Kontak dengan penderita TB (tidak jelas = 0 poin, hanya
laporan keluarga atau kontak dengan penderita yang sudah
berobat = 1 poin, kontak dengan penderita TB aktif = 3 poin)
 Uji Tuberkulin/ Tes Mantoux (negatif = 0 poin, positif = 3)
 Berat badan anak berdasarkan KMS (dibawah garis merah
atau riwayat BB turun atau tidak naik 2 bln berturut-turut =
1 poin, secara klinis gizi buruk = 2 poin)
 Demam tanpa sebab jelas (tidak ada = 0 poin, lebih dari 2
minggu = 1 poin)
 Batuk berkepanjangan ( 3 minggu = 1 poin)
 Pembesaran kelenjar di sekitar leher (ukuran lebih dari 1 cm,
jumlah lebih dari 1 buah, tidak nyeri saat di tekan = 1 poin)
 Pembengkakan tulang/sendi panggul, lutut (bila ada
pembengkakan = 1 poin)
 Foto rontgen (normal = 0 poin, suspect/curiga = 1 poin)
 Anak dikatakan positif TB bila skor dari ke-8 parameter di
atas adalah MINIMAL 6 POIN.
(sumber : dari sini)
PNEUMONIA

Inflamasi parenkim paru


Merupakan penyakit yang sering terjadi pada
anak terutama bayi dan toddler
Tanda-tanda umum

 Demam– cukup tinggi


 Pernafasan: batuk, bunyi nafas
 Foto thorak: infiltrasi difus
 Perilaku: sensitifitas, gelisah, letargik
 Gastrointestinal: anoreksia, muntah, diare,
nyeri abdomen
Golongan peneumonia

 Pneumonia lobaris  melibatkan semua atau


segemen yang luas dari satu lobus paru atau lebih
 Bronkopneumonis  dimulai dari bronkiolus
terminal, yang tersumbat denganeksudat
mukopurulen yang membentuk bidang yang
terkonsolidasi pada lobus2 didekatnya
 Pneumonia interstitial  proses inflamasi dengan
batas-batas yang lebih atau kurang dalam dinding
alveolus

Anda mungkin juga menyukai