Anda di halaman 1dari 11

Tugas Perencanaan dan Evaluasi Kesehatan

Pelaksanaan dan Pemantauan Perencanaan Kesehatan

Disusun Oleh :

Alfina Tri Hayati (1921004)

Ayu Inggrina (1921011)

Andri Juanda (1921006)

Fahmil Rizky (1921031)

Hardha Aisyah (1921040)

Murni Santiani (1921064)

Nurul Fahira (1921072)

Nurul Syafdiah (1921074)

Rani Elovani (1921084)

Rusdiana Alfarisya (1921093)

Santi Wisna (1921095)

Stephen Firmansyah (1921096)

Winda Rosalina (1921118)

Widia Ningsih (1921116)

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA

LUBUK PAKAM

2020 – 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan
karunianya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pelaksanaan dan Pemantauan
Perencanaan”.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Delita Hayanti Panjaitan, SKM.,MKM
selaku dosen mata kuliah Perencanaan dan Evaluasi Kesehatan yang sudah memberikan
kepercayaan kepada kami untuk menyelesaikan tugas ini.

Kami sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam rangka menambah pengetahuan
dan wawasan kami. Kami pun menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan adanya kritik
dan saran demi perbaikan makalah yang akan kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Mudah - mudahan makalah sederhana ini dapat dipahami oleh semua orang khususnya bagi
para pembaca. Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya jika terdapat kata-kata yang kurang
berkenan.

Lubuk Pakam, 16 Juni 2021

Kelompok 3

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................1

DAFTAR ISI..................................................................................................2

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.......................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah..................................................................................4

1.3 Tujuan......................................................................................................4

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Perencanaan...........................................................5

2.2 Pengertian Gizi Buruk Pada Anak.........................................................5

2.3 Perencanaan Pada Permasalahan Gizi Buruk Pada Anak.........................6

2.4 Pelaksanaan Dan Pemantauan Dari KADARZI......................................6

BAB 3 PENUTUP

Kesimpulan................................................................................................10

Daftar Pustaka...........................................................................................10

2
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Untuk meningkatkan kinerja dan mutu perencanaan program kesehatan masyarakat,
diperlukan suatu proses perencanaan yang akan menghasilkan suatu rencana yang
menyeluruh (komprehensif dan holistik). Perencanaan kesehatan adalah kegiatan yang perlu
dilakukan dimasa yang akan datang, yang jelas tujuannya. Perencanaan merupakan inti
kegiatan manajemen, karena semua kegiatan manajemen diatur dan diarahkan oleh
perencanaan tersebut. Dengan perencanaan itu memungkinkan para pengambil keputusan
atau manajer untuk menggunakan sumber daya mereka secara berhasil guna dan
berdaya guna. Banyak batasan perencanaan yang telah dibuat oleh para ahli
Pelaksanaan adalah sebagai proses dalam bentuk rangkaian kegiatan, yaitu berawal
dari kebijakan guna mencapai suatu tujuan maka kebijakan itu diturunkan dalam suatu
program dan proyek. Monitoring adalah suatu proses pengumpulan dan menganalisis
informasi dari penerapan suatu program termasuk mengecek secara regular untuk melihat
apakah program atau kegiatan itu berjalan sesuai rencana sehingga masalah yang dilihat atau
ditemui dapat diatasi (WHO). Menurut Wrihatnolo, monitoring berfokus pada penelusuran
dan pelaporan mengenai masukan, kegiatan, dan terutama keluaran. Monitoring merupakan
fungsi manajemen yang dilakukan pada saat suatu kegiatan sedang berlangsung apabila
dilakukan oleh pimpinan maka mengandung fungsi pengendalian.
Gizi buruk masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama di seluruh
dunia, terutama di Asia Tenggara serta Afrika. Gizi buruk dapat berpotensi menunjang
angka morbiditas karena penyakit menular, misalnya TB (Tuberculosis). Diperkirakan lebih
dari 56% anak gizi buruk dengan TB tersebar”di Pasifik Barat dan Asia Tenggara. Oleh
karenanya, masalah gizi harus ditangani lebih tepat serta cepat. Pada anak status gizi buruk
dan mengalami morbiditas mengalami tingkat resiko mortalitas 3 kali lebih besar seperti
tertunda perkembangan kognitif anak, tertunda fisik, dan terkena penyakit menular. Gizi
buruk dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling terkait. Namun, secara langsung
dipengaruhi oleh 3 hal, yaitu; anak tidak cukup mendapat makanan bergizi seimbang, anak
tidak mendapat asuhan gizi yang memadai dan anak mungkin menderita penyakit infeksi.

3
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari perencanaan kesehatan?
2. Apakah yang dimaksud dengan gizi buruk pada anak?
3. Bagaimanakah perencanaan yang tepat untuk permasalahan gizi buruk pada anak?
4. Bagaimanakah proses pelaksanaan dan pemantauan dari perencanaan kesehatan
tersebut?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari perencanaan kesehatan.
2. Untuk mengetahui pengertian dari gizi buruk pada anak.
3. Untuk mengetahui perencanaan yang tepat pada permasalahan gizi buruk pada anak.
4. Untuk mengetahui proses pelaksanaan dan pemantauan dari perencanaan kesehatan
tersebut.

4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Perencanaan
Perencanaan kesehatan adalah kegiatan yang perlu dilakukan dimasa yang akan
datang, yang jelas tujuannya. Perencanaan merupakan inti kegiatan manajemen, karena
semua kegiatan manajemen diatur dan diarahkan oleh perencanaan tersebut. Dengan
perencanaan itu memungkinkan para pengambil keputusan atau manajer untuk
menggunakan sumber daya mereka secara berhasil guna dan berdaya guna. Banyak
batasan perencanaan yang telah dibuat oleh para ahli.

2.2 Pengertian Gizi Buruk pada Anak


Gizi buruk masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama di seluruh
dunia, terutama di Asia Tenggara serta Afrika. Gizi buruk dapat berpotensi menunjang
angka morbiditas karena penyakit menular, misalnya TB (Tuberculosis). Diperkirakan lebih
dari 56% anak gizi buruk dengan TB tersebar”di Pasifik Barat dan Asia Tenggara. Oleh
karenanya, masalah gizi harus ditangani lebih tepat serta cepat. Pada anak status gizi buruk
dan mengalami morbiditas mengalami tingkat resiko mortalitas 3 kali lebih besar seperti
tertunda perkembangan kognitif anak, tertunda fisik, dan terkena penyakit menular. Gizi
buruk dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling terkait. Namun, secara langsung
dipengaruhi oleh 3 hal, yaitu; anak tidak cukup mendapat makanan bergizi seimbang, anak
tidak mendapat asuhan gizi yang memadai dan anak mungkin menderita penyakit infeksi.

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dan Buku Saku Hasil
Pemantauan Status Gizi (PSG) Tahun 2016 di Indonesia, bahwa proporsi balita berusia 0
hingga 59 bulan dengan gizi buruk dan gizi kurang pada 2013 mencapai 19,6%. Angka ini
meningkat dari 17,9% pada 2010. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
Kementerian Kesehatan Tahun 2018 menunjukkan 17,7.% bayi usia di bawah 5 tahun
(balita) masih mengalami masalahmgizi. Terdiri dari balita yang mengalami gizi buruk
sebesar 3,9 % dan yang menderita gizi kurang sebesar 13,8 %. Dalam Profil Kesehatan
Provinsi Sumatera Utara Tahun 2017, prevalensi balita gizi buruk dan kurang sebesar 18,2
%

5
yang terdiri dari 5,2 % gizi buruk dan 13 % gizi kurang. Lebih tinggi 5,0 % dibandingkan
dengan angka provinsi tahun 2016 (13,2 %). Selanjutnya pada Tahun 2018, prevalensi balita
gizi buruk dan kurang di Sumatera Utara sebesar 19,67 % yang terdiri dari 5,37 % gizi
buruk dan 14,1m% gizi kurang.

Salah satu program pemerintah untuk menurunkan kasus gizi buruk perlu mendapat
perawatan 1000% merupakan salah satu indikator keluaran rencana strategi Kementerian
Kesehatan22010-2014. Dikarenakan gizi buruk disebabkan berbagai factor pemerintah harus
mengambil kebijakan secara komprehensif.kKebijakan yang diambilm olehm pemerintah
dalam penanggulangan masalah gizi terutama gizi buruk sesuai dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Upaya Perbaikan Gizi.
Bahwa untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat perlu dilakukan upaya perbaikan
gizi perseorangan serta gizi masyarakat pada seluruh siklus kehidupan sejak dalam
kandungan sampai dengan lanjut usia dengan prioritas kepada bagian rawan gizi, begitu
pula upaya perbaikan gizi dilakukan berdasarkan pedoman yang selama ini masih tersebar
dalam berbagai pedoman yang belum bersifat regulasi.

2.3 Perencanaan pada Permasalahan Gizi Buruk pada Anak.


KADARZI atau Keluarga sadar gizi adalah keluarga yang dapat mengidentifikasi,
mencegah dan mengatasi masalah gizi bagi setiap anggotanya. Pemantauan promosi
KADARZI dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan meliputi input, proses, dan
output. Pemantauan proses implementasi meliputi indikator, jadwal, metode implementasi
dan alat. Pembinaan keluarga KADARZI merupakan proses penyemangat, pembinaan dan
pemberian kader pendamping kepada keluarga untuk mengatasi masalah gizi yang dihadapi.

2.4 Pelaksanaan dan Pemantauan dari KADARZI


Pelaksanaan adalah sebagai proses dalam bentuk rangkaian kegiatan, yaitu berawal
dari kebijakan guna mencapai suatu tujuan maka kebijakan itu diturunkan dalam suatu
program dan proyek. Monitoring adalah suatu proses pengumpulan dan menganalisis
informasi dari penerapan suatu program termasuk mengecek secara regular untuk melihat
apakah program atau kegiatan itu berjalan sesuai rencana sehingga masalah yang dilihat atau
6
ditemui dapat diatasi (WHO). Menurut Wrihatnolo, monitoring berfokus pada penelusuran
dan pelaporan mengenai masukan, kegiatan, dan terutama keluaran. Monitoring merupakan
fungsi manajemen yang dilakukan pada saat suatu kegiatan sedang berlangsung apabila
dilakukan oleh pimpinan maka mengandung fungsi pengendalian. Rencana monitoring
sebaiknya mencakup langkah-langkah sebagai berikut:
a. Tentukan kegiatan dan keluaran utama yang harus dimonitor. Yang perlu kita
ingat adalah jangan berusaha untuk memonitor segala aspek. Yang penting,
kita memonitor apa yang telah dilakukan, keluaran apa yang dihasilkan, di
mana, kapan, oleh siapa, dan untuk siapa. Kemudian, hasil monitoring itu
dibandingkan dengan rencana semula, selisih antara rencana dan hasil
monitoring dibuat laporannya, dan kemudian sejauh mungkin faktor-faktor
penyebab perbedaan itu diidentifikasi. Tata cara penyimpanan data juga
penting untuk mempermudah penyusunan laporan yang akurat dan tepat
waktu. Sedapat mungkin sumber data yang telah dikumpulkan secara rutin
dimanfaatkan. Ciptakan format pelaporan yang tidak terlalu rumit, dengan
sebagian hasilnya disajikan secara visual/grafik.
b. Tentukan pihak mana yang akan melakukan monitoring, dan kapan sebaiknya
pihak yang melakukan monitoring yang dimaksud di sini bukan pihak
pengelola program langsung, untuk menjaga independensi. Dengan menganut
asas partisipatif, wakil-wakil penerima manfaat program/kegiatan sedapat
mungkin bersama-sama melakukan monitoring. Mengenai frekuensi, hal ini
sebaiknya dilakukan paling tidak setiap enam bulan sekali untuk sebuah
program jangka menengah atau jangka panjang.
c. Tentukan siapa saja yang akan menerima laporan hasil monitoring sebaiknya
laporan hasil monitoring disebarkan tidak hanya pada pihak-pihak pemerintah
(eksekutif dan legislatif), tetapi juga pada pihak pelaksana, instansi
pemerintah pusat serta wakil-wakil kelompok penerima manfaat, dan juga
OMS untuk meminta umpan balik.

7
 Pelaksanaan Pendampingan
Setelah memperoleh pelatihan, kader pendamping melaksanakan tugas-tugas
sebagai berikut:

a. Membuat jadwal kunjungan rumah keluarga sasaran.

Sesuai kesepakatan dengan keluarga sasaran, kader pendamping mengisi formulir untuk
berkunjung dan mengatur waktu kunjungan. Isi formulir dengan mengelompokkan target
menurut jarak terdekat antara setiap keluarga sasaran. Rencanakan kunjungan berdasarkan
beratnya masalah gizi yang dihadapi keluarga.

b. Melakukan kunjungan ke keluarga sasaran secara berkelanjutan. Kader pendamping


mengunjungi 10-20 keluarga. Setiap keluarga binaan akan terus mendampingi rata-rata 10
kali kunjungan sesuai dengan beratnya masalah hingga keluarga dapat segera mengatasi
masalah gizi tersebut. Oleh karena itu kunjungan harus sesuai dengan rencana yang telah
disiapkan agar pendampingan dapat diberikan secara optimal.

c. Satu jenis saat menerapkan sistem pendampingan kader pendamping harus mendapatkan
buku saku dan rekaman pendamping. Kader pendamping harus sopan, ramah, dan menjaga
hubungan baik dengan keluarga binaan, sehingga mau menerima dan berbagi masalah
langsung. Setelah menyelesaikan kunjungan ke masing-masing keluarga, selanjutnya
tercapai kesepakatan dengan keluarga sasaran untuk kunjungan .

d. Mengidentifikasi dan mencatat masalah gizi yang terjadi pada keluarga sasaran. Para
kader pendamping tetap perlu mencermati masalah gizi yang dihadapi selama kunjungan.
Padahal saat pendataan diketahui bahwa keluarga binaan mengalami masalah gizi.
Identifikasi masalah gizi dilakukan dengan mengajukan banyak pertanyaan terkait dengan 5
perilaku KADARZI, yang dapat dilihat pada formulir.

e. Pengamatan juga dilakukan terhadap anak atau anggota keluarga lainnya yang sakit,
lingkungan rumah dan kebersihan diri, serta menggunakan air bersih.

f. Semua hasil identifikasi harus dicatat sehingga dapat diberikan rekomendasi untuk setiap
sasaran berdasarkan masalahnya.

8
 Pemantauan Perencanaan
1. Dalam setiap kunjungan, kader pendamping harus selalu mengimbau dan mengajak
keluarga binaan untuk menimbang anak di posyandu setiap bulan. Untuk membuat
keluarga target lebih meyakinkan, perlu dikomunikasikan dan memuji.

2. Mengusahakan agar seluruh anak balita di wilayah tugasnya memiliki KMS. Setiap
anak pasti memiliki KMS sebagai alat pemantau tumbuh kembangnya. Oleh karena
itu, kader pendamping harus memastikan bahwa permohonan KMS diberikan kepada
anak balita di keluarga binaan dengan cara mengajukan permohonan KMS tersebut
ke bidan Poskesdes atau TPG (pelaksana gizi) di Puskesmas.

3. Menganjurkan keluarga yang mempunyai bayi 0-6 bulan untuk memberikan ASI
(Air Susu Ibu) saja (ASI Eksklusif) dan memberikan makanan pendamping ASI
kepada bayinya sejak usia 6 bulan-24 bulan.

4. Menganjurkan balita maupun keluarga untuk mengonsumsi aneka ragam makanan


sesuai anjuran yang diberikan. Menganjurkan keluarga agar selalu mengonsumsi
garam beryodium. Biasanya garam beryodium sudah tersedia di pasaran. Oleh karena
itu, diperlukan kader pendamping untuk menjelaskan pentingnya yodium dalam
mencegah dan mengatasi IDD (penyakit akibat kekurangan yodium), dan disarankan
agar keluarga hanya menggunakan garam beryodium dalam makanan sehari-hari.

5. Jelaskan juga cara mengidentifikasi garam beryodium dari kemasan dan mereknya.
Lulus uji yodium atau uji pati untuk memeriksa apakah garam beryodium di rumah.

6. Menganjurkan ibu hamil agar memeriksa kehamilannya secara rutin kepada Bidan
Poskesdes minimal 4 (empat) kali selama hamil.

7. Membantu sasaran untuk mendapatkan suplemen gizi. Dalam rangka membantu


penduduk sasaran untuk memperoleh suplemen gizi, maka perlu diberikan informasi
mengenai gejala gizi buruk (kekurangan vitamin A, penyakit akibat darah / anemia
dan kekurangan yodium) dan cara mengatasi gejala tersebut, serta memberikan
nasihat kapan dan dimana mendapatkan suplemen gizi.
9
BAB III PENUTUP

A . KESIMPULAN

Perencanaan adalah proses menetapkan berbagai hambatan yang diperkirakan ada


dalam menjalankan suatu program guna digunakan sebagai suatu organisasi (Ansoff dan
Brendenbrg). Jadi sebuah proses untuk merumuskan masalah-masalah kesehatan yang
berkembang di masyarakat, menetukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia,
menetapkan tujuan program yang paling pokok dan menyususn langkah-langkah praktis
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Perencanaan akan menjadi efektif jika perumusan masalah sudah dilakukan


berdasarkan fakta-fakta dan bukan berdasarkan emosi atau angan-angan saja. Fakta-fakta
diungkap dengan menggunakan data untuk mendukung perumusan masalah. Perencanaan
juga merupakan proses pemulihan alternatif tindakan yang terbaik untuk mencapai tujuan.

B . SARAN

Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca untuk menambah referensi. Bila
ada kesalahan dalam penulisan atau isi makalah kami sebagai pembuat makalah minta maaf
sebesar-besarnya.

DAFTAR PUSTAKA

http://repository.uinsu.ac.id

http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id

10

Anda mungkin juga menyukai