Anda di halaman 1dari 32

Hi , I am

Aldi
Seminar Hasil“Pengaruh Terapi Aktivitas
Kelompok stimulasi persepsi
sensori terhadap kemampuan
mengontrol halusinasi pasien
halusinasi di rumah sakit
jiwa”
NAMA : ALDI PRAWIRA
NIM : 1810033040

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2021
Outlen :

01 02 03
Latar Rumusan Tujuan dan
Belakang Masalah Manfaat
Penelitian
04 05 06
Tinjauan Metode Hasil dan
Pustaka penelitian pembahasan
07 08
Kesimpulan Daftar pustaka
dan saran
Latar belakang
 Kesehatan jiwa merupakan seseorang yang  Kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi
mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan bisa kendalikan dengan terapi aktifitas kelompok
diri pada lingkungan, serta berintegrasi dan stimulasi persepsi halusinasi. Terapi aktivitas
berinteraksi dengan baik, tepat, dan bahagia, kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah pasien
(Yusuf dkk, 2015). dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan
atau stimulus yang pernah dialami. Kemampuan
 Gangguan jiwa adalah sindrom atau pola persepsi pasien dievaluasi dan ditingkatkan pada
perilaku yang secara klinis bermakna yang tiap sesi. Dengan proses ini diharapkan respons
berkaitan langsung dengan distress pasien terhadap berbagai stimulus dalam kehidupan
(penderitaan) dan menimbulkan hendaya menjadi adaptif (Sustrami & sundari, 2014).
(disabilitas) langsung pada satu atau lebih
fungsi kehidupan manusia (Keliat dkk, 2015).  Fenomena gangguan jiwa pada saat ini mengalami
peningkatan yang sangat signifikan, dan setiap tahun
 Penatalaksanaan keperawatan pasien gangguan di berbagai belahan dunia jumlah penderita
jiwa untuk mengatasi halusinasi adalah terapi gangguan jiwa bertambah. Hal tersebut tentunya
aktivitas kelompok, Salah satu intervensi tentunya membutuhkan upaya untuk menangani
keperawatan yang ada adalah terapi aktivitas fenomena gangguan jiwa.
kelompok. Terapi aktivitas kelompok adalah
salah satu terapi modalitas yang merupakan
upaya untuk memfasilitasi perawat atau
psikoterapis terhadap sejumlah pasien pada
waktu yang sama. Tujuan dari terapi aktivitas
adalah untuk memantau dan meningkatan antar
anggota (Purwanto, 2015).
Lanjutan latar belakang
Menurut data WHO
(2016)
 Menurut data WHO (2016), terdapat sekitar 21 juta terkena skizofrenia. Di
Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis dan sosial dengan
keanekaragaman penduduk; maka jumlah kasus gangguan jiwa terus
bertambah yang berdampak pada penambahan beban Negara dan penurunan
produktivitas manusia untuk jangka panjang.

Data Riskesdas
(2018)
 menunjukan prevalensi gangguan mental emosional yang ditunjukan dengan
gejala-gejala depresi kecemasan untuk usia 15 tahun ke atas mencapai sekitar
6.1% dari jumlah penduduk Indonesia.

Dinas Kesehatan Kota


samarinda (2015)
Penderita gangguan jiwa di Indonesia masih cukup besar, pada data yang
didapatkan Riskesdas 2018 cukup signifikan jika dibandingkan dengan
Riskesdas 2013, naik dari 1,7%. Penderita gangguan jiwa di Kota Samarinda
pada tahun 2015 tercatat sebanyak 1345 orang penderita gangguan jiwa
(Dinas Kesehatan Kota samarinda, 2015).
Studi literatur

Rumusan masalah Manfaat penelitian Tujuan penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah Bagi pasien gangguan persepsi


Mendeskripsikan penerapan terapi
tersebut maka dapat disimpulkan rumusan sensori mengontrol halusinasi
aktivitas kelompok (TAK) stimulasi
masalah yaitu “ bagaimanakah penerapan manfaat yang dapat dirasakan
persepsi sensori pada pasien
terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi langsung dengan dilakukan
gangguan halusinasi di rumah sakit
sensori pasien halusinasi pada lima penerapan terapi aktivitas
penelitian berbeda dirumah sakit jiwa”? jiwa.
kelompok stimulasi persepsi
yaitu mampu mengontrol
halusinasinya.
Pengertian
TINJAUAN PUSTAKA
halusinasi Etiologi
Halusinasi adalah suatu keadaan dimana Proses terjadinya halusinasi dijelaskan dengan

01 seseorang mengalami perubahan dalam


jumlah dan pola stimulasi yang dating
(diprakarsai dari internal dan eksternal)
02 menggunakan konsep stress adaptasi menurut Yosep
(2010) yang meliputi stressor dari faktor predisposisi
dan presipitasi.
disertai dengan respons menurun atau
dilebih – lebihkan atau kerusakan respons Faktor perdisposisi halusinasi terdiri dari :
pada rangsangan ini (sutejo, 2017). • Faktor perkembangan
• Faktor Sosiokultural
• Faktor Biokimia
• Faktor Psikologis
Jenis/Tipe
03
Tipe halusinasi menurut Baradero, Mary Faktor presipitasi halusinasi Menurut Rawlins dan
dan Anastasia (2016) sebagai berikut: Heacock (dalam Yosep,2010) bahwa seorang
• Halusinasi Pendengaran individu sebagai makhluk yang dibangun atas dasar
• Halusinasi penglihatan unsur – unsur bio-psiko-sosio-spiritual sehingga
• Halusinasi penghidu dapat dilihat dari lima dimensi yaitu:
• Halusinasi perabaan • Dimensi Fisik
• Halusinasi gustatory • Dimensi Emosional
• Halusinasi kenestetik • Dimensi Intelktual
• Dimensi Sosial
• Dimensi Spiritual
Tanda dan
TINJAUAN PUSTAKA
Fase
gejala halusinasi
Tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil Halusinasi yang dialami pasien bisa berbeda intensitas

04
observasi terhadap pasien serta ungkapan pasien.
Tanda dan gejala pasien halusinasi khususnya
halusinasi pengdengaran menurut Direja (2011)
05
05
dan keparahannya. Semakin berat fase halusinasinya,
pasien semakin berat mengalami ansietas dan makin
dikendalikan oleh halusinasinya. Berikut 4 fase
adalah sebagai berikut: halusinasi menurut Sutejo (2017) :

Data subjektif • Fase I. comforting (halusinasi menyenangkan)


Pasien mengatakan :


Mendengar suara-suara kegaduhan.
Mendengar suara yang mengajak bercakap-
050 •


Fase II condemning (halusinasi menjadi
menjijikan)
Fase III. Controlling (pengalaman sensori jadi


cakap.
Mendengar suara menyuruh melakukan
sesuatu yang berbahaya.
5 •
berkuasa)
Fase IV. Conquering (umumnya menjadi melebut
dalam halusinasinya)
• Merasa takut atau senang dengan
halusinasinya.
Terapi
psikofarmakologi
Psikofarmakologi adalah bagian utama tritmen
Data objektif



Bicara atau tertawa sendiri
Marah-marah tanpa sebab 04 06
Mengarahkan telingan kea rah tertentu
pengobatan untuk respon neurobiologis maladaptive. Ada
beberapa macam obat bagi penderita gangguan jiwa berat
maupun mental emosional. Pada gangguan jiwa berat
• Menutup telinga atau skizofrenia umumnya menggunakan obat psikotik
• Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas yaitu antagonis reseptor dopamine dianggap lebih efektif
pada terapi gejala positif skizofrenia (halusinasi, waham,
dan agitasi).
Proses keperawatan
Pengkajian merupakan langkah awal dalam pelaksanaan asuhan keperawatan. Pengkajian
dilakukan dengan cara wawancara dan observasi pada pasien dan keluarga. Selama
wawancara pengkajian, perawat mengumpulkan baik data subjektif maupun objektif
termasuk observasi yang dilakukan selama wawancara (O’Brien dkk, 2014). ). Pengkajian
umum dapat mencakup :

• Keluhan/masalah utama
• Status kesehatan fisik, mental, dan emosional secara umum.
• Riwayat pribadi dan keluarga
• System dukungan dalam keluarga, kelompok social atau komunitas.
• Kegiatan hidup sehari – hari (activities of daily living).
• Kebiasaan dan keyakinan kesehatan.

Pengkajian •
Pemakaian atau penyalahgunaan zat, pemakaian obat yang diresepkan.
Hubungan interpersonal.
• Resiko menciderai diri sendiri dan orang lain.
• Pola koping.
• Keyakinan dan nilai spiritual.

Selanjutnya pengkajian untuk mendapatkan data mengenai gangguan sensori persepsi


halusinasi pendengaran menurut Yosep (2010) dapat ditemukan melalui wawancara dengan
menanyakan:
• Jenis (halusinasi pendengaran) dan isi halusinasi.
• Waktu, frekuensi, dan situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi.
• Respon terhadap halusinasi
Diagnosa keperawatan
Langkah kedua dalam asuhan keperawatan adalah menetapkan diagnose keperawatan yang
dirumuskan berdasarkan wawancara dan gejala gangguan sensori persepsi : halusinasi
pendengaran yang ditemukan. Data hasil observasi dan wawancara dilanjutkan dengan
menetapkan diagnose keperawatan (Townsend, 2010).

Pohon Masalah
  Risiko perilaku kekerasan

Efek / Akibat
Masalah utama Halusinasi Pendengaran

Penyebab Isolasi sosial

Menurut Zelika dan Dermawan (2015), diagnosis keperawatan yang muncul adalah:
Gangguan persepsi sensori :
• halusinasi pendengaran
• Resiko perilaku kekerasan
• Isolasi sosial
ncana keperawatan
Rencana keperawatan
Setelah menetapkan diagnose keperawatan selanjutnya adalah tahap
perencanaan tindakan keperawatan pada pasien dengan gangguan sensori
persepsi: halusinasi pendengaran (Dermawan & Rusdi, 2013).
Rencana keperawatanya sebagai berikut :
Diagnosa keperawatan : gangguan sensori persepsi halusinasi pendengaran.
 
Tujuan

TUM
• Setelah diberikan tindakan keperawatan selama x pertemuan, pasien
dapat mengontrol halusinasi.

TUK
• Pasien dapat membina hubungan saling percaya.
• Pasien dapat mengenal halusinasi.
• Pasien dapat mengontrol halusinasi dengan menghardik.
• Pasien dapat mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan.
• Pasien dapat mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap.
• Pasien dapat memanfaatkan obat dengan baik.
utan Rencana keperawatan
Kriteria Hasil:
TUK
• Menunjukan ekpresi wajah bersahabat.
• Menunjukan rasa senang.
• Adanya kontak mata.
• Mau berjabat tangan.
• Mau menyebutkan nama, menjawab salam, duduk berdampingan
dengan perawat, dan maumengutarakan masalah yang dihadapinya.

Intervensi Keperawatan Untuk Pasien:

• Bina hubungan saling percaya antara perawat dengan pasien.


• Diskusikan dengan pasien isi, frekuensi, situasim perasaan dan apa yang
dilakukan ketika terjadi halusinasi.
• Identifikasi cara dilakukan jika terjadi halusinasi.
• Diskusikan cara baru untuk mengontrol timbulnya halusinasi.
• Ikutkan dalam TAK stimulasi persepsi halusinasi pendengaran.
• Kolaborasi pemberian terapi obat sesuai anjuran dokter.
plementasi Keperawatan
Implementasi adalah tindakan keperawatan yang disesuaikan dengan rencana tindakan
keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan keperawatan yang sudah di rencanakan
perawat perlu memvalidasi rencana tindakan keperawatan yang masih di butuhkan dan
sesuai dengan kondisi pasien saat ini (keliat dkk, 2011).

Strategi pelaksanaan pada keluarga dan pasien gangguan sensori persepsi halusinasi
pendengaran.
Untuk pasien

SP 1
• Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien
• Mengidentifikasi ini halusinasi pasien.
• Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien.
• Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien.
• Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi.
• Mengidentifikasi respon pasien terhadap halusinasi.
• Mengajarkan pasien menghardik halusinasi.
• Menganjurkan pasien memasukan cara menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan
harian.
Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keberhasilan tindakan keperawatan yang sudah dilalukan
untuk keluarga dan pasien ganggaun sensori persepsi halusinasi
pendengaran (Azizah, 2011) adalah sebagai berikut :
Pasien mampu:

1. Mengungkapkan isi halusinasi yang dialaminya.


2. Menjelaskan waktu dan frekuensi halusinasi yang dialami.
3. Menjelaskan situasi yang mencetuskan halusinasi.
4. Menjelaskan perasaannya ketika mengalami halusinasi.
5. Menerapkan 4 cara mengontrol halusinasi :
a) Menghardik halusinasi.
b) Bercakap dengan orang lain di sekitarnya bila timbul
halusinasi.
c) Menyusun jadwal kegiatan dari bangun tidur di pagi hari
sampai mau tidur pada malam hari selama 7 hari dalam
seminggu dan melaksanakan jadwal tersebut secara mandiri.
d) Mematuhi program pengobatan.
6. Menilai manfaat cara mengontrol halusinasi dan mengendalikan
halusinasi.
Terapi Aktivitas Kelompok
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) adalah manual,
pengertian rekreasi, dan teknik kreatif untuk memfasilitasi
pengalaman seseorang serta meningkatkan respon social
dan harga diri. Terapi aktivitas kelompok merupakan
salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat
kepada sekelompok pasien yang mempunyai masalah
keperawatan yang sama. Terapi aktivitas kelompok
dibagi sesuai dengan kebutuhan yaitu, stimulasi persepsi,
sensori, orientasi realita, sosialisasi dan penyaluran
energy (Keliat & Akemat, 2016).
Aktivitas Kelompok (TAK) stimulasi
persepsi adalah terapi yang menggunakan
aktivitas mempersepsikan berbagai Terapi Aktivitas Kelompok
stimulasi yang terkait dengan pengalaman Stimulasi Persepsi
dengan kehidupan untuk didiskusikan dalam
kelompok. Tujuan dari terapi untuk
membantu pasien yang mengalami
kemunduran orientasi, menstimuli persepsi
dalam upaya memotivasi proses berfikir dan
afektif serta mengurangi perilaku maladatif
(Sutejo, 2017).
Terapi Aktivitas Kelompok
Kegiatan Terapi Tujuan Umum
Aktivitas
Pasien dapat meningkatkan kemampuan diri dalam mengontrol
Kelompok halusinasi dalam kelompok secara bertahap.
Stimulasi
Persepsi Tujuan Khusus

a. Pasien dapat mengenal halusinasi.


b. Pasien dapat mengontrol halusinasi dengan menghardik.
c. Pasien dapat mengontrol halusinasi dengan melakukan
kegiatan.
d. Pasien dapat mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap.
Sesi I : mengenal halusinasi
e. Pasien dapat menfaatkan obat dengan baik.
Sesi II : mengontrol halusinasi
dengan teknik menghardik
Sesi III :mengontrol halusinasi
dengan membuat jadwal
kegiatan Sesi TAK stimulasi persepsi
Sesi IV :mencegah halusinasi
dengan bercakap-cakap menurut Wahyu dan Ina (2010)
Sesi V :mengontrol halusinasi adalah :
dengan patuh minum
obat.
METODE
Studi literatur adalah cara yang digunakan
untuk menghimpun data-data atau merupakan
sebuah pemahaman terhadap bahasa dan
perilaku bersifat alamiah yang
menghasilkan suatu temuan makna dan
dapat
PENELITIAN Kriteria inklusi:
a. Artikel Eksperimen
b. Perlakuan dalam bentuk tindakan terapi
keyakinan yang ada dalam diri peneliti
(Matappa, 2017). Jenis penelitian yang aktivitas kelompok persepsi sensori pada
digunakan dalam penyusunan studi literatur pasien halusinasi dalam mengontrol
karya tulis ilmiah ini adalah deskriptif dengan halusinasi.
pendekatan studi pustaka c. Lokasi penelitian di rumah sakit jiwa dan pusat
rehabilitas.
Artikel: d. Hasil penelitian terpublikasi dalam rentang
tahun 2011-2021
1. Hidayah, Afifah Nur. "Pengaruh Terapi 4. Sutinah, S., Harkomah, I., & e. Jurnal terakreditasi nasional
Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi- Saswati, N. (2020). Terapi
Sensori Terhadap Kemampuan aktivitas kelompok stimulasi
Mengontrol Halusinasi Pada Pasien persepsi sensori (halusinasi) Kriteria eksklusi:
Halusinasi di RSJD dr. Amino pada klien halusinasi di rumah a. Artikel non
Gondohutomo Semarang (2015). sakit jiwa provinsi jambi.  Eksperimen
2. Purba, T., Fathra A.N., Sri U. (2014). 5. Livana, P. H., Ruhimat, I. I. A., b. Tidak ada perlakuan
Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sujarwoo, S., Suerni, T.,
Stimulasi Persepsi Terhadap Kemampuan dalam bentuk
Kandar, K., Maya, A., & tindakan terapi
Pasien Mengontrol Halusinasi di Rumah Nugroho, A. (2020).
Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau Pencarian Google aktivitas kelompok
Peningkatan Kemampuan persepsi sensori pada
3. Ningsih, P., Murtiani, M., & Ilyas, M. Pasien dalam Mengontrol
Scholar dengan
(2013). Pengaruh Terapi Aktivitas menggunakan pasien halusinasi
Halusinasi melalui Terapi
Kelompok Stimulasi Persepsi Terhadap kata kunci dalam mengontrol
Aktivitas Kelompok Stimulasi
Kemampuan Mengontrol Halusinasi Pada halusinasi.
Persepsi.  “pengaruh Terapi c. Jurnal dapat diakses
Pasien Halusinasi Di Ruang Kenanga
Rumah Sakit Khusus Daerah Propinsi aktivitas Full Text
Sulawesi Selatan.. Kelompok or di  
rumah sakit”
Hasil dan
A. Hasil

framework PICO, yaitu :


No Jurnal
pembahasan
Adapun hasil artikel yang akan diteliti dalam penelitian ini dipaparkan dalam

Populasi Intervensi Comparison Outcome


1. Judul: Pengaruh terapi Populasi: 20 sampel (10 Jenis intervensi: terapi Terapi aktivitas kelompok dengan Hasil:
aktivitas kelompok stimulasi kelompok kontrol dan 10 menghardik dan mengontrol pasien halusinasi sebelum di Terdapat 20 sampel yang dibagi menjadi 2
persepsi-sensori terhadap kelompok intervensi) halusinasi dengan membuat berikan perlakuan dan sesudah kelompok yaitu kelompok intervensi (10) dan
kemampuan mengontrol   jadwal kegiatan diberikan perlakuan kelompok kontrol (10) yang dimana pada
halusinasi pada pasien Teknik sampling:   kelompok kontrol perlakuan yang di berikan
halusinasi di RSJD DR. purposive sampling Instrumen: lembar observasional adalah terapi menghardik dari hasil sebelum
Amino Gondohutomo   dan sesudah diberikannya tindakan tidak ada
semarang Prosedur pelaksanaan: beda yang siginifikan antara nilai sebelum
pengambilan data dilakukan pemberian tindakan TAK (2,9) dengan setelah
Peneliti: Afifah Nur Hidayah dengan pengisian lembar diberikan TAK pada kelompok kontrol (3,4).
  observasional dalam menilai Yang hanya memiliki nilai penambahan (0,5).
Tahun: 2015 kemampuan mengontrol Sedangkan kelompok intervensi perlakuan
  halusinasi pada pasien halusinasi. mengontrol halusinasi dengan membuat jadwal
Tempat penelitian: RSJD DR. Dan hasilnya menggunakan kegiatan (10) terdapat nilai sebelum perlakuan
Amino Gondohutomo komputer yang kemudian di uji tindakan (3,2) dan sesudah perlakuan pada
semarang menggunakan Shapiro wilk kelompok intervensi (6,5) yang memiliki nilai
  test,Wilcoxon test dan mann penambahan (3,3). Berdasarkan hasil analisis
Jenis metodologi penelitian: witney test. terapi menghardik pada kelompok kontrol
quasi eksperiment dengan bahwa tidak ada perubahan yang terlalu
menggunakan rancangan signifikan
pretest-posttest control group  
design.
 
Durasi penelitian: 5 bulan
( Januari- mei 2014)
No Jurnal Populasi Intervensi Comparison Outcome
2. Judul: Pengaruh terapi Populasi: 26 sampel Jenis tindakan: terapi Terapi aktivitas kelompok Hasil:
aktivitas kelompok   bercakap –cakap dengan dengan pasien halusinasi Sebanyak 26 responden dibagi menjadi
stimulasi persepsi Teknik sampling: orang lain. sebelum di berikan perlakuan 5 kelompok yang telah disesuaikan
terhadap kemampuan Cluster sampling   dan sesudah diberikan dengan kriteria masing-masing
pasien mengontrol Instrumen: panduan perlakuan responden, terdapat tingkat halusinasi
halusinasi di rumah sakit wawancara   pasien menurun setelah diberikan
jiwa Tampan Provinsi   perlakuan TAK dengan nilai 4.27 dan
Riau Prosedur pelaksanaan: nilai sebelumnya adalah 7,42.
  pengumpulan data dilakukan Berdasarkan hasil maka terapi aktivitas
Peneliti: Tiomarlina menggunakan panduan kelompok dengan perlakuan bercakap-
Purba, Fathra Annis Nauli wawancara yang berisi 6 cakap dengan orang lain mendapat
dan Sri Utami pertanyaan yang kemudian pengaruh baik dalam mengontrol
  dianalisis secara langsung halusinasi dan menurunkan tingkat
Tahun: 2014 menggunakan pnghitungan halusinasi.
  skor di lembar observasi  
Tempat penelitian: rumah
sakit jiwa tampan provinsi
riau
 
Jenis metodologi:
Penelitian Kuantitatif
dengan desain pra
experimental dengan
menggunakan rancangan
one group pre test dan
post test.
 
durasi penelitian: dari
septemer 2013 sampai
januari 2014
No Jurnal Populasi Intervensi Comparison Outcome
3. Judul: Pengaruh terapi Populasi: 10 responden Jenis intervensi: mengontrol Terapi aktivitas kelompok dengan Hasil:
aktivitas kelompok stimulasi   halusinasi dengan melakukan pasien halusinasi sebelum di Dimana dari 10 sampel sebelum
persepsi terhadap Teknik sampling: purposive kegiatan berikan perlakuan dan sesudah diberikan perlakuan hanya 1 orang
kemampuan mengontrol sampling   diberikan perlakuan (10%) yang mampu mengontrol
halusinasi pada pasien   Instrumen: panduan wawancara halusinasi sedangkan setelah diberikan
halusinasi di ruang Kenanga Kriteria inklusi: dengan dan kuesioner perlakuan terapi aktivitas kelompok
rumah sakit khusus daerah masalah utama   terdapat 10 orang (100%) yang mampu
Provinsi Sulawesi Selatan halusinasi,umur 18-45 Prosedur pelaksanaan: penelitian mengontrol halusinasi.
  tahun,pendidikan,lama sampel pasien halusinasi ini  
Peneliti Purwati Ningsih, rawat <1 bulan. diobservasi dan dinilai terlebih
Murtiani, Muh. Ilyas   dahulu bagaimana kemampuan
  Kriteria eksklusi: mengontrol halusinasinya sebelum
Tahun: 2013 Gangguan mental di lakukan TAK, Lalu Kemudian
  oerganik,mengalami setelah diberikan perlakuan pada
  gangguan komunikasi sampel dinilai kembali bagaimana
Tempat penelitian: di rumah verbal, tidak bersedia jadi kemampuan mengontrol
sakit khusus daerah Provinsi sampel halusinasinya.
Sulawesi Selatan
 
Jenis metodologi: penelitian
quasi ekperimen jenis one
group pretest-posttest
4. Judul: Populasi : 20 sampel Jenis intervensi: metode ceramah Terapi aktivitas kelompok dengan Hasil: dari 20 sampel sesudah
Terapi aktivitas kelompok     pasien halusinasi sebelum di dilakukan perlakuan atau tindakan TAK
stimulasi persepsi sensori   Instrument panduan: berikan perlakuan dan sesudah mendapatkan hasil peningkatan yaitu
(halusinasi) pada klien Media menggambar diberikan perlakuan (75%) 15 sampel baik dalam tingkat
halusinasi di rumah sakit jiwa   pengetahuan mengontrol halusinasi dari
Provinsi jambi Prosedur pelaksanaan: sebelumnya hanya 5 (25%) yang
  Kegiatan monitoring dilakukan mampu mengontrol halusinasi.
Peneliti: Sutinah sutinah, Isti dengan observasi langsung pada
Harkomah dan Nofrida saat terapi aktivitas kelompok
Saswati dengan melihat interaksi antara
  klien dengan pemateri terapi
Tahun: 2020 aktivitas kelompok dan keaktifan
  klien dalam acara terapi aktivitas
Tanggal kegiatan penelitian: kelompok.
28 mei 2020
 
Tempat penelitian: di Rumah
Sakit Jiwa Provinsi Jambi
 
Metode penelitian:
demonstrasi,diskusi dan tanya
jawab pretest – posttest
control group
A. Pembahasan

Pembahasan pada penelitian ini dilakukan dengan mengkaji artikel untuk menghasilkan kesimpulan

pengaruh mengenai dilakukan perlakuan terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi-sensori terhadap

kemampuan mengontrol halusinasi pada pasien halusinasi di rumah sakit jiwa. Penatalaksanaan keperawatan

pasien gangguan jiwa untuk mengatasi halusinasi adalah terapi aktivitas kelompok, Salah satu intervensi

keperawatan yang ada adalah terapi aktivitas kelompok dimana teknik distraksi tersebut Antara lain teknik

menghardik, melakukan kegiatan secara terjadwal dan bercakap-cakap dengan orang lain, Wicaksono (2017).

Terapi aktivitas kelompok adalah salah satu terapi modalitas yang merupakan upaya untuk memfasilitasi

perawat atau psikoterapis terhadap sejumlah pasien pada waktu yang sama. Tujuan dari terapi aktivitas adalah

untuk memantau dan meningkatan antar anggota (Purwanto, 2015).


Menurut Penelitian yang dilakukan oleh Afifah Nur Hidayah (2015), yang berjudul pengaruh terapi aktivitas

kelompok stimulasi persepsi – sensori terhadap kemampuan mengontrol halusinasi pada pasien halusinasi di

RSJD dr. Amino Gondohutomo Semarang. Menunjukan dari 10 sampel bahwa kemampuan mengontrol

halusinasi sebelum diberikan perlakuan mendapat nilai 2,9 dengan standard Deviasi 1,174 dan sesudah

diberikan perlakuan TAK dengan metode menghardik mendapat nilai 3,4 dengan nilai P value 0,129 yang

artinya tidak ada perubahan yang terlalu signifikan antara nilai sebelum dengan setelah pemberian TAK metode

menghardik ini. Berdasarkan isi penelitian ini terdapat 10 sampel diketahui memiliki umur responden dengan

rata – rata 30 tahun , dimana umur merupakan usia responden berdasarkan tahun. Gangguan sensori : halusinasi

dapat terjadi pada berbagai tingkat umur, menerangkan bahwa terjadinya halusinasi melalui proses

ketidakmampuan manusia dalam membedakan antara rangsang yang timbul dari sumber internal (pikiran dan

perasaan) dan stimulus eksternal Dermawan & Rusdi (2013).


Menurut penelitian Purba,Nauli,Utami (2014) tentang “Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi
persepsi terhadap kemampuan pasien mengontrol halusinasi di Rumah Sakit jiwa Tampan Provinsi
Riau”menyimpulkan bahwa dilakukan terhadap 26 responden, didapatkan hasil pre test kemampuan
pasien mengontrol halusinasi rata – rata sebesar 1,42. Setelah diberikan terapi aktivitas kelompok dengan
metode bercakap-cakap diperoleh nilai rata – rata hasil post test 5,11. Hasil penelitian ini menunjukan
adanya pengaruh atau perubahan terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi terhadap kemampuan pasien
mengontrol halusinasi setelah diberikan perlakuan. Dengan Terapi Aktivitas Kelompok adalah suatu
aktivitas psikoterapi yang dilakukan pada kelompok penderita gangguan jiwa dengan cara berdiskusi atau
bercakap – cakap satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh seseorang terapis atau petugas
kesehatan jiwa yang terlatih dapat meningkatkan sosialisasi, orientasi realita, stimulasi persepsi, dan
stimulasi sensori (Keliat, 2005). Demikian dapat disimpulkan bahwa dengan diberikan perlakuan terapi
aktivitas kelompok dengan motode bercakap - cakap dapat menurunkan tingkat halusinasi pasien dan
meningkatkan mengontrol halusinasi.
Menurut penelitian dari Purwati Ningsih, Murtiani, Muh. Ilyas (2013) tentang “Pengaruh terapi aktivitas kelompok

stimulasi persepsi terhadap kemampuan mengontrol halusinasi pada pasien halusinasi di ruang Kenanga rumah sakit

khusus daerah Provinsi Sulawesi Selatan” menyimpulkan bahwa dilakukan terhadap 10 sampel, didapatkan hasil

kemampuan mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan terdapat 9 orang yang kurang mampu sebesar (90%)

dan 1 orang (10%) yang mampu mengontrol halusinasi sebelum di lakukan terapi aktivitas kelompok sedangkan

setelah dilakukan terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi dengan metode melakukan kegiatan terjadwal:

menggambar terdapat hasil 10 orang (100%) mampu mengontrol halusinasi dan tidak terdapat yang kurang mampu.

Salah satu bentuk pelaksanaan terapi aktivitas kelompok yaitu dengan cara melakukan kegiatan menggambar bagi

pasien gangguan jiwa merupakan bentuk komunikasi dari alam bawah sadarnya, berdasarkan pemikirannya atau

benda – benda yang muncul akan menimbulkan gambaran yang merupakan ekpresi diri sendiri. Dengan menggambar

pasien gangguan jiwa dapat memperbaiki aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Menggambar merupakan salah

satu kemampuan dari psikomotorik (Townsend, 2010).


Hasil penelitian dari Sutinah sutinah, Isti Harkomah dan Nofrida Saswati (2020) tentang “Terapi

aktivitas kelompok stimulasi persepsi sensori (halusinasi) pada klien halusinasi di rumah sakit jiwa

Provinsi jambi” menyimpulkan bahwa dilakukan terhadap 20 sampel, didapatkan hasil sebelum

dilakukan tindakan atau kegiatan terdapat 20 orang (100%) tidak mampu mengetahui mengontrol

halusinasi, sesudah diberikan kegiatan metode caramah,diskusi,tanya jawab 15 orang (75%) mampu

mengetahui mengontrol halusinasi dan 5 orang sisanya kurang mampu mengontrol halusinasi. Dapat

disimpulkan pada penelitian ini terjadi peningkatan signifikan sesudah diberikan kegiatan terhadap

kemampuan mengontrol halusinasi yang menggunakan aktivitas stimulus yang terkait dengan

pengalaman atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok dan hasil diskusi dapat berupa

kesepakatan persepsi atau alternatif masalah. Salah satu aktivitas yaitu mempersepsikan stimulus yang

tidak nyata dan respon yang dialami dalam kehidupan, khususnya untuk klien halusinasi (keliat dan

Akemat, 2004)
Dari penelitian pendahuluan yang ada diatas dapat disimpulkan bahwa masalah dengan kasus yang sama

namun dengan hasil yang berbeda – beda, Maupun dalam penerapan intervensi terapi aktivitas kelompok stimulasi

persepsi sensori mempunyai kekurangan dan kelebihan maupun nilai statistik tidaklah sama secara hasil maupun

kemandirian pasien dalam mentindak lanjuti apa yang telah diajarkan dan didukung oleh peneliti diatas dalam

meningkatkan kemampuan mengontrol halusinasi. Dari pemaparan di atas dapat dijadikan suatu tindakan bahwa

penerapan metode menghardik oleh Afifah Nur Hidayah (2015) mempunyai hasil dimana responden atau sampel

setelah diberikan perlakuan tidak terlalu berpengaruh lebih dalam mengontrol halusinasi secara data yang diapaparkan

peneliti, penerapan metode bercakap –cakap yang kedua oleh penelitian Purba,Nauli,Utami (2014) terdapat perubahan

yang signifikan dalam menurunkan tingkat halusinasi pada pasien dan meningkatkan mengontrol halusinasinya.
Sedangkan penerapan ketiga dari Purwati Ningsih, Murtiani, Muh. Ilyas (2013) dengan metode
melakukan kegiatan terjadwal pada Terapi Aktivitas Kelompok oleh peneliti ini terdapat nilai sangat siginifikan
yaitu dari 10 sampel setelah diberikan perlakuan 100% pasien dapat mengontrol halusinasi dan menurunkan
tingkat halusinasi. Pada penelitian keempat dengan metode ceramah diskusi tanya jawab oleh Sutinah sutinah,
Isti Harkomah dan Nofrida Saswati (2020) dimana dapat peningkatan yang signifikan sesudah diberikan
kegiatan atau perlakuan terhadap kemampuan mengontrol halusinasi yaitu 15 sampel mampu mengontrol
halusinasi 75% dari 20 sampel yang dijadikan sebagai subjek experiment. Mengingatkan dari keempat metode
ini , hanya tiga perlakuan yang mendapatkan perubahan secara baik dalam mengontrol halusinasi terhadap
sampel sedangkan satu metode menghardik masih belum terjadi perubahan signifikan secara baik. Dari beberapa
metode perlakuan tadi yang mempunyai kelebihan dan kekurangan masing – masing , sehingga pasien
gangguan jiwa membutuhkan terapi pelayanan secara khusus yang diberikan di pelayanan kesehatan, khususnya
rumah sakit jiwa. Mengingatkan jumlah kasus halusinasi meningkat secara data, maka diperlukan intervensi
yang diberikan secara optimal pada pasien halusinasi untuk mengontrol halusinasinya. Berdasarkan hal tersebut
maka penulis tertarik untuk membedah lebih rinci tentang penerapan dari beberapa metode terapi aktivitas
kelompok stimulasi persepsi sensori pada pasien halusinasi. pada hasil penelitian yang berbeda dalam
mengungkapkan konsep data – data yang berbeda di Rumah Sakit dan hasil penerapannnya dengan topik yang
relevan.
A. Kesimpulan

Hasil dari studi literatur pada keempat artikel ini menunjukan peningkatan, pengetahuan pemahaman

tentang cara mengontrol halusinasi dan tahu hasil setelah diberikan beberapa metode dari perlakuan secara

menghardik,bercakap – cakap, melakukan kegiatan terjadwal dan berceramah terhadap pasien halusinasi yang

terdapat perbedaan secara signifikan dari masing – masing metode tersebut.

Dimana terapi aktivitas kelompok persepsi sensori adalah kegiatan yang sangat berpengaruh terhadap pasien

halusinasi dari masing-masing jurnal mempunyai hasil dan sampel yang berbeda tapi tetap tujuan sama yaitu

membantu pasien dalam menurunkan halusinasi dan mengontrol halusinasi. Tujuan dari terapi aktivitas adalah

untuk memantau dan meningkatan antar anggota (Purwanto, 2015).


Saran

1. Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi sensori setiap pasien harus mendapatkan tindakan secara

khusus sesuai dengan kebutuhan pasien terhadap kemampuan mengontrol halusinasi.

2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan untuk melanjutkan penelitian lanjutan mengenai Pengaruh

Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi persepsi terhadap kemampuan pasien mengontrol halusinasi di

Rumah Sakit jiwa.


Daftar pustaka
Artikel jurnal penelitian

1. Hidayah, Afifah Nur. "Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi-Sensori Terhadap Kemampuan Mengontrol Halusinasi

Pada Pasien Halusinasi di RSJD dr. Amino Gondohutomo Semarang." FIKkeS 8.1 (2015).

2. Purba, T., Fathra A.N., Sri U. (2014). Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi Terhadap Kemampuan Pasien

Mengontrol Halusinasi di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau.Jurnal Keperawatan. Diakses dari http://jom.unri.ac.id, tanggal 6

Januari2018.

3. Ningsih, P., Murtiani, M., & Ilyas, M. (2013). Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi Terhadap Kemampuan

Mengontrol Halusinasi Pada Pasien Halusinasi Di Ruang Kenanga Rumah Sakit Khusus Daerah Propinsi Sulawesi Selatan.  Jurnal

Ilmiah Kesehatan Diagnosis, 2(4), 28-34.

4. Sutinah, S., Harkomah, I., & Saswati, N. (2020). TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI SENSORI

(HALUSINASI) PADA KLIEN HALUSINASI DI RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI JAMBI. Jurnal Pengabdian Masyarakat Dalam

Kesehatan, 2(2).
Thank
s

CREDITS: This presentation template was created by


Slidesgo, including icons by Flaticon, and infographics
& images by Freepik.

Anda mungkin juga menyukai