Disusun Oleh Kelompok 6 Anggota: 1. AKHMAD BADRIANSYAH 1814201110004 2. AULIA MARDATILLAH 1814201110010 3. BERLIAN WIDYANTY DWI PUTRI 1814201110013 4. DENISTYA AMALIA 1814201110015 5. ELFA EL YANA 1814201110021
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN REGULER
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN 2020/2021 Pendahuluan Tenggelam (drowning) merupakan kematian akibat asfiksia yan terjadi dalam 24 jam setelah peristiwa tenggelam di air, sedangkan hampir ternggelam korban masih dalam keadaan hidup lebih dari 24 jam setelah peristiwa tenggelam di air. Jadi tenggelam merupakan suatu keadaan fatal, sedangkan hampir tenggelam mungkin dapat berakibat fatal Tenggelam adalah suatu peristiwa dimana terbenamnya seluruh atau sebagian tubuh kedalam air. Pada umumnya tenggelam merupakan kasus kecelakaan, baik secara langsung maupun karena ada faktor-faktor tertentu seperti korban dalam keadaan mabuk atau dibawah pengaruh obat. World Health Organization (2014) mendefinisikan tenggelam sebagai suatu proses kerusakan pernapasan akibat masuknya sebagian atau seluruhnya air ke dalam sistem pernapasan. . Case (Kasus) Tenggelam Seorang laki-laki usia 25 tahun dibawa ke UGD karena tenggelam di laut. Hasil pemeriksaan vital sign: Tekanan Darah: 90/60 mmHg, Nadi: 95x/menit (Irreguler), Respirasi dibantu dengan BVM: 12x/menit. Pasien masih belum bernafas spontan dan pasien masih tidak sadar. Riwayatnya pasien sempat dilakukan CPR di lokasi kejadian. Pertanyaan dan Jawaban : Apa masalah dan diagnosa pada kasus tersebut Lanjutan manajemen tatalaksana pada kasus tersebut Pada prosedur bantuan hidup dasar, salah satunya ialah tidak membahayakan keselamatan penolong. Ketika pasien tenggelam di laut dan ombak dapat membahayakan keselamatan penolong, maka penolong tidak boleh langsung terjun ke air dan dapat mencari benda lain untuk mengangkut pasien ataupun menggunakan pengaman terlebih dahulu. Pada kasus tenggelam, diperlukan setidaknya dua orang dewasa untuk mengangkat pasien dari air ke darat secepatnya. Proses selanjutnya ialah dengan mengangkat kepala pasien dan tidak perlu dijungkirkan untuk membuang airnya. Kemudian membersihkan jalan nafas pasien dan berikan oksigen, bisa menggunakan bag valve mask (BVM) serta melakukan RJP. Membersihkan jalan nafas, bisa dengan membersihkan bagian hidung atau mulut dari sumbatan, seperti pasir (Priyambodo, Istiningtyas & Rahardiantomo, 2016). Lanjutan Hal yang pertama dan utama dalam menangani korban tenggelam adalah memberikan ventilasi segera. RJP dilakukan dengan urutan C-A-B dimana penangan sirkulasi menjadi fokus utama. Namun, pada pertolongan pasien tenggelam, siklus A-B-C tetap dipertahankan oleh karena sifat hipoksia dari arrest yang terjadi sehingga apabila korban hanya mengalami henti nafas dapat segera merespon tindakan yang diberikan. Manajemen yang dilakukan diawali dengan mempertahankan jalan nafas (A=Airway) dengan menggunakan gerakan head tilt-chin lift. Apabila terdapat kecurigaan adanya cedera servikal maka gerakan jaw thrust lebih dianjurkan. Kemudian pemberian nafas bantuan (B=Breathing) dua kali selama masing-masing 1 detik baik dengan teknik mouth-to-mouth maupun mouth-to-nose. Lanjutan Teknik mouth-to-mouth dilakukan dengan cara mencubit hidung pasien dan melingkarkan mulut penolong di mulut pasien sehingga tercipta airtight mouth-to- mouth seal. Sedangkan teknik mouth to-nose dilakukan apabila penolong kesulitan mencubit hidung pasien atau pasien berada dalam air. Segera setelah pemberian nafas bantuan dilakukan kompresi dada (C=Chest compression). Tindakan ini dilakukan di area bawah tulang dada (sternum) sekitar 2-3 jari di atas ujung tulang dada (processus xiphoideus). Frekuensi kompresi yang dilakukan setidaknya 100 kali per menit dengan kedalaman 5 cm. Rasio kompresi-ventilasi yang digunakan pada orang dewasa adalah 30:2. Indikasi penghentian RJP adalah apabila pasien sadar atau dapat bernafas spontan, pasien meninggal atau penolong mengalami kelelahan. Lanjutan... Chain of survival merupakan suatu serial tindakan yang harus dilakukan pada pasien yang mengalami henti jantung. Chain of survival terdiri dari lima unsur,yakni: pengenalan dini henti jantung, pemberian CPR secara dini, pemberian defibrilator sesegera mungkin, penatalaksanaan ALS (Advance Life Support), dan perawatan pasca henti jantung. Rantai kehidupan (chain survival) terdiri dari beberapa tahap berikut ini (AHA, 2010): 1. Mengenali sedini mungkin tanda-tanda cardiac arrest dan segera mengaktifkan 2. Panggilan gawat darurat (Emergency Medical Services) 3. Segera melakukan RJP dengan tindakan utama kompresi dada 4. Segera melakukan defibrilasi jika ada indikasi 5. Segera memberi bantuan hidup lanjutan (advanced life support) 6. Melakukan perawatan post cardiac arrest. Indikasi RJP : 1. Pasien henti nafas 2. Pasien henti jantung
Alur Basic Life Support :
- Tahapan persiapan Sebelum melakukan resusitasi maka harus dilakukan beberapa prosedur berikut pada pasien (AHA, 2010) : 1. Memastikan kondisi lingkungan sekitar aman bagi penolong. 2. Memastikan kondisi kesadaran pasien 3. Mengaktifkan panggilan gawat darurat. 4. Memastikan posisi pasien tepat Fase-fase RJP (Resusitasi Jantung Paru) Sesuai Algoritma AHA 2010 1. Circulation (C) Mengkaji nadi/ tanda sirkulasi Ada tidaknya denyut jantung korban/pasien 2. Airway (A) Tindakan ini bertujuan mengetahui ada tidaknya sumbatan jalan napas oleh benda asing 3. Breathing (B) Bantuan napas dapat dilakukkan melalui mulut ke mulut Bagaimana tindakan kolaboratif pada kasus • Hambatan Pertukaran Gas tersebut - Resusitasi : 1. Panggil bantuan dokter sesuai kebutuhan 2. Pasang IV dan berikan cairan IV sesuai kebutuhan. 3. Sediakan obat-obatan yang sesuai kebutuhan - Manajement jalan nafas buatan - Pantau pembacaan rongent dada
• Gangguan Sirkulasi Spontan
- Terapi oksigen
• Manajemen ventilasi mekanik non invasif
• Konsultasikan dengan klien atau profesional kesehatan lainya Daftar pustaka Hariyono, Arif Hidayatul & Bahrudin. 2019. Modul Pembelajaran Keperawatan Gadar. Jombang: Icme Press. Prawedana, Gd. Harry Kurnia & Putu Pramana Suarjaya. 2017. Bantuan Hidup Dasar Dewasa Pada Near Drowning di Tempat Kejadian. Priambodo, Galih, Anita Istiningtyas & Egar Rahardiantomo. 2016. Indikator Bantuan Hidup Dasar Untuk Menolong Korban Tenggelam. Jurnal KesMaDaSka: 146-152. Ginting, Septa Arnesia Br. 2019. “GAMBARAN PENGETAHUAN MAHASISWA NERS TINGKAT III TENTANG PERTOLONGAN PADA KORBAN TENGGELAM DI STIKES SANTA ELISABETH MEDAN TAHUN 2019.” Journal of Chemical Information and Modeling 53(9): 1689–99 TERIMAKASIH