Anda di halaman 1dari 10

SISTEM INFORMASI INSTALASI

GAWAT DARURAT

Kelompok 3:
Alfina Tri Hayati (1921004) Stephen Firmansyah (1921096)

Della Anggriani (1921017) Winda Rosalina (1921118)


Fahmil Rizky (1921031) Widia Ningsih (1921116)
Hardha Aisyah (1921040)
Nurul Fahira (1921072)
Nurul Syafdiah (1921074)
Rani Elovani (1921084)
Rusdiana Alfarisya (1921093)
PENDAHULUAN

▫ Latar Belakang
• Rumah sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan meliputi pelayanan, promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. (Depkes, 2007).
• Pelayanan rumah sakit mencakup pelayanan kesehatan dan pelayanan administrasi.
Pelayanan kesehatan itu sendiri meliputi pelayanan medik, pelayanan penunjang medik,
rehabilitasi medik, dan pelayanan asuhan keperawatan. Pelayanan tersebut dilaksanakan
melalui unit gawat darurat, unit rawat jalan dan unit rawat inap.
• Gawat Darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan medis segera guna
penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan lebih lanjut (UU no 44 tahun 2009). Menurut
Ritonga & Hasanbasri (2007), sebuah rumah sakit dalam pelayanan kesehatannya baik itu
dalam instalasi rawat inap maupun instalasi rawat jalan, sangat didukung oleh keberadaan
sebuah unit instalasi gawat darurat (IGD) yang berfungsi sebagai front gate masuknya pasien
ke dalam rumah sakit. Sebagai unit gawat darurat, proses pelayanan pada unit IGD harus
dilakukan dengan cepat dan tepat.
• Sistem Informasi di Rumah Sakit sangat diperlukan selain mempermudah akses pelayanan,
sehingga dapat berjalan lebih optimal. Sistem informasi merupakan rangkaian atau komponen
yang terdiri dari pengumpulan data yang kemudian diproses menjadi sebuah informasi yang
bermanfaat dalam pengambilan keputusan.
PEMBAHASAN
Pengertian Sistem Informasi IGD
• Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara  sendiri atau bersama-
sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok,
maupun masyarakat.
• Instalasi Emergensi/Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah salah satu bagian di dalam sebuah
rumah sakit yang menyediakan penanganan awal bagi pasien yang menderita sakit dan cedera,
yang dapat mengancam kelangsungan hidupnya. Di IGD terdapat dokter dari berbagai
spesialisasi bersama sejumlah perawat dan dokter jaga. Instalasi Gawat Darurat berfungsi
memberikan pelayanan medis yang sifatnya gawat dan darurat selama 24 jam sehari, 7 hari
seminggu.
• Organisasi IGD  bersifat multidisiplin, multiprofesi dan terintegrasi dengan struktur organisasi
fungsional yang terdiri dari unsur pimpinan dan unsur pelaksana yang bertanggung jawab
dalam pelaksanaan pelayanan terhadap pasien gawat darurat di IGD dengan wewenang penuh
yang dipimpin oleh seorang Dokter Penanggung Jawab Pelayanan.
Sumber Daya Manusia (SDM) di IGD
• Idealnya SDM di IGD terstruktur sebagai berikut (sesuai level IGD dan kelas rumah sakit):
• Jaga on call dokter subspesialis
• Jaga on site dokter Spesialis Bedah, Penyakit Daliam, Anestesi, Kebidanan dan Kandungan
serta dokter Spesialis Ilmu Kesehatan Anak
• Jaga on call dokter spesialis selain dokter spesialis seperti tersebut pada point no 2
• Dokter umum dengan sertifikasi Pelatihan Kegawat Daruratan
• Perawat Kepala S1 atau D3 dengan sertifftasi Pelatihan Kegawat Daruratan
• Perawat dengan sertifikasi Pelatihan Perawatan Emergensi
• Tenaga non medis; satuan pengamanan dan petugas kebersihan.

Proses Operasional Instalasi Gawat Darurat


• Pelayanan yaitu pelayanan keramahan petugas rumah sakit, kecepatan dalam
pelayanan.Rumah sakit dianggap baik apabila dalam memberikan pelayanan lebih
memperhatikan kebutuhan pasien maupun oranglain yang berkunjung dirumah sakit.
Kepuasan muncul dari kesan pertama pasien masuk terhadap pelayanan keperawatan
yang diberikan. Misalnya : pelayanan yang cepat, tanggap dan keramahan dalam
memberikanpelayanan keperawatan.
Standar operasional prosedur dan alur pelayanan :
 Pelayanan triase.
 Ruang resusitasi.
 Ruang observasi.
 Pelayanan rekam medik 24 jam.
 Standar fasilitas medik.
 Standar tenaga kerja yang kompeten.

Jenis Pelayanan Emergency Yang Paling Sering Dilakukan :


• 1) Tindakan penyelamatan jiwa pada pasien henti napas dan henti jantung.
• 2) Penanganan pasien sesak napas.
• 3) Penanganan serangan jantung/Payah Jantung.
• 4) Penanganan pasien tidak sadar.
• 5) Penanganan pasien kecelakaan.
• 6) Penanganan pasien cidera, misalnya: cedera tulang, cidera kepala, dan lain - lain.
• 7) Penanganan pasien dengan pendarahan.
• 8) Penanganan kasus Stroke.
• 9) Penanganan pasien kejang dan kejang demam pada anak.
• 10)Penanganan pasien keracunan.
• 11)Penanganan pasien dengan sakit perut hebat.
• 12)Penanganan medis korban bencana / disaster.
Ruang lingkup pelayanan Instalasi Gawat Darurat
1)   Pasien dengan kasus True Emergency
• Yaitu pasien yang tiba-tiba dalam keadaan gawat darurat dan terancam nyawanya atau
anggota badannya bila tidak mendapat pertolongan segera.
2)  Pasien dengan kasus False Emergency
Yaitu pasien dengan :
- Keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat.
- Keadaan gawat tetapi tidak mengancam nyawa atau anggota badannya.
-Keadaan tidak gawat dan tidak darurat.

Initial Assesment (Penilaian Awal)


1)  Persiapan
a. Fase Pra-Rumah Sakit
 Koordinasi yang baik antara dokter di rumah sakit dan petugas lapangan.
 Sebaiknya terdapat pemberitahuan terhadap rumah sakit sebelum penderita mulai diangkut dari
tempat kejadian.
 Pengumpulan keterangan yang akan dibutuhkan di rumah sakit seperti waktu kejadian, sebab
kejadian, mekanisme kejadian dan riwayat penderita.
b. Fase Rumah Sakit
 Perencanaan sebelum penderita tiba.
 Perlengkapan  airway  sudah dipersiapkan, dicoba dan diletakkan di tempat yang mudah
dijangkau.
 Cairan  kristaloid   yang   sudah  dihangatkan,  disiapkan  dan  diletakkan  pada tempat yang
mudah dijangkau.
 Pemberitahuan terhadap tenaga laboratorium dan radiologi apabila sewaktu-waktu  dibutuhkan.
  Pemakaian alat-alat proteksi diri.
 2)  Triase
Triase berasal dari bahasa Perancis, trier , yang berarti “menseleksi”, yaitu teknik untuk
menentukan prioritas penatalaksanaan pasien atau korban, saat sumber daya terbatas.

Peran SIM di Instalasi Gawat Darurat


• Sistem informasi manajement (SIM) didefinisikan sebagai suatu alat untuk menyajikan
informasi dengan cara sedemikian rupa sehingga bermanfaat bagi penerimanya. Tujuannya
adalah untuk menyajikan informasi guna pengambilan keputusan pada perencanaan,
pelaksaan, pengorganisasian, pengendalian kegiatan operasi subsistem suatu perusahaan, dan
menyajikan sinergi organisasi pada proses. Dengan demikian sistem informasi berdasarkan
konsep (input, prosesing, output).
Manfaat Sistem Informasi Manajemen di IGD
 
• Data klinis pasien terintegrasi sehingga pengolahan data menjadi lebih mudah dan
akurat.
• Dapat memberikan data yang konsisten serta dapat mencegah terjadinya redudancy
data.
• Mengurangi biaya percetakan untuk kegiatan registrasi / pendaftaran, kartu
berobat.
• Mengotentikasi User dan memberikan batasan hak akses untuk tiap-tiap fitursesuai
dengan jabatan masing-masing.
• Memiliki backup data sehingga akses data masih bisa berjalan walaupun
serverdown.
• Mempersingkat waktu yang diperlukan untuk pencarian / pemrosesan data klinis
pasien.
Undang - undang mengenai
Sistem Informasi Kesehatan
IGD
1. Undang-Undang Rumah Sakit Nomor 44 Tahun 2009 menjelaskan definisi Gawat Darurat
adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan medis segera guna penyelamatan
nyawa dan pencegahan kecacatan lebih lanjut.

2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 47 Tahun 2018 tentang Pelayanan Kegawatdaruratan


(Permenkes 47/2018) layaknya diketahui dan dipahami publik. Pasal 3 Permenkes 47/2018.

3.Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 19 Tahun 2016 SISTEM PENANGGULANGAN GAWAT


DARURAT TERPADU.

4.KEPMENKES RI No. 856/MENKES/SK/IX/2009 ini mengatur tentang standarisasi


pelayanan gawat darurat di rumah sakit.
SEKIAN DAN TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai