Anda di halaman 1dari 38

DIARE

Sylvetri Lestari
Bayi yang mendapat ASI
EKSKLUSIF

Tinja lunak atau cair Meningkatnya frekuensi


dengan frekuensi 3 kali BAB dengan konsistensi
atau lebih. cair tidak seperti biasa

Diare Akut
Dapat dengan atau tanpa
lendir dalam tinja
Frekuensi 3-4 kali perhari
masih dapat bersifat
fisiologis
Berlangsung kurang dari 2
minggu
PEMBAGIAN DIARE

Diare menurut etiologi Diare menurut mekanisme Diare menurut lamanya

Infeksi : -Bakteri - Gangguan Absorbsi - Diare Akut


- Virus - Gangguan Sekresi - Diare Kronik
- Parasit - Diare Persisten
Non Infeksi: - Defek anatomis
- Malabsorpsi
- Endokrinopati
- Keracunan makanan
- Neoplasma
EPIDEMIOLOGI DIARE

Urutan kedua dalam urutan


10 penyakit terbanyak

Penyabab kematian dan


kesakitan tertinggi pada anak
dibawah 5 tahun.
Cara Penularan dan Faktor Resiko
DIARE AKUT
1. Cara Penularan melalui 4 F : 2. Faktor Resiko :

• Tdak memberikan ASI eksklusif


Finger
Finger Flies • Tidak memadainya penyediaan air bersih,
pencemaran air oleh tinja,
• Kurangnya sarana kebersihan (MCK), kebersihan
lingkungan dan pribadi yang buruk,
• Penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak
Fluid Field
higienis dan cara penyapihan yang tidak baik
01 Berapa lama terjadinya diare?

02 Frekuensi BAB dalam sehari?

03 Warna dan konsistensi feses?

04 Apakah ada lender atau darah dalam


ANAMNESIS feses?
DIARE Keluhan muntah, rasa haus, anak lemah, rewel,
05
kembung ?

06 Sesak, kejang, kesadaran menurun, serta BAK


terakhir ?

07 Jumlah cairan yang masuk selama diare ?

08
Ada tidaknya penderita diare disekitar pasien?
Vibrio cholera BAKTERI E. coli
Diare seperti cucian beras
• ETEC (Entero Toxigenic E. coli)

01 •

EPEC (Entero Pathogenic E. coli)
EIEC (Entero Invasive E. coli)
• EHEC (Entero Haemorrhagic E. coli)
• EAEC (Entero Adherent E. coli)

Etiologi
Salmonella
04 02

03
Campylobacter
Shigella Diarenya bersifaat watery
diarrhea
Vibrio cholera VIRUS Astovirus
Diare seperti cucian beras

01

Etiologi Cytomegalovirus
Enteric adenovirus 04 02

03
Calcivirus
Rotavirus
Entamoba histolytica
PARASIT Giardia lambia

01

Etiologi
04 02 Candida

03
Trichuris trichura
Strongyloides stercoralis
Mekanisme Diare

Absorbsi Malabsorbsi Umum Gangguan sekresi

Short bowel syndrome


Penurunan fungsi absorbsi, volume cairan Celiac, protein, peptide dan - Hiperplasie kripta
yang berada di kolon lebih besar daripada tepung mempunyai - Luminal secretorygogues
kapasitas absorpsi penanan terhadap osmotic - Blood borne Secreragoges
lumen usus

- Mengkonsumsi magnesium hidroksida


- Defisiensi sukrase-isomaltase
- Adanya bahan yang tidak diserap
Gejala khas diare akut oleh berbagai penyebab

Gejala klinik Rotavirus Shigella Salmonella ETEC EIEC Kolera

Masa tunas 17-72 jam 24-48 jam 6-72 jam 6-72 jam 6-72 jam 48-72 jam
             
Panas + ++ ++ - ++ -
             
Mual muntah Sering Jarang Sering + - Sering
             
Nyeri perut            
Tenesmus Tenesmus Tenesmus - Tenesmus Kram
kram kolik kram
 
 
Gejala klinik Rotavirus Shigella Salmonella ETEC EIEC Kolera

Nyeri kepala - + + - - -
             
Lamanya sakit            
  5-7 hari > 7 hari 3-7 hari 2-3 hari Variasi 3 hari
Sifat tinja Volume            
Frekuensi Konsistensi            
Darah            
Bau Warna Sedang Sedikit Sedikit Sering Banyak Sering Cair Sedikit Sering Banyak Terus
  5-10x/hr Cair >10x/hr Lembek - Lembek menerus Cair
  - Lembek Kadang Busuk + + -
    Sering Kehijauan Tak berwarna Tidak Amis
Leukosit Lain-lain Langu       Merah- hijau Seperti air cucian
Kuning hijau Merah- hijau       beras

      -   -

-   + Meteorismus -  

Anorexia + Sepsis  Infeksi


Kejang  sistemik
Penentuan derajat dehidrasi menurut MMWR 2003
Simptom Minimal atau tanpa dehidrasi Dehidrasi Ringan -Sedang, Dehidrasi Berat Kehilangan BB > 9%
kehilangan BB < 3% Kehilangan BB 3 % - 9 %

Kesadaran Baik Normal, lelah, gelisah, irritable Apathis, letargi, tidak sadar

Denyut jantung Normal Normal - meningkat Takikardi, bradikardia pada kasus berat

Kualitas nadi Normal Normal – melemah Lemah, kecil, tidak teraba

Pernapasan Normal Normal – cepat Dalam


Mata Normal Sedikit cowong Sangat cowong
Air mata Ada Berkurang Tidak ada
Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering

Cubitan kulit Segera kembali Kembali < 2 detik Kembali > 2 detik
Capillary refill Normal Memanjang Memanjang, minimal

Extremitas Hangat Dingin Dingin, mottled, sianotik

Kencing Normal Berkurang Minimal


. Penentuan derajat dehidrasi menurut WHO 1995
Penilaian A B C
1. Lihat :      
       
Keadaan umum Baik, sadar * Gelisah, rewel * Lesu, lunglai atau tidak
      sadar
mata Normal Ada Basah Cekung Tidak ada Kering Sangat cekung dan kering
air mata Minum biasa tidak * Haus, ingin minum banyak Sangat kering
mulut dan lidah rasa haus haus * Malas minum atau
tidak bisa minum

2. Periksa : turgor kulit Kembali cepat * Kembali lambat * Kembali sangat


lambat
3. Hasil pemeriksaan : Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan / sedang Dehidrasi berat
   
Bila ada 1 tanda * ditambah 1 atau  
lebih tanda lain Bila ada 1 tanda * ditambah
1 atau lebih tanda lain

4. Terapi : Rencana Terapi A Rencana Terapi B Rencana Terapi C


TES LABORATORIUM

Pemeriksaan laboratorium yang kadang-kadang diperlukan pada diare akut :


Darah : darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa darah, kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotika.
Urine : urine lengkap, kultur dan test kepekaan terhadap antibiotika.
Tinja : makroskopik dan mikroskopik
Test Laboratorium Organisme diduga / identifikasi
Mikroskopik : Lekosit pada tinja Invasive atau bakteri yang memproduksi
sitotoksin
Trophozoit, kista, oocysts, spora G. lamblia, E. histolytika, Cryptosporidium, I.
belli, Cyclospora
Rhabditiform lava Stongyloides
Spiral atau basil gram (-) berbentuk S Camphylobacter jejuni
Kultur tinja: Standard E. coli, Shigella, Salmonella, Camphylobacter
Spesial jejuni
Y. enterocolitica, V. cholerae, V.
parahaemolyticus, C. difficile, E. coli, O 157 : H 7
Enzym imunoassay atau latex aglutinasi Rotavirus, G. lamblia, enteric adenovirus, C.
difficile
Serotyping E. coli, O 157 : H 7, EHEC, EPEC
Latex aglutinasi setelah broth enrichment Salmonella, Shigella
Zink

Lima pilar penatalaksanaan diare:


1. Rehidrasi dengan
menggunakan oralit baru
2. Zinc diberikan selama 10 hari Nutrisi Cairan Antibiotik
Tatalaksana Diare
berturut-turut
3. ASI dan makanan tetap
diteruskan
4. Antibiotik selektif
5. Nasihat kepada orang tua Edukasi
Rencana Terapi A/ Tanpa dehidrasi
Rencana Terapi B
RENCARA TERAPI C
Oralit formula baru :

Keuntungan Oralit formula baru :


1. Mengurangi volume tinja hingga 25%
2. Mengurangi mual muntah hingga 30%
3. Mengurangi secara bermakna pemberian cairan intravena
Dalam merawat penderita dengan diare dan dehidrasi terdapat beberapa pertimbangan
terapi :
1. Terapi cairan dan elektrolit

2. Terapi diit

3. Terapi non spesifik dengan antidiare

4. Terapi spesifik dengan antimikroba


P A A
e n l
n t t
y i e
e b r
b i n
a o a
b t t
i i
k f

P
i
l
i
h

Penyebab Antibiotik Pilihan Alternatif


a
n
K T E
e r
o t y
l r t
e a h
c r
r y o
a c m
l y
i c
n i
e n

   

1 1

Tetracycline Erythromycin
2 2
, ,
5 5

m m
g g

Kolera
/ /
k k
g g
B B
B B

   

4 4
x x

s s
e e
h h

   
a a
r r
i i

s s
e e
l l
a a
m m
a a

3 3

h h
a a
r r
i i
S C P
i i
h p v

12,5 mg/kgBB 12,5 mg/kgBB


i r m
g o e
f c
e
l i
l o l
l x l
a i
a
c n
i a
d n m
y
   
s
e
1 2
n 5 0
t
e m m
g g
r / /
k k

   
y
g g
B B
B B

   

2 4
X x

s s
e e
h h
a a
r r
i i

s s
e e
l l

4x sehari selama 3 hari 4x sehari selama 3 hari


a a
m m
a a

3 5

h h
a a
r r
i i

C
e
f
t
r
i
a
x

Ciprofloxacin 15 mg/kgBB Pivmecillinam 20 mg/kgBB


o
n
e

Shigella
5
0
-
1
0
0

m
g
/
k
g
B

2X sehari selama 3 hari 4x sehari selama 5 hari.


B

1
x

s
e
h
a

dysentery
r
i

I
M

s
e
l
a
m
a

2
-
5

h
a
r
i
A M  
e
m t
o r
e o
n
b
i
i d

Ceftriaxone
a a
z
s o
i l
s e

1
0

m
g
/
k
g
B
B

 50-100 mg/kgBB
3
x

s
e
h
a
r
i

s
e
l
a
m
a

 1x sehari IM selama 2-5 hari


h
a
r
i

(
1
0

h
a
r
i

p
a
d
a

k
a
s
u
s

b
e
r
a
t
)
G M  
e
i t
a r
r o
n
d i
i d

Metronidazole
a a
z
s
o
i l
s e

Amoebiasis  
 

m
g
/
k
g

10 mg/kgBB
x

s
e
h
a
r
i

s
e
l
a
m
a

h
a

3x sehari selama 5 hari (10 hari pada kasus berat)


r
i

Giardiasis Metronidazole  
5 mg/kg 3x sehari selama 5 hari
Gangguan Elektrolit

Hipernatremia > 145 mEq/L Hiponatremia < 135 mEq/L

Free water deficit = (Weight in kg x0.6 ) x 1 – (kadar Na+ yang 0.6 x (BB dalam Kg) x ( Target Na+ - Na+ saat ini) =
diinginkan / kadar Na + saat ini) (1000ml/L) total mEq Natrium yang berikan
Gangguan Elektrolit

Hiperkalemi > 5 mEq/L Hipokalemia < 2.5 mEq/L

kalsium glukonas 100mg/kg diberikan secara intravena Bila < 2,5 mEq/L maka diberikan secara intravena
lebih dari 3 menit ( 1 mL/Kg of solution) untuk drip (tidak boleh bolus) diberikan dalam lebih
menstabilkan myocardium dan mencegah aritmia dari 3 jam. Berikan 0.75 mEq/L KCL. Kadar kalium
harus dicek setelah setengah pemberian infus.
• Diare Kronik adalah suatu episode diare lebih dari 2 minggu.
• Diare Persisten adalah sebagai suatu episode diare lebih dari 2
minggu, sedangkan kondisi serupa yang disertai berat badan
menurun atau sukar naik.

Diare Kronik dan diare persisten

Subagyo bambang, Budi NS. Diare akut. In: Buku Ajar Gastrohepatologi. cetakan pertama. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2020. p. 83–127
Pemberian nutrisi
1. Kebutuhan dan jenis diet pada diare persisten/kronis
• Kebutuhan energi dan protein pada diare persisten/kronis berturut-turut sebesar 100 kcal/kg/ha
ri dan 2-3 g/kg/hari,.
2. Pemberian mikronutrien
• Defisiensi zinc, vitamin A dan besi pada diare persisten/kronis diakibatkan asupan nutrisi yang t
idak adekuat dan pembuangan mikronutrien melalui defekasi.
3. Probiotik
• Gaon et al. (2003) mengungkapkan bahwa pemberian susu yang mengandung Lactobacillus ca
sei, Lactobacillus acidophillus dan Saccharomyces boulardii pada penderita diare persisten sel
ama 5 hari menurunkan jumlah tinja, durasi diare, dan durasi muntah yang menyertai.

4. Tempe
• Anak yang mendapat bahan makanan campuran tempe-terigu berhenti diare setelah 2,39
± 0,09 hari (rerata), lebih cepat hila dibandingkan dengan anak yang mendapat bahan ma
kanan campuran beras-susu (rata-rata 2,94 ± 0,33 hari).
• Pemberian ASI yang benar
• Memperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan pendampi
ng ASI
• Penggunaan air bersih yang cukup
Upaya Pencegahan
• Membudayakan Diare
kebiasaan mencuci tangan dengan sabun seh
abis buang air besar dan sebelum makan
• Penggunaan jamban yang bersih dan higienis oleh seluruh ang
gota keluarga
• Membuang tinja bayi yang benar
Pada
Pada bayi-bayi
bayi-bayi muda,
muda, kulit
kulit dan
dan saluran
saluran gastrointestinal
gastrointestinal merupakan
merupakan organ
organ target
target yang
yang paling
paling umum
umum terkena,
terkena,
sedangkan
sedangkan gejala-gejala
gejala-gejala respiratorik
respiratorik sangat
sangat jarang
jarang tampak.
tampak.

Spectrum hipersensitivitas makanan: Gejala-gejala gastrointestinal meliputi:


Gejala-gejala kulit meliputi: Sindrom alergi oral
• Pruritus Anafilaksis gastrointestinal (dengan perantara IgE)
Enterokolitis karena protein makanan
• Urtikaria
Kolitis karena makanan
• Eksema Sindrom malabsorpsi (termasuk penyakit celiac, enteropati
sensitif protein susu sapi/ cows milk protein sensitive
enteropathy).
Gastroenteropati eosinofilik alergik
Kolik pada bayi
Refluks gastroesofagus
• Pembagian sindrom utama alergi susu sapi menurut Hill (1992) antara lain:
1. Penderita-penderita dengan kemungkinan besar menderita alergi susu sapi (cows milk allergy:
CMA).
• Reaksi tipe anafilaktik
• Reaksi tipe gastrointestinal akut
2. Penderita-penderita dengan kemungkinan sedang (moderat) menderita CMA:
• Ekzema kronik pada bayi
• Kolik infantil
• Diare kronik (Enteropati sensitif terhadap protein susu sapi = cows milk protein
• sensitive enteropathy : CMPSE)
• Sembab (gastroenteropati eosinofilik: eosinophilic gastroenteropathy)
• Diare berdarah (kolitis karena makanan =food induced colitis)
Pembagian sindrom utama alergi susu sapi menurut Hill (1992) lanjutan..

3. Penderita-penderita dengan kemungkinan kecil


menderita CMA
Rinitis kronik
Otitis media berulang
Batuk berulang termasuk asma
Sindrom alergi oral (oral allergy syndrome: OAS)
Dalam dekade terakhir prevalensi dari OAS makin meningkat, hal ini
mungkin disebabkan karena bertarnbahnya kewaspadaan akan adanya
penyakit ini.

OAS merupakan bentuk alergi kontak, alergi yang terbatas pada


orofarings dan jarang mengenai organ target lainnya.

Aktivasi dari sel mast yang diperantarai IgE lokal memicu permulaan
yang cepat dari pruritus, rasa pedih, dan angioedema dari bibir. lidah,
dan tenggorok; terkadang muncul rasa gatal ditelinga, tenggorok
sehingga seakan tercekik, atau keduanya
.
Pemberian nutrisi
1. Kebutuhan dan jenis diet pada diare persisten/kronis
• Kebutuhan energi dan protein pada diare persisten/kronis berturut-turut sebesar 100 kcal/kg/ha
ri dan 2-3 g/kg/hari, sehingga diperlukan asupan yang mengandung energi 1 kcal/g.
2. Pemberian mikronutrien
• Defisiensi zinc, vitamin A dan besi pada diare persisten/
3. Probiotik
• Gaon et al. (2003) mengungkapkan bahwa pemberian susu yang mengandung Lactobacillus ca
sei, Lactobacillus acidophillus dan Saccharomyces boulardii pada penderita diare persisten sel
ama 5 hari menurunkan jumlah tinja, durasi diare, dan durasi muntah yang menyertai.

4. Tempe
• Anak yang mendapat bahan makanan campuran tempe-terigu berhenti diare setelah 2,39
± 0,09 hari (rerata), lebih cepat hila dibandingkan dengan anak yang mendapat bahan ma
kanan campuran beras-susu (rata-rata 2,94 ± 0,33 hari).
• Periksa Tanda Vital Sign
• Hitung balans cairan dan diuresis.
• Observasi tanda perdarahan
• Penderita dipuasakan. Lama puasa tergantung lokasi usus dan
jenis kelainan yang mendasarinya.
Perawatan pasca bedah intestinal
• Selama puasa penderita diberikan Total Parenteral Nutrisi
dengan jenis dan komposisi tergantung fasilitas yang ada
• Pemeriksaan laboratorium post operasi
DAFTAR PUSTAKA
1. Subagyo bambang, Budi NS. Diare akut. In: Buku Ajar Gastrohepatologi. cetakan pe. Jakarta:
Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2020. p. 83–127.

2. Herbowo H, Firmansyah A. Diare Akibat Infeksi Parasit. Sari Pediatr. 2016;4(4):198.

3. Farthing M, Salam MA, Lindberg G, Dite P, Khalif I, Salazar-Lindo E, et al. Acute diarrhea in
adults and children: A global perspective. J Clin Gastroenterol. 2013;47(1):12–20.

4. Alam NH, Ashraf H. Treatment of infectious diarrhea in children. Pediatr Drugs. 2003;5(3):151–65.

5. Van de Voorde P, Turner NM, Djakow J, de Lucas N, Martinez-Mejias A, Biarent D, et al. European
Resuscitation Council Guidelines 2021: Paediatric Life Support. Resuscitation [Internet].
2021;161:327–87. Available from: https://doi.org/10.1016/j.resuscitation.2021.02.015

6. Guarino A, Giannattasio A, Lo Vecchio A. Management of children with prolonged diarrhea.


F1000Research. 2016;5(April).

7. Soenarto yati. Diare Kronik. In: Buku Ajar Gastrohepatologi. 1st ed. Jakarta; 2020. p. 116.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai