Anda di halaman 1dari 13

Kelompok 3

Eka Yuliastika Nainggolan D1121181015


Tivani Belanisa D1121181005

Polipropilena
Sebagai Komposit Bah
an Pengisi
Hal yang Dibahas
Latar Belakang
1

Bahan dan Tata Kerja


2

Cara Pembuatan
3 Hasil, dan kesimpulan

Daftar Pustaka
4
Latar Belakang

Polipropilena (PP) adalah Polimer yang terbentuk dari struktur satuan


(manomer) propilena, dan digolongkan dalam polimer termoplastik
atau di sebut plastik saja. Plastik merupakan bahan yang mudah di
ubah bentuk dengan perlakuan panas. Sifat dari plastik adalah massa
jenis atau densitasnya rendah, tembus cahaya, tidak korosif, dapat
didaur ulag, harga relatif murah, kurang dapat menghantarkan listrik
dan penghantar panasnya kurag baik.
Monomer propilena diperoleh dari proses feaksinasi minyak mentah
(Crude Oil) yang merupakan salah satu hasil aktifitas barang tambang
dalam negeri, sehingga harganya relatif murah. Polipropilena
mempunyai sifat mekanik kuat, keras, kuat terhadap bahan kimia dan
dapat diberi zat pewarna serta harganya bersaing (COWN,1991)
Pada Penelitian ini dilakukan pembuatana bahan komposisi b
erbasis polimer polipropilena sebagai matriks dan serbuk kayu ger
gaji sebagai bahan pengisi. Pencampuran antara matriks propilen
a dan bahan pengisi (serbuk kayu gergaji) melalui difusi padat , ke
tika matriks (polipropilena) dipanaskan dan mengalami pengembu
ngan (swelling) kemudian serbuk kayu gergaji dicampurkan , pros
es ini bertujuan supaya serbuk kayu (SKG) mudah bercampur den
gan polipropilena.
Limbah mempunyai pengertian sebagai bahan hasil sampingan, hasil ika
tan dan hasil sisa yang sudah serta belum dimanfaatkan untuk produksi t
ertentu, setelah melewati proses lanjutan ataupun tidak (vanvlack,199
4) . Limbah selulosa berbentuk serbuk kayu gergaji dapat digunakan se
bagai pengisi komposit yang berbasis polimer, karena serbuk kayu gerga
ji mempunyai ukuran partikel atau butir yang sangat halus dan dapat teru
rai di alam terbuka (biodegradable).
Pecampuran antara matriks (polipropilena) dan bahan bahan pengisi ( se
rbuk kayu gergaji) melalui difusi padat, ketika matriks (polipropilena) dipa
naskan akan mengalami pengembunan (swelling) kemudian serbuk kayu
gergaji di campurkan, proses ini bertujuan supaya serbuk kayu (SKG) m
udah bercampur dengan polipropilena. .
Bahan dan Tata Kerja
BAHAN ALAT

Polipropilena MF 2, massa Labo plastomil, Mesin Uji


Jenis 0,8956, Titik leleh : ! tarik Strograph R-1 merk
83℃ , Polipropilena MF 10, Toyoseiki, jepang. Scanning
Massa Jenis 0,8776, Titik electron Microscope (SEM)
leleh 183℃ serbuk kayu merk Philips tipe 515.
Gergaji (SKG) ukuran Diffactometer sinar X (XRD),
serbuk differential Scanning
40 mesh Caloritnetry (DSC)
Cara Kerja

Tahap Tahap Tahap Tahap Tahap


1 2 3 4 5

Bahan Blending Sampel Uji Karakterisasi Terbentuk


PP MF 2 dan PP dengan Labo Sifat Mekanik :
MF 10 ( granular) Plastomil Stograph R-1
SKG variasi fraksi Sifat Fisis : DSC
volume 10, 30, 50 Struktur (SEM) &
%. kristalinitas (XRD)
Pembahasan
SANALISIS SIFAT MEKANIK
(Tensile Strength)
Tensile strength adalah kekuatan putus suatu bahan yang
dihitung dari pembagian antara gaya maksimun yang mampu
ditanggung bahan terhadap luas penampang bahan mula-
mula. Dari gambar disamping menyatakan hubungan antara
variasi komposisi bahan pengisi (SKG) di dalam matriks PP
MF 2 atau PP MF 10 terhadap tensile strength terlihat bahwa
tensile strength komposit PP MF2/SKG cenderung turun
secara linier pada peningkatan penambahan fraksi volume
SKG sebagai bahan pengisi. Sedangkan tensile strength
komposit PP MF 10/SKG cenderung meningkat pada
penambahan fraksi volume SKG 10% di sebabkan oleh
adanya kekuatan adhesi antara PP MF 10 dengan SKG dan
turun secara linier pada penampahan fraksi volume SKG
sampai 50%. (Hooley,1985)
Derajat Kristalinitas

Sifat Polimer termoplastik umumnya mempunyai dua sa,


yaitu Fasa amorf dan fasa kristal. Daerah kristalin tersusun
dari rantai molekul yang teratur dan rapat sehingga
mempunyai kuat daya tarik lebih besar dibanding daerah
amorf karena daerah amorf mempunyai susunan rantai
molekul yang tidak teratur. Perbandingan antara fasa kristal
dan fasa amorf disebut derajat kristalinitas. Penentuan
derajat kristalinitas dilakukan dengan menggunakan metode
sinar-X (XRD). Pada gambar di samping terlihat hubungan
antara penambahan bahan pengisi di dalam matriks PP MF2
ataupun PP MF10 terhadap derajat kristalinitas bahan.
Ketika bahan pengisi dilakukan penambahanmenyebabkan
penurunan derajat kristalinitas bahan komposit. Hal ini
disebabkan SKG yang mempunyai fasa amorf .
kesimpulan

1
Penambahan komposisi
bahan pengisi (SKG) A
dalam presentase Fraksi
volume menyebabkan
kuat tarik dari bahan
komposit berkurang,
B 2
Komposit bermatriks
sedangkan kuat tarikdari C polipropilrna MF 10
mempunyai derajat
komposit bermatriks
polipropilena MF 10 kristalinitas yang lebih
lebihbesar 4,24%
daripada komposit
D tinggi 2,55% dibanding
komposit bermatriks
bermatriks polipropilena polipropilena MF2.
MF2.
DAFTAR PUSTAKA

Cown, M.A., kimia polimer,.Ed. 1, Bahasa Indonesia, ITB Bandung,


(1999)
Hooley, c.j.,maxwell,.j., Thermoplastics composite in Combination wit
h Metal, Plastic and Rubber Processing and Aplications, 5 (1),(198
5),19-25.
Vanvlack, L.H., Djaprie, S., Ilmu dan teknologi Bahan (ilmu dan Buka
n Logam Ed. 5, Erlangga, jakarta, (1994)
Thank you

Anda mungkin juga menyukai