Anda di halaman 1dari 12

Manajemen Terpadu Balita Sakit

(MTBS)
Kelompok 4 :

1. Dhimas Firmansyah (1219006171)


2. Hanik Khofifah (1219006121)
3. Ilmawati (1219006011)
4. Muhamad Rio (1219005951)
5. Rafika Dwi Lestari (1219006141)
6. Prihatina Indah R. (1219006151)
7. Selfiana (1219006201)
8. Uswatun Khasanah (1219006251)
APA ITU MTBS ?

Manajemen terpadu balita sakit atau


sering disebut MTBS yaitu salah satu
solusi mengurangi angka kematian dan
kesakitan bayi dan balita serta sangat
sesuai diterapkan di layanan kesehatan
(Rekawati, dkk. Jurnal Ners Vol. 7 No.
1 : 2012)
Tujuan MTBS
1. Mampu 3. Mampu menilai status gizi balita 5. Mampu melakukan pendampingan
melakukan (Klinis dan Antopometris) menurut konseling balita sakit bersarkan pedoman
penilaian aturan WHO (2005) Dan memeriksa MTBS berupa perawatan di rumah dan
balita sakit adanya penyakit penyerta. pemberian nasehat berupa kapan kembali
umtuk tindak lanjut.

2. Mampu 4. Mampu melakukan dan


menentukan menyarankan tindakan
klasifikasi masalah berdasarkan klasifikasi balita sakit
balita sakit dengan pada pedoman MTBS.
menggunakan
pedoman MTBS.
Manfaat
1. Menurunkan
angka kematian
balita

5. Memperbaiki kualitas
pelayanan dengan biaya 2. Memperbaiki
lebih murah. status gizi

4. Memperbaiki 3. Meningkatkan
kinerja petugas pemanfaatkan
kesehatan pelayanan kesehatan

(Soenarto, 2009 dalam Keterampilan Manajeman Terpadu Balita Sakit, 2013)


 
Persentase
Kematian Bayi
Place Your Picture Here
Baru Lahir
Di tahun-tahun sebelumnya, MTBS memiliki hambatan
berupa kesulitan penerapan program tersebut. Hal ini
dikuatkan oleh Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
tahun 2007, ada beberapa penyakit utama yang menjadi
penyebab kematian bayi dan balita. Pada kelompok bayi
(0–11 bulan), dua penyakit terbanyak yang menyebabkan
kematian adalah diare sebesar 31,4% dan pneumonia 24%,
sedangkan untuk balita, kematian akibat diare sebesar
25,2%, pneumonia 15,5%, Demam Berdarah Dengue
(DBD) 6,8% dan Campak 5,8% (Departemen Kesehatan B,
2008).
Langkah-Langkah MTBS
01 02 03
Menetukan tindakan dan mengobati, yaitu
Peniliain adanya Membuat klasifikasi menentukan
memebrikan tindakan pengobatan
tingkat kegawatn dari suatu
tanda dan gejala difasilitas kesehatan, membuat resep, dan
penyakit, hal ini digunakan untuk
dari suatu penyakit menentukan tindakan,bukan mengajari ibu tentang obat serta tindakan
dengan cara diagnosis khusus penayakit. yang harus dilakukan dirumah.
bertanya,melihat,
mendengar atau 05
bisa dikatakan
dengan melakukan Serta memberikan
04
pemeriksaan fisik pelayanan tindak lanjut
dasar dan pada kunjungan ulang Memberikan konseling dengan menilai
anamnesis, (Alamsyah, 2004 dalam cara pemberian makan dan kapan anaka
buku Pengantar Ilmu harus kembali kefasilitas pelayanan
Kesehatan Anak Untuk kesehatan.
Pendidkan Kebidanan.
2008)
(Alamsyah, 2004 dalam buku Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidkan Kebidanan. 2008)
Your Picture Here
Ada pula penelitian yang dilakukan oleh puspitasari (2012),
mengemukakan bahwa konseling dalam MTBS berpengaruh
signifikan terhadap perilaku ibu yang merawat balita sakit. Salah satu
cara meningkatkan perilaku ibu terhadap balita yang sakit adalah
dengan memperoleh indormasi sebanyak-banyaknya, maka
keterampiran dalam merawat pun akan meningkat (Nurlaela, dkk.
Jurnal Ilmiah : Kesehatan Diagnosis, Vol.15 No. 3, 2020)

Your Picture Here


Dalam sebuah penelitian dari jurnal Nikmatul, Sudiro, dan Atik yang
menggunakan metode pengolahan content analysis menyebutkan bahwa :
A
MTBS mengalami hambatan terkait pendanaan sehingga beberapa puskesmas
harus menggunakan dana swadaya untuk kegiatan tersebut. Hal ini bertolak
belakang dengan konsep yang menyatakan bahwa sema program harus
didukung penuh oleh pemerintah dari berbagai aspek baik SDM, sarana
B
prasarana juga finansial (Jurnal : Manajeman Kesehatan Indonesia, Vol. 01,
April 2013).
C
D
Faktor yang Mempengaruhi Implementasi MTBS di
Puskesmas

01 02 03
faktor Disposisi,
faktor struktur
birokrasidengan adanya
SOP
A
faktor sumber dimana semua yang jelas maka tenaga

B
daya dimana tidak tenaga kesehatan kesehatan akan kuat di
semua puskesmas beranggagapan mata hukum karena
Memiliki tenaga bahwa MTBS melakukan program
yang cukup untuk adalah program sesuai SOP yang di sah
melaksanakan yang positif kan
tugas tersebut. namun mereka
tidak bisa
mempraktikan
jika ada kemungkinan
terburuk pada pasien C
(Jurnal : Manajeman
dengan baik Kesehatan Indonesia,
Vol. 01, April 2013).
D
Solusi MTBS

1. Bidan melakukan kunjungan rumah


Dengan cara ini, Ibu dan bayi akan lebih nyaman ketika konsultasi. Resiko bayi yang
rewel pun dapat di akali karena bayi juga tidak takut jika di rumah sendiri.
2. Dianjurkan kontrol ke puskesmas
Meskipun bidan sudah melakukan kunjungan rumah, namun alat kesehatan yang
dibawa pun terbatas. Jika konsul langsung di puskesmas, selain mendapat wejangan
dari bidan, ibu dan anak juga bisa mendapatkan tindakan langsung dari nakes.
3. Posyandu ;
Bisa cek langsung dan jika ada kelainan bisa rujuk ke puuskesmas terdekat.
Kelebihan lain dari posyandu adalah, program ini wajib dilaksanakan sebulan sekali
di setiap desa, Jarak dekat dan dapat meminimalkan ongkos perjalanan.
Daftar Pustaka
Rohyati,Sulastri, dan Purwati. 2015. “Analisis Faktor Pelaksanaan Manajemen Terpadu Balita
Sakit (MTBS) di Puskesmas”, Jurnal Keperawatan, Vol XI (1) ; Hal 113.
Susilaningrum, Rekawati, Chriswardani Suryawati, dan Septo Pawelas Arso. 2012. “
Pengembangan Model Peningkatan Kinerja Tenaga Keperawatan dalam Penerapan Manajemen
Terpadu Balita Sakit (MTBS) di Surabaya”, Jurnal Ners, Vol 7 (1) ; Hal 72.
Hidayat, A. Aziz Alimul Hidayat. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan
Kebidanan. Jakarta ; Salemba Medika.
Nurlaela, Darwis, dan Indra Dewi. 2020. “Hubungan Penerapan Manajemen Terpadu Balita
sakit dengan Kejadian Diare Pada Anak Usiaa 6 bulan di Puskesmas Paccerakkang Kota
Makasar” ,Jurnal Ilmiah Keshatan Diagnosis, Vol 15 (3) ; Hal 235.
Firdaus, Nikmatul, Sudiro, dan Atik Mawarn. 2013. “Implementasi Progrmam Manajemen
Terpadu Balita Sakit (MTBS) di Puskesmas Wilayah Kabupaten Pasuruan”, Jurnal Manajemen
Kesehatan Indonesia, Vol 1 (1).
Moelya, Anang Giri, Widardo, dan Galih Herlambang. 2015. Keterampilan Manajemen Terpadu
Balita Sakit (MTBS) , Universitas Sebelas Maret.
Nurmaningsih, Dwi, & Rokhaidah. 2019. “Madu Sebagai Terapi Komplementer Untuk Anak
Diare Akut”, JKH, Vol 3 (1)
Arnita, Yuni, Teuku Tahlil dan Bakhtiar. 2017. “Persepsi Perawat tentang Penggunaan Neonatal
Behavioral Assessment Scale sebagai Intervensi Awal dalam Meningkatkan Interaksi Ibu-Bayi
Di Puskesmas Kota Banda Aceh: Sebuah Studi Kualitatif” Prosiding Seminar Nasional
Pascasarjana Unsyiah.
Aldo, Novian. 2014. “Riset Operasional Gambaran dan Faktor Penybab Kematian Ibu dan Bayi
di Wilayah Provinsi Kepulauan Riau” Jurnal Kesehatan, Vol 5 (2).
Indriyani , Diyan, & Susi Wahyuning Asih. 2017. “Analisi Dukungan Petugas Kesehatan Dalam
Optimalisasi Competence Baby Care Pada Ibu Muda Melalui Pendekatan Maternal Sensitivity
Models Berbasis Keluarga” Vol 8 (2).

Anda mungkin juga menyukai