Anda di halaman 1dari 27

Perencanaan Kinerja Keuangan

Suatu proses untuk mencapai tujuan-tujuan


keuangan seseorang melalui manajemen keuangan
secara terintegrasi terencana umumnya diurutkan
berdasarkan prioritasnya :

1. Prioritas pertama dalam perencanaan keuangan adalah memenuhi


kebutuhan jangka pendek, dalam hal ini adalah mengelola arus kas (cash
flow).
2. Prioritas kedua adalah manajemen risiko individu (personal risk
management). Pada bagian ini, seseorang memastikan aset-asetnya telah
terlindungi dengan cukup.
3. Prioritas ketiga adalah tujuan-tujuan keuangan jangka menengah. Prioritas
yang ada bisa saja berbeda.
4. Prioritas keempat adalah tujuan keuangan jangka panjang.
5. Prioritas Kelima distribusi keuangan.
Tujuan Laporan Keuangan
1. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi
keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan
suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah
besar pemakai dalam mengambil keputusan
ekonomi
2. Untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian
besar pemakai
3. Menunjukan apa yang telah ditawarkan oleh
manajemen
1. Likuiditas Mengukur kemampuan perusahaan
memenuhi kewajiban jangka pendek
2. Solvabilitas Mengukur kemampuan perusahaan
memenuhi kewajiban jangka panjang
3. Rentabilitas Mengukur kemampuan perusahaan
menghasilkan keuntungan
4. Aktivitas Menunjukan bagaimana sumber daya telah
dimanfaatkan secara optimal, yang diketahui dengan
cara membandingkan nya dengan standar industri
5. elama periode tertentu
Likuiditas
1. Current Ratio : Aktiva Lancar
Hutang Lanca

1. Quick Ratio : Aktiva Lancar – Persediaan


Hutang Lancar

2. Cash Ratio : Kas + Surat Berharga


Hutang Lancar
Contoh
Neraca per 31 Desember
Aktiva Lancar : Hutang Lancar :
Kas 2,750,000 Hutang Dagang 17,800,000
Bank 17,500,000 Hutang Biaya 26,450,000
Surat Berharga 12,500,000 Jumlah 44,250,000
Piutang 17,500,000 H.Jangka Panjang :
Persediaan 27,500,000 Obligasi 20,000,000
Jumlah 77,750,000 Kredit Investasi 30,000,000
Aktiva Tetap : Jumlah 50,000,000
Tanah 30,000,000 Modal :
Kendaraan 35,000,000 Modal Saham 100,000,000
Mesin 60,000,000 Laba Ditahan 28,500,000
Bangunan 20,000,000
Jumlah 145,000,000 Jumlah 128,500,000
Total 222,750,000 Total 222,750,000

Current Ratio 1.76

Quick Ratio 1.14

Cash Ratio 0.74


Menaikkan Current Ratio
Menambah Aktiva Lancar :
Menjual Aktiva Tetap
Menambah Modal
Menambah Hutang Jangka Panjang
Mengurangi Hutang Lancar
Menjual Aktiva tetap
Menambah Modal untuk membayar hutang
Menambah H.J.Panjang untuk membayar Hutang
Lancar
Solvabilitas
1. Long Term Debt to Fixed Asset :
Hutang Jangka Panjang
Aktiva Tetap
2. Long Term Debt to Total Asset / Debt Ratio :
Total Hutang
Total Asset
3. Debt to Equity Ratio :
Total Hutang
Modal Sendiri

Contoh
Neraca per 31 Desember
Aktiva Lancar : Hutang Lancar :
Kas 2,750,000 Hutang Dagang 17,800,000
Bank 17,500,000 Hutang Biaya 26,450,000
Surat Berharga 12,500,000 Jumlah 44,250,000
Piutang 17,500,000 H.Jangka Panjang :
Persediaan 27,500,000 Obligasi 20,000,000
Jumlah 77,750,000 Kredit Investasi 30,000,000
Aktiva Tetap : Jumlah 50,000,000
Tanah 30,000,000 Modal :
Kendaraan 35,000,000 Modal Saham 100,000,000
Mesin 60,000,000 Laba Ditahan 28,500,000
Bangunan 20,000,000
Jumlah 145,000,000 Jumlah 128,500,000
Total 222,750,000 Total 222,750,000

LTD to FAR 0.34

LTD to Tot.A 0.42

Tot.D to Eq.R 0.73


Rentabilitas

Rentabilitas Ekonomi Kemampuajn perusahaan


menghasilkan laba dengan menggunakan seluru modal
yang ada selama periode tertentu

RE = Laba Operasi
Asset
Rentabilitas Modal Sendiri

Rentabilitas Modal Sendiri : Kemampuan perusahaan


menghasilkan keuntungan hanya dengan menggunakan
modal sendiri selama periode tertentu

RMS = Laba Bersih


Modal Sendiri
Sales 280,750,000
Sales Return 2,800,000
Nett Sales 277,950,000
God of the sold 160,000,000
Gross profit 117,950,000

Operating Expense :
* Sales Exp 35,750,000
* Adm & Gen.Exp 38,600,000
74,350,000
Operating Profit 43,600,000
Interest 7,875,000
Earning Before Taxes 35,725,000
Taxes 14,290,000
Earning After Taxes 21,435,000

Rentabilitas Ekonomis 0.20


Rentabilitas Modal Sendiri 0.17
Rasio Aktivitas
Periode Pengumpulan Piutang = Piutang x 360 = ….. hari
Penjualan

Perputaran Piutang = Penjualan Kredit = ….. kali


Piutang

Perputaran Persediaan= Harga Pokok Penjualan =….. kali


Rata-rata Persediaan
Neraca per 31 Desember
Aktiva Lancar : Hutang Lancar :
Kas 2,750,000 Hutang Dagang 17,800,000
Bank 17,500,000 Hutang Biaya 26,450,000
Surat Berharga 12,500,000 Jumlah 44,250,000
Piutang 17,500,000 H.Jangka Panjang :
Persediaan 27,500,000 Obligasi 20,000,000
Jumlah 77,750,000 Kredit Investasi 30,000,000
Aktiva Tetap : Jumlah 50,000,000
Tanah 30,000,000 Modal :
Kendaraan 35,000,000 Modal Saham 100,000,000
Mesin 60,000,000 Laba Ditahan 28,500,000
Bangunan 20,000,000  
Jumlah 145,000,000 Jumlah 128,500,000
Total 222,750,000 Total 222,750,000

Perid P Piutang 22.67

Perput Piutang 15.88

Perput Persd 5.82


Break Even Point
Pengertian

1. Purba menyatakan Break Even Point berdasar kepada suatu


pernyataan yang sederhana, berapa jumlah unit produksi yang
harusnya dijual guna menutupi semua biaya yang telah
dikeluarkan untuk menghasilkan produk tersebut
2. (PS Djarwanto) BEP adalah suatu kondisi impas yaitu bila telah
tersusun perhitungan laba-rugi entitas bisnis pada periode
tertentu, dan entitas tersebut tidak memperoleh keuntungan
juga tidak mengalami kerugian
3. Garrison dan Noreen Suatu tingkat penjualan yang dibutuhkan
untuk menutupi total biaya biaya operasional yang dikeluarkan
dimana BEP tersebut adalah earning before interest and tax /
EBIT (laba sebelum bunga dan pajak)
Break Even Point
=
Analisa Pulang Pokok (Titik Impas)
=
Cost – Profit - Volume
(Merupakan Cost Profit Planning)
Kegunaan BEP
Membantu dan memberikan informasi pada
manajemen dalam memecahkan masalah yang
sedang dihadapi, seperti :
1. Pendapatan
2. HPP
3. Biaya
4. Keuntungan yang direncanakan
5. Kemungkinan menambah investasi
Manfaat BEP
1. Sebagai alat dalam perencanaan untuk menghasilkan
laba
2. BEP menyediakan informasi tentang berbagai tingkat
jumlah volume suatu penjualan dan hubungannya
dengan potensi mendapatkan laba berdasarkan tingkat
volume penjualan yg bersangkutan
3. Untuk mengevaluasi laba entitas secara keseluruhan.
4. Mengganti tebalnya sistem laporan dengan grafik yang
sangat mudah dibaca ataupun dimengerti.
Asumsi Dasar yang digunakan :

1. Biaya dibagi 2, Biaya Variabel dan Biaya Tetap


2. Secara total biaya variabel berubah-ubah
3. Biaya tetap secara total atidak berubah-ubah
4. Dalam periode yang dianalisa harga perunit tidak
berubah.
5. Produk yang dihasilkan 1 macam, apabila lebih dari 1,
maka perimbangan hasil penjualan masing-masing
produk adalah konstan.
Untuk Laba Maksimal ?

1. Menekan biaya produksi maupun biaya operasional


pada harga dan volume penjualan yang ada.
2. Menentukan harga jual sesuai dengan laba ytang
diinginkan.
3. Meningkatkan volume penjualan secara maksimal
Untuk Unit
BEP = F C
P–V

Untuk Rupiah
BEP = FC
1 – VC
S
Contoh :

Sebuah perusahaan bekerja dengan biaya tetap sebesar Rp. 300.000,-


Biaya variabel per unit Rp. 40,-
Harga jual per unit Rp. 100,-
Kapasitas produksi maksimal 10.000 unit

BEP = FC/P-VC
BEP = 300.000/100 - 40
BEP = 5.000 unit
Perubahan berbagai faktor
1. Perubahan biaya tetap ke Rp. 350.000,-

BEP = FC/P-VC
BEP = 350.000/100 - 40
BEP = 5.833 unit

2. Perubahan biaya variabel ke Rp. 45,-

BEP = FC/P-VC
BEP = 300.000/100 - 45
BEP = 5.454 unit
PRODUK LEBIH DARI 1 JENIS

Produk A Produk B Total

Unit yg dijual 1,500 2,000 3,500


Harga Jual 5,000 4,500 9,500
Penjualan 7,500,000 9,000,000 16,500,000
Biaya Tetap 1,500,000 1,750,000 3,250,000
B.Variabel 3,750,000 5,500,000 9,250,000
Keuntungan 2,250,000 1,750,000 4,000,000

BEP A = 1.500.000/1-(3.750.000/7.500.000)

= 3,000,000

BEP B = 1.750.000/1-(5.500.000/9.000.000)

= 4,500,000

BEP A & B = 3.250.000/1-(9.250.000/16.500.000)

BEP = 7,396,552

Produk A = 7,5/16,5x7.396.552 3,362,069

Produk B = 9/16,5x7.396.552 4,034,483

7,396,552

Anda mungkin juga menyukai